Shocking moment

598 94 2
                                    

"Duduklah, ayah akan mengambil minum sebentar."
Ayah mengambil air mineral untuknya dan Jimin.
Pagi itu Jimin memenuhi permintaan ayah untuk datang ke perpustakaan.
Jujur saja Jimin gugup sekali. Semalaman dia tidak bisa tidur hanya memikirkan pertemuannya dengan ayah pagi ini. Tapi ia berusaha tampak tenang di hadapan ayah.
Perpustakaan buka jam 9 pagi.
Dan kini baru saja jam 7.30.

"Ayah ingin pembicaraan kita di rahasiakan dari siapapun, termasuk Ibumu..
Dan ayah mohon kau harus jujur."
Ayah membetulkan posisi duduknya seolah merasa gelisah dan gugup juga.

"Sebenarnya ada hubungan apa kau dengan Jisoo?? Apa kau sudah lupa bahwa ia adalah saudaramu?"
Ayah bicara masih dalam keadaan tenang dan menyilangkan kedua tangannya di hadapan Jimin.

Deg!!
Jujur, bukan ini yang Jimin bayangkan.
Ia berpikir bahwa ayah mengetahui hubungan Taehyung dan Jisoo.

"Emmhhh... mengapa ayah bertanya seperti itu?"
Jimin balik bertanya, padahal Jimin tau ayah tak suka pertanyaannya di jawab dengan pertanyaan lagi.

Ayah hanya menaikkan alisnya dan menajamkan pandangannya menuntut jawaban.

"Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Jisoo.
Aku bersumpah demi apapun.
Ya, mungkin dulu Jisoo pernah menyatakan perasaannya padaku, tapi aku tidak menanggapinya, dan itu semua sudah berakhir lama.
Aku pikir juga saat itu Jisoo masih sangat muda.
Aku sudah jujur pada ayah.."
Jimin menunduk. Ia takut sekali akan ada pertanyaan lain dari ayah.

"Baiklah, anggap saja ayah percaya padamu.
Lalu apa maksud dari semua cd yang ada di kamarmu? Ayah melihat semuanya.
Jelaskan pada ayah apa maksudnya kejadian setelah malam akrab mahasiswa? Apa bisa kau jujur pada ayah tentang itu?"
Ayah memajukan tubuhnya mendekat pada Jimin.
Jimin mematung terdiam dan tak bisa berkata-kata.
Justru ini adalah hal yang tidak di fikirkannya sama sekali.

Astaga ayah melihatnya.. aku harus apa??

"Emmm.. itu.. maaf.. aku.. aku.."
Jimin berkeringat. Dia benar-benar gugup karena ayah mengetahui hal yang ia tutup rapat-rapat bahkan dari Taehyung.

"Ayah menunggu jawabanmu, Jimin!"
Ayah sudah mulai menaikkan nada bicaranya.

"Maaf ayah..
semua itu tidak sengaja, sungguh..
malam itu aku dan teman-teman mahasiswa baru sedang mabuk setelah acara malam akrab.
Kami semua di penginapan yang sama, termasuk Jisoo.
Dan sampai hal itu terjadi kami benar-benar tidak menyadarinya. Maafkan aku ayah...
Maaf.. setelah kejadian itu kami menjaga jarak."
Jimin tambah menunduk tak berani menatap ayah.

Ayah bangkit dan menarik baju Jimin hingga anaknya itu berdiri menghadap ayah.

PLAKK !!!

Tamparan keras mendarat di pipi Jimin hingga tubuhnya kembali ke tempat duduknya.

"Apa yang kau pikirkan anak bodoh??
Dia itu saudaramu !! Harusnya kau menjaganya !!
Apa kau memang suka bermain dengan anak pelacur hah??
Apa kau mau menjadikannya pelacur lagi seperti dulu??? Ayah sudah berusaha untuk membuatnya lebih baik dan lebih berharga di mata orang lain!! Dan kau merusaknya !!"
Ayah berteriak hingga nafasnya tersengal-sengal.

Jimin bersimpuh di kaki ayah.
Di peluknya erat kaki ayah yang gemetaran.

"Ayaaahh.. maafkan aku...
Aku benar-benar tidak menyadarinya...
Maafkan aku ayah..
Sekarang kami tidak ada hubungan apa-apa.
Aku bersumpah demi apapun !!"
Jimin menangis di kaki ayah sejadi-jadinya.

