Delapan

871 119 18
                                    

Setelah Ino hitung, ini sudah 2 hari semenjak Jisung berubah pendiam. Atmosfir nya terasa berbeda. Dan Ino tau jelas kenapa.

Selama dua hari ini pula, Ino selalu merubah diri menjadi kucing jika berpapasan dengan Jisung. Takut keadaan menjadi canggung.

Tapi sekarang, Ino merasakan ada yang berbeda. Jisung mulai merancang sesuatu. Ino tidak tau apa, jadi ia diam saja.

Kucing yang berubah wujud menjadi manusia itu mulai memakan sereal dengan pandangan kosong. Sebisa mungkin menghabiskannnya dengan cepat.

Setelah meletakkan mangkok di rak cuci piring, ia bergegas pergi ke ruang tamu, canggung jika harus bertemu Jisung. Namun baru ia akan beranjak, seseorang mencengram tangannya.

"Mau kemana?"

Ino terdiam. Dan perlahan berbalik menghadap Jisung yang terlihat kusut dan berantakan. Ia sebisa mungkin menahan diri untuk tidak bertanya, takut akan mengganggu Jisung.

"Eum. Ruang tamu"

Jisung mengangguk. Si manis berjalan ke arah dispenser dan mengambil air. Lalu lekas menegak nya cepat. Belum sempat Ino pergi, Jisung menahannya.

"Ino. Cuma ada satu cara" yang lebih pendek menatap manusia kucing itu tajam.

Ino membatu. "H-hah?"

Tidak berbicara, Jisung menarik Ino ke kamar. Ino ingin menolak. Tapi ia sendiri bingung dan penasaran

Jisung menutup pintu kamar. Menguncinya dari dalam. Dan tanpa aba aba, mendorong  Ino ke kasur. Lalu menyerang bibir manusia kucing itu dengan ganas.

"S-Sungie ngapain?."

Alih alih menjawab, Jisung mengambil ponsel dan menghidupkan kamera depan. Meletakkannya di nakas, ia berbalik ke arah kasur.

Secara tiba tiba, Jisung menyerang bibir Ino. Membuat Ino yang baru menghela napas lega menjadi terperanjat. Jisung tidak main main kali ini.

"Sungie, i-ini ga bener."

Seakan tuli, Jisung kembali menyesap bibir Ini. Melumatnya perlahan, serta menyisipkan lidahnya ke dalam mulut Ino.

Mendengar lenguhan manis Jisung, Ino sendiri pun luluh. Lalu ia menarik Jisung ke pangkuannya. Dengan tangan yang ia letakan di pinggang Jisung.

"Eunghh"

Entah apa yang terpikir di benak kedua insan tersebut, mereka tetap melanjutkan kegiatan yang bahkan sama sekali tidak benar.

Tangan Jisung berpindah dari leher Ino menuju rambut hitam milik si manusia kucing. Meremasnya pelan. Sesuai irama pergulatan bibir milik mereka.

Keduanya begitu terbuai. Hingga tangan Jisung mulai turun dan melepas kancing piyama Ino. 

Seakan disambar listrik, Ino mulai menyadari bahwa hal yang mereka lakukan itu salah. Dan dengan cepat, ia mendorong Jisung menjauh. Lalu berjalan ke arah pintu.

Jisung tentu saja tidak membiarkannya lolos. Ia menarik tangan Ino kembali ke tempat tidur. Akal sehatnya bahkan tidak berfungsi lagi sekarang.

Ino menahan Jisung yang kembali mencumbunya. "Sungie. Ino ga main main. Ini ga bener. Sadar Sungie"

Mata Jisung menyiratkan banyak hal. Marah, kekecewaan, bingung, putus asa, dan sakit hati. "AKU GA PEDULI. INI KAN YANG DIA MAU?! DIA PENGEN AKU JADI PELACUR KAN?! YAUDAH GAMPANG".

Belum sempat Jisung melakukan apapun, Ino memeluknya erat. Mencoba menghentikan amukan dan hal lain yang akan ia lakukan.

"Ngga gini Sungie. Ino sayang Sungie. Jangan kebawa emosi. Bukan gini caranya"

Baru saja Jisung akan berteriak dan marah, ia mengurungkan niatnya saat merasakan Ino kini menangis di pundaknya. Membuat perasaan Jisung semakin campur aduk

Ino memang tidak terisak ataupun sesenggukan, tapi ia benar benar menangis. Ia mengeluarkan air mata, namun menahan isakannya.

"Sungie. Jangan gini...."

Pelukan Ino semakin mengerat. Ia sama sekali tidak ingin membiarkan Jisung merusak dirinya sendiri. Apa yang Jisung lakukan kali ini benar benar salah.

Pernahkan mendengar ucapan bahwa hewan dapat merasakan apa yang pemiliknya rasakan? Seperti itulah sekarang.

Jisung bahkan tidak tau jika selama ini, Ino pun merasakan kesedihan Jisung. Manusia kucing itu tidak pernah mengatakannya. Namun sudah jelas, ia merasakan kegelisahan Jisung.

"Han Jisung"

Jisung yang sedang melamun membuyarkan pikirannya. Ia menatap Ino yang melepas pelukan dan mengusap air matanya sendiri.

"Jisung. Hidup itu berputar seperti roda. Jangan sampai Jisung berbuat hal yang nanti disesali. Ino gak mau Jisung nanti nyesel karena pilihan Jisung sekarang. "

Mungkin saja perkataan Ino ada benarnya. Tapi entahlah, Jisung masih pusing dengan semua ini. Ja hanya ingin membuktikan kepada Hyunjin.

Hyunjin bilang dirinya pelacur kan? Mengapa tidak sekalian menunjukan dirinya pada Hyunjin? Menunjukan dirinya yang memuaskan orang lain? 

Semua itu terasa mudah. Namun sama sekali tidak jika ia berpikir ulang.

"Sung."

Si manis merasakan tangannya menghangat. Ia menoleh, menemukan Ino yang menggenggam erat tangannya. Dengan tangan satunya, ia menghapus air mata Jisung yang pemiliknya bahkan tidak sadari tengah jatuh.

"Ini bukan hal main main. Lupain soal Hyunjin dulu. Jisung bakal baik baik aja kok tanpa dia. " Ino menatap penuh harap ke arah Jisung.

Hanya helaan napas panjang yang bisa Jisung keluarkan. Ia beranjak, mengambil ponsel dinakas. Lalu keluar menuju ruang tamu. Meninggalkan Ino yang juga sama pusing nya.


















Hancur bngt jiah.
Mian bngt bngt ya :(

Love Full Of FurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang