Tujuh

858 132 62
                                    

Ino menatap sosok mungil dengan baju kebesaran miliknya tengah terbengong di ruang tamu. Tangannya mengaduk teh dengan tatapan kosong. Televisi yang menyala pun tak dihiraukannya.

"Sung?" Alih alih kaget dengan Ino yang memanggilnya tiba tiba, Jisung hanya menjawab dengan deheman singkat.

Menghela napas berat, Ino beralih mendudukan dirinya di samping Jisung. Baru saja ia ingin mengubah dirinya menjadi kucing, Jisung menjatuhnya kepalanya di bahu Ino.

"Sungie masih sakit eung?" Pertanyaan itu hanya dijawab gelengan singkat oleh Jisung.

Ino mengangguk. "Aku ga sakit. Aku kecewa no". Si manis berkata tanpa ekspresi. Tatapannya hampa. Bahkan cahaya matanya meredup.

"Aku bodoh banget. Selama ini dia emang lebih sayang orang lain."

"Bukan gitu Sungie-"

"Ngga Ino. Aku masih ga percaya ini bisa terjadi. Kucing yang aku temui ternyata manusia. Aku malah ngajak dia tinggal bareng, disaat aku bahkan sama sekali ngga kenal dia.

Lalu aku mergokin pacarku asik melumat bibir pacarnya yang lain. Dia bahkan mungkin ngga pernah punya perasaan buat aku"

'Ireohge bakke mareul mot hago daedamhan cheoghae bwado~'

Suara ringtone ponsel milik Jisung menggema di tengah sunyinya atmosfir ruang tamu. Sang pemilik terdiam. Kemudian mengambil dan mengangkat panggilan masuk itu tanpa menoleh.

"Halo?"

"Hm"

Terdengar helaan napas berat dari ujung telepon. Dilanjutkan dengan kata

"Maaf sung"

Jisung terkekeh tanpa ekspresi "Ga perlu minta maaf"

Hyunjin di ujung sana menggaruk tengkuknya mendengar jawaban Jisung. Laki laki tupai itu sensitif, tapi ia bahkan tidak pernah sadar hingga sekarang.

"Gue mau minta maaf. Gue sama sekali ngga tau kalo semua bak-"

"Hyun. Udah aku bilang ya, gak usah minta maaf."

Terdengar decakan kesal Hyunjin di telepon. Jisung tersenyum miring. Tengah memprediksi kejadian jika Hyunjin meledak dan marah. Itu jauh lebih baik.

"Sumpah demi apapun sung. Gue gak bermaksud buat gini. Lo tau kan kalo selama ini kita udah sama sama bareng? Semua yang lo liat itu salah. Itu ngg-"

Jisung bahkan tidak fokus mendengarkan omong kosong Hyunjin. Pikirannya asik berkelana jauh.

"Meow ~"

Si manis yang tengah duduk di sofa pun berbalik. Melihat segumpal bola bulu kesayangannya tengah berjalan mendekat. Dengan gestur tangan, ia perintahkan agar Ino duduk disampingnya.

"-semua itu gak bener. Kita udah laluin ini sama sama sung. Gue gak mau kehilangan lo"

"Hah?"

Hanya satu kata yang Jisung keluarkan setelah Hyunjin berpidato panjang lebar. Hyunjin menggeram marah. Sadar jika Jisung tidak menaruh perhatian padanya.

"HAN JISUNG. LO SEBENERNYA DENGERIN GUE GAK SIH?!"

Jisung mengelus surai tiga warna milik Ino yang tengah berguling di sebelahnya. Bahkan bagi Jisung pun, Ino lebih menarik dibanding Hyunjin yang sibuk berteriak itu.

"LO ITU APA APAAN SIH. LO SADAR GAK KALO GUE YANG SELAMA INI JAGAIN LO?!. GUE SEBENERNYA BISA NINGGALIN LO BIAR DIMANGSA SAMA SINGA SINGA GAK BEROTAK DILUAR SANA"

"Bukannya kamu salah satunya? Kamu bagian dari singa singa nggak berotak itu kan?".

Jisung dengan santainya menjawab. Sembari memindahkan Ino kepangkuannya. Si kucing mendusel ke perut Jisung.

"Gini Hyun, aku tau kalau kamu sebenarnya sayang sama aku. Tapi aku ngga mungkirin kalo kamu juga bisa berpaling. Gapapa"

"GUE GAK NGOMONGIN KAYA GITU-"

"Hyun, aku maklum kamu emosian, tapi ga selamanya orang orang harus memahami sifat kamu yang gini. Plis Hyun. Sisanya terserah kamu aja. Aku yakin kamu bakal berakhir sama dia"

Jisung tersenyum miris. Membiarkan air mata keluar tanpa jeda. Bahkan tak ada isakan yang keluar. Tidak sakit, hanya saja ia kecewa.

"Oh ya? Terus mau lo apa? Lo yakin kita berakhir disini kan? Kenapa?."

"Hyun-"

"Diem sung. Selama ini lo mau putus juga kan? Pasti karena lo juga punya orang lain. Gak usah bohong. Ternyata selama ini lo ga mau 'main' sama gue karena lo mainnya sama yang lain."

Air mata yang semakin deras itu tak dihiraukannya. Satu satunya hal di pikiran Jisung adalah bagaimana ia bisa menjawab pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban itu.

"Kenapa coba kamu mikir gitu?. Selama ini apa kurangnya aku dimata kamu?. Sejelek itu kah?. Aku ngga tau kenapa kamu bisa mikir-"

Tiiitt

Sambungan terputus, bersamaan dengan erangan frustasi dan teriakan menyedihkan dari Han Jisung. Semua terasa salah. Semua memang salah.

"Kenapa hikss.... kenapa"

Ketika Ino mendekatinya pun, Jisung masih tak berhenti terisak keras. Semua salahnya. Dan ia merasa ia pantas mendapatkan ini.

"Meow-"

"Ngga Ino. NGGA. SEMUA INI GARA GARA AKU. AKU EMANG SEHARUSNYA DIBIARIN MENDERITA DILUAR SANA. INI SALAH AKU"

Hingga tenggorokannya serak, Jisung masih tetap mengerang kecewa. Barang barang dimeja berceceran, karpet tidak berbentuk, bahkan ponsel Jisung retak karena ulahnya sendiri.

"Ino. bilang sama aku kalo aku salah.
BILANG INO. BILANG KALO AKU GA SEHARUSNYA GINI. AKU NGANCURIN SEGALANYA. HYUNJIN DESERVE BETTER"

Bagi Jisung, ia yang menciptakan kehancuran ini.

















Btw, ini gak make sense. Aku gatau kenapa aku masih nulis padahal hancur gini. Maaf yaa.

Sebenernya aku ga kuat pengen bilang kalo aku gak deserve vote dan komen kalian. Makasih banyak pokoknya

Squirrelova ini Jie ya. Maaf mengecewakan.

Bubyee

edit : (makasih dukungannya,, ngga nyangka banget kalian bener bener baik luar biasa ke aku, wuff ya all 🥺❤)

Love Full Of FurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang