Sembilan

644 97 12
                                    

Jisung merasa bahwa ia baru saja merasakan kejadian paling canggung seumur hidupnya. Setelah kejadian ia dan Ino yang lumayan besar itu.

Sudah seminggu, Jisung merasa Ino menjauhinya kembali. Bahkan Jisung tidak pernah melihat Ino dalam bentuk kucing. Padahal jika ia takut ataupun canggung, ia akan berubah menjadi kucing.

Tapi ya mungkin saja ia lebih senang bersembunyi sekarang? Misalnya, ia hanya keluar saat Jisung berada di kamar nya. Ya mungkin saja.

Lama lama, Jisung pun merasa jengah. Ia merindukan dirinya yang lama. Ia juga merindukan Ino yang lama. Walau ia tidak menyangkal bahwa dirinya sendirilah yang membuat semua berubah.

Jisung mengetuk pintu kamar mandi. Berharap Ino akan membukanya.

"I-ino. Sungie mau n-ngomong"

Si manis menggigit bibir harap harap cemas. Pikirannya memikirkan skenario terburuk yang dapat terjadi.

"Ino, lagi di dalam gak?" Tanya Jisung kali ini. Kecemasannya berubah menjadi ketakutan saat ia tidak mendengar balasan apapun dari dalam.

Tanpa basa basi, ia mendobrak pintu kamar mandi. Yang ternyata tidak dikunci.

Tidak.

Tidak aja siapapun disana. Bahkan barang barang di kamar mandi pun masih ada di bagian yang sama. Jisung panik.

Hal pertama yang ia lakukan adalah mengecek ruang tamu. Tempat kesayangan dan kesukaan Ino .

Bahkan tidak ada tanda tanda Ino sama sekali. Ino benar benar lenyap. Dan Jisung bahkan tidak tau harus bersikap seperti apa.

"I-ino. jangan becanda gini. Ga lucu-!" Jisung berteriak sembari berlarian. Mencari jejak jejak Ino. Berada di situasi seperti ini benar benar menyakitkan.

Jisung kembali lagi ke dalam kamar mandi. Kali ini mengobrak abrik wastafel. Tangannya gemetar hebat. Sembari menepis pemikiran negatif

Ditengah pencarian, sesuatu menarik perhatian Jisung. Matanya tertuju pada selembar kertas yang sepertinya lumayan basah.

Kertas itu terletak di wastafel. Dengan pasta gigi dan sabun muka yang menindih nya. Seakan akan berharap tidak ada yang menemukannya.

Jisung menarik napas panjang. Lalu membuka dan membacanya perlahan.



Hai jisungie!
Eum, kalau sungie menemukan surat ini, berarti ino sudah merelakan semuanya. Ino tidak ingin pergi, sungguh. Hanya saja, setelah hari hari ini, ino ingin menyerah.

Ino kira semua akan baik baik saja. Tapi tentu ino salah. Tidak mungkin baik baik saja.

Tunggu, jangan salahkan diri sendiri ya Sungie!

Bukan salah Sungie. Memang ino harus pergi kali ini. Karena sebenarnya pun, ino ingin sekali menjadi manusia seutuhnya lagi. Dan ino merasa bersalah atas perlakuan ino kepada Sungie.

Ayolah, jangan menangis ya? Ino sayang sungie!

🐾

Dan ditengah itu semua, tangisan Jisung meledak hebat. Kali ini keegoisannya tidak hanya merenggut orang di sekitarnya, tapi juga dirinya sendiri.

Hari itu, ia terpikir untuk pergi daripada menjadi beban untuk semua.














k-kenapah malah jadi angst-

Love Full Of FurWhere stories live. Discover now