Sorrow

1.5K 92 0
                                    

Rumah besar nan megah itu bukan menjadi tempat bagi seorang Kyungsoo, padahal dirinya anak dari pemilik rumah yang belum lama ini meninggal karena sakit. Sebelum meninggal ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita China yang mempunyai seorang anak. Seharusnya Kyungsoo mendapat kasih sayang juga dari ibu tirinya, tapi nahas malah perlakuan kasar yang ia dapatkan.

Tak jauh beda dengan ibu tirinya, sang kakak pun hanya menonton dirinya yang disiksa saat ibunya itu marah. Semenjak ayahnya meninggal dirinya diperlakukan seperti seorang pembantu di rumahnya sendiri. Sikap ibu tirinya pun berubah karena berniat menguasai harta sang ayah. Tapi setidaknya Kyungsoo bersyukur, ia tidak langsung dibunuh oleh ibunya.

“Sudah ku bilang kau tidak boleh tidur disini, apa kau tuli HAH!” marah Tzuyu, ibu tiri Kyungsoo. Ia bahkan memukul Kyungsoo dengan sebilah kayu.
“Mianhae Eomma, aku kelelahan karena membersihkan seluruh rumah jadi tak sengaja tertidur,” Kyungsoo hanya bisa meringkuk menahan segala pukulan dari Tzuyu. Dengan susah payah ia menahan air matanya, karena baginya pantang untuk seorang laki-laki menangis.
“Sekali lagi ku lihat kau tidur di rumah ini, aku tidak akan segan-segan melakukan hal yang lebih kasar dari ini,” Tzuyu melemparkan kayu itu hingga mengenai tubuh Kyungsoo yang sudah lebam-lebam.
“Appa ... kenapa Appa meninggalkanku, aku ingin ikut Appa saja daripada tersiksa seperti ini ....” lirih Kyungsoo. Perlahan ia bangkit, memegang lengannya yang terasa sakit dan berjalan menuju rumah kayu di belakang rumah besarnya.

Luhan yang sedari tadi menyimak pertunjukkan itu hanya bisa terdiam, bukannya ia tidak ingin membantu, tapi ia sendiri takut jika ikut terkena amarah ibunya. Jadi, Luhan memilih untuk tidak peduli.

Tzuyu terlihat sibuk menyiapkan makan malam. Setelah semuanya terhidang di meja makan, dengan lembut ia memanggil anak semata wayangnya.

“Luhan ... makanan sudah siap, ayo turun,” panggil Tzuyu.
“Iya,” terkadang Luhan jengah, perlakuan ibunya sangat berbeda. Ia mendapat begitu banyak kasih sayang dari ibunya, sementara adiknya, ralat ... Luhan belum mau menganggap Kyungsoo sebagai adiknya karena mereka tidak punya hubungan darah. Tapi Luhan tak mau ambil pusing, lagipula ia tidak peduli dengan Kyungsoo.
“Kau mau makan apa hmm?” tanya Tzuyu.
“Terserah Eomma saja..” Luhan menjawab dengan senyuman.
“Setelah makan kau panggil Kyungsoo untuk membereskan meja makan,” ucap Tzuyu datar.
“Baik Eomma,” Luhan mengangguk.  Keduanya melanjutkan makan malam dengan tenang.

Dari balkon kamar Luhan, ia bisa melihat rumah kayu yang menjadi tempat tinggal Kyungsoo. Ada sedikit rasa kasihan dalam diri Luhan, tapi egonya mengalahkan belas kasihannya.

“Hei ... Kyungsoo, Eomma menyuruhmu membersihkan meja makan dan menutup semua pintu,” ucap Luhan. Kyungsoo yang berada tak jauh di bawahnya mengangguk pelan dan berjalan masuk ke rumah.

Begitu melihat meja makan yang sedikit berantakan, Kyungsoo menghela nafas lelah. Belum sembuh sakit di lengannya, ia harus membersihkan meja makan itu. Ingin rasanya Kyungsoo pergi dari rumah itu, tapi ia tak mungkin meninggalkan rumah tempat kenangan dirinya dan keluarganya tersimpan.

Walau tidak menempatinya secara langsung setidaknya Kyungsoo masih bisa membersihkan rumah itu, sesekali mengenang kenangan saat keluarganya bahagia. Ibu Kyungsoo meninggal saat ia masih berumur 13 tahun, di susul Ayahnya yang meninggal setahun yang lalu. Sekarang Kyungsoo berumur 17 tahun dan duduk di bangku SMA kelas dua.

“Semangat Kyungsoo,” ucap Kyungsoo menyemangati dirinya sendiri, ia mulai membersihkan meja makan. Setelah semuanya selesai, ia mengunci pintu rumah dan kembali ke rumah kecilnya. Walau rumah kayu itu kecil dan sempit, tapi Kyungsoo menyulapnya menjadi tempat yang cukup nyaman. Tak terasa sudah setahun ia berada di tempat itu dan mendapat perlakuan tidak mengenakkan dari ibu tirinya.
“Appa ... Eomma ... Bogoshipo ....” lirih Kyungsoo. Kini ia duduk di taman belakang sembari memandang bintang-bintang yang berkilauan. Sebuah bintang jatuh melintas di langit yang sedang ia tatap. Dengan segera Kyungsoo memejamkan matanya dan membuat permohonan. Setelah selesai ia tersenyum dan masuk ke rumah kecilnya untuk mengistirahatkan badannya yang lelah.

The Power Of Miracle ✔Where stories live. Discover now