27. Eton Mess Cheesecake

2.4K 365 19
                                    

(Semua terasa kacau sekarang. Terutama hatiku)

Kale masuk tepat pada waktunya sebelum Ray dan Caramel saling melempar barang. Sudah sepuluh menit mereka berdua berdebat, sampai sakit kepala hebatku kembali datang.

"Kalian kenapa? Padahal gue cuma pulang beberapa jam buat mandi dan ambil baju, kenapa kalian udah kaya siap perang gini?" tanyanya heran pada dua orang yang sekarang saling berpandangan.

"Mereka kenapa, La?" Kali ini tatapan kakak sulungku itu mengarah padaku setelah dua orang yang sedang berpandangan sengit mengabaikan pertanyaannya.

"Mereka lagi stripping sinetron Aku Tertipu Cinta," sahutku sebal.

Tadi setelah mereka memelototiku, Ray tiba-tiba saja menyentak genggaman tangan Caramel sampai lepas lalu berkata tentang bohong atau entah apa yang tidak bisa kutangkap. Mereka berdebat dan aku mulai mual.

"Emang ada sinetron judulnya itu?" Pertanyaan tidak bermutu dari Kale semakin membuatku kesal.

Dia menyadari arti pandanganku lalu berjalan dan berdiri di antara Ray dan Caramel yang masih sibuk berdebat. "Kalian sudah mengganggu pasien. Mau diusir tidak hormat atau bicara baik-baik?"

Nada tegas Kale membuat urat di leher Ray mengendur sementara Caramel terlihat cemberut. Mereka berdua berdiri bersidekap, tampak seperti anak kecil yang dimarahi oleh orang tuanya.

"Kenapa kalian tiba-tiba seperti ini?"

Tiba-tiba saja, Ray menarik lengan Kale dan menyeretnya keluar bersama Caramel. Mereka menghilang di balik pintu dan aku menghela napas. Perutku mual sekali karena kejadian yang mengejutkan seperti ini. Kutekan tombol merah untuk meminta bantuan perawat.

Perawat itu terkejut melihatku yang pucat. Terbata-bata kujelaskan kondisi saat ini. Dia membantuku ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perut yang tidak seberapa. Rasanya aku lemas sekali setelah itu. Kondisi tubuhku juga kembali di cek dengan hasil suhu yang kembali meningkat.

Aku kembali diberi obat penurun demam dan pereda nyeri. Sepertinya aku harus meminta perawat memasang tanda agar tidak dikunjungi dulu. Terbukti, dijenguk saat kondisi naik turun oleh orang-orang yang memancing emosi bisa membuat kesehatanku semakin terganggu.

Ketika terbangun karena haus malam itu, kulihat Kale terlihat tidur melingkar di sofa. Dia membuka mata saat mendengar denting gelas dengan tutup stainless saat aku mencoba minum. Sambil mengantuk, Kale membantuku minum.

"Lo udah lebih baik, La?" tanyanya sambil mengusap kepalaku dengan sayang.

"Iya. Gue dikasih obat lagi dan langsung tidur tadi. Jangan! Jangan cerita apa pun yang berkaitan dengan mereka berdua. Bikin gue mual lagi nanti."

Kale mengangguk takzim mendengar permintaanku lalu kembali meninabobokanku dengan jemarinya. Sebelum mengirimku ke alam mimpi, masih kudengar Kale berkata pelan sambil menghela napas, "Gue cuma nggak nyangka Ray bisa kaya gitu. Lo harus kuat ya, La."

Aku sudah tidak bisa mengangguk atau berkata-kata lagi. Kegelapan yang terasa menenangkan sudah hadir, membawaku memasuki gerbang mimpi, melepaskan semua pertahanan diri.

Setelah kejadian di hari itu, masa perawatanku di rumah sakit terasa damai. Tidak ada penjenguk yang tidak diinginkan membuat kesehatanku membaik. Mande dan Kale masih bergantian menemaniku saat malam sampai aku diperbolehkan pulang oleh dokter.

Tidak pernah terbayangkan kalau aku akan merindukan rumah. Aku memasuki rumah dengan langkah perlahan lalu tertegun. Ada Caramel dan Ray yang berdiri di dekat dapur. Mengabaikan denyut sakit di hati, aku meminta Kale untuk menemani ke kamar.

A Cheezy Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang