Dark

705 94 10
                                    

Kyungsoo terpaksa mengikuti kelas malam untuk mengejar ketinggalan pelajaran. Hanya ada beberapa siswa yang ikut. Beruntung Jae Min berbaik hati meminjamkan catatannya jadi Kyungsoo bisa menyalin pelajaran.

“Selamat datang kembali Kyungsoo,” sambut Tao. Ia duduk di meja depan kursi Kyungsoo. Kyungsoo mengangguk pelan, ia menunduk sembari mencatat.

“Kau tidak mau melihat wajah temanmu ini hmm?” Tao meletakkan tangannya di buku yang sedang di salin oleh Kyungsoo.

“Jae Min menunggumu di ruang musik setelah kelas malam selesai. Dia ingin catatannya kembali,” ucap Tao. Kyungsoo mendongak, ia sedikit ragu.

“Benarkah? Tapi Jae Min bilang, aku bebas mau mengembalikannya kapan saja,” balas Kyungsoo mencoba berani.

“Datang saja Kyungsoo-ya,” timpal Tao lantas berlalu dari hadapan Kyungsoo.

Lorong kelas terlihat sepi setelah kelas malam. Kyungsoo berjalan sendirian menuju ruang musik. Sebenarnya ia tak ingin percaya tapi sisi lain dari hatinya meminta untuk memeriksa. Kyungsoo menghentikan langkahnya didepan ruang musik. Ia membuka knop pintu pelan.

“Jae Min-aa,” panggil Kyungsoo seraya masuk ke ruang musik. Ia mengedarkan pandangan di ruangan yang remang dan tidak menemukan siapapun.

Grep.. pintu di belakang Kyungsoo tertutup. Kyungsoo sontak menoleh dan mengetuk pintu itu.

Duk.. Duk.. Duk.. Percuma. Pintu itu tak akan terbuka karena terkunci dari luar.

Tap.. Giliran lampu remang itu yang padam. Kyungsoo sedikit takut gelap, ia merogoh sakunya untuk mencari ponselnya. Dan sialnya, ponsel itu tidak ada. Kyungsoo berdecak pelan, ia tau Tao sengaja mengerjainya tapi tidak sampai begini kan. Ini sudah keterlaluan.

“Buka pintunya Tao!” teriak Kyungsoo.

***

Luhan mondar-mandir di ruang tamu. Ia terus mendial nomor Kyungsoo namun tak kunjung dijawab. Hanya suara operator yang ia dapat memberi tahu jika ponsel tidak bisa dihubungi.

“Aku harus mencarinya,” ucap Luhan. Ia memakai mantelnya dan bersiap keluar.

Hap.. Sebuah tangan menahan pergerakannya, Luhan menoleh dan mendapati Tzuyu sedang menatapnya tajam. Luhan tanpa sengaja menggunakan kekuatannya, ia membaca pikiran Tzuyu.

“Ti.. Tidak mungkin....” lirih Luhan. Ia melihat pikiran Tzuyu begitu kacau, ada banyak perintah tumpang tindih dan ada kilat hitam di mata ibunya. Luhan ingat, sorot mata ini sama seperti sorot mata teman-temannya saat penyihir itu mempengaruhi mereka.

“Eomma,” panggil Luhan.

“Kau mau kemana Luhan-ie?” tanya Tzuyu.

“Dinding ilusi,” ucap Luhan. Ia membatasi dirinya dengan Tzuyu. Luhan buru-buru menghubungi Kris agar mencari keberadaan Kyungsoo. Setelah selesai, Luhan kembali menatap Tzuyu yang terus menatapnya tajam.

“Mianhae Eomma, kau harus menderita karena membesarkanku juga terseret masalah ini,”

Prank... dinding ilusi milik Luhan dihancurkan begitu saja oleh Tzuyu. Tubuhnya sudah dikuasi pikiran jahat yang dikirimkan oleh penyihir. Luhan berkonsentrasi, ia menatap mata Tzuyu dan berusaha mengalahkan pikiran jahat dari penyihir. Luhan tak peduli, matanya kirinya mengeluarkan darah.

Bruk.. Tzuyu jatuh pingsan setelah beberapa saat beradu tatap dengan Luhan. Beruntung tidak ada pertarungan, jika iya Luhan tidak akan sanggup melawan ibunya sendiri meskipun Tzuyu bukan ibu kandungnya.

“Eomma, mungkin ini saatnya Luhan kembali ke tempat asal Luhan. Gomawo karena telah merawat Luhan selama ini. Setelah ini Eomma tidak akan mengingat Luhan juga Kyungsoo, Luhan menyayangi Eomma,” bisik Luhan. Tak terasa air matanya mengalir, ia benci perpisahan. Tapi ini yang terbaik dengan tidak melibatkan Tzuyu dalam masalahnya dengan para penyihir. Luhan mengangkat tubuh Tzuyu dan membawanya ke kamar. Sebelum keluar dari rumah itu Luhan telah menghilangkan semua barang-barangnya juga barang-barang milik Kyungsoo. Ia meninggalkan kenangan berupa sepucuk surat berisi untaian kata terima kasih juga permintaan maaf juga sebuah kalung.

The Power Of Miracle ✔Where stories live. Discover now