"Di dalam silsilah keluarga kita, tidak ada yang namanya berhubungan dengan saudara tiri!
Kau camkan itu baik-baik!!
Apa kau tidak ingat apa yang kakek katakan padamu hah?
Jangan merendahkan dirimu hanya untuk bergaul dengan orang rendahan!!
Apa kau juga tidak ingat kakekmu memukul ayah hingga berdarah hanya karena Jisoo datang ke keluarga kita?
Ayah mencoba menjadi yang terbaik, Jimin-ah..
Ayah tidak may sosok kakekmu ada di tubuh ini..
Mengertilah naakk.. ayah sudah menua dan renta.." Ayah terduduk lemas di kursi dan menangis memukul-mukul dadanya.

Pegangan tangan Jimin pada kaki ayah melonggar dan beralih untuk setengah berlutut di depan ayah yang terduduk.
"Ayah... maafkan aku..."
Jimin memeluk lutut ayah.

"Jika kakekmu mengetahui ini, dia pasti akan membunuh ayah karena tidak becus mendidik cucunya.
Dia tidak akan pernah menyentuh cucu-cucunya karena terlalu berharga baginya. Dia akan menyiksa ayah Jimin-ah...
Dia selalu memukul bahkan hingga ayah setua ini...
kau tau dia seperti apa kan?
Dia kejam.."
Ayah memelankan suaranya karena lemas dan terisak. Dan mengingat semua kejadian itu membuat ayah semakin merasa sakit.

Jimin benar-benar merasa bersalah atas kejadian masa lalunya dengan Jisoo kala itu.
Ia dan Jisoo memang tidak sadar karena mabuk.
Mereka tidur dalam satu kamar dan semua itu terjadi begitu saja.
Tapi Jisoo mengingatnya dengan baik.
Maka dari itu Jisoo terus menerus mengejar Jimin hingga akhirnya ia menyerah dan menemukan sosok Taehyung.

"Ayah.. maafkan aku..
aku memohon ampun pada ayah..."
Jimin memberanikan diri memandang ayahnya yang bermata sembab.

"Ayah memaafkanmu nak.. tapi tolong..
Jangan ada hal apapun lagi. Ayah sudah tidak kuat apabila harus menahan pukulan-pukulan dari kakekmu lagi. Lihatlah ini...
masih sangat membekas.."
Ayah mengangkat rambut belakangnya hingga terlihat bekas luka itu karena di pukul oleh tongkat Kakek.

Jimin pedih melihatnya. Seketika dia ingat ketika ayahnya di pukul di depan matanya dan juga di depan ibu.
Dan ada beberapa luka lagi yang sangat membekas di tubuh ayah yang tidak bisa Jimin lupakan hingga nyaris membuatnya pecah dalam tangisan lagi.

"Aku berjanji ayah..
Aku tidak akan menyakiti ayah..
Maafkan aku..
aku akan menjaga Jisoo seperti adikku sendiri..."
Jimin akhirnya duduk kembali di kursi di hadapan ayah.

Ayah masih memegang dadanya mengatur nafas karena emosi.

"Pergilah... ayah butuh waktu sendiri..
Rahasiakan ini dari ibu dan Taehyung.."
Ayah meneguk air mineralnya hingga habis.

"Ayah, apa sebaiknya ayah dirumah saja??"
Jimin khawatir melihat kondisi ayah.

"Pergilah, ayah akan baik-baik saja.
Sebentar lagi jam 9, ayah harus membuka perpustakaan. Dan pegawai akan datang.
Ayah butuh waktu memulihkan semuanya.
Pergilah..."
Ayah meninggalkan Jimin di ruang baca yang klasik itu.
sepertinya ayah beristirahat di ruangan kecilnya di balik lemari buku besar.
Jiminpun dengan berat hati meninggalkan ayah dengan suasana hati tak karuan.
Ia tau jika ayah di paksa untuk pulang, pasti suasana akan lebih panas.

Jimin gontai berjalan keluar perpustakaan.
Ia merasa bersalah terhadap ayahnya dan juga Taehyung.
Jimin berpikir tidak mungkin Jisoo menceritakan hal itu.
Jimin gelisah, perasaannya mengambang kesana kemari.

Apakah aku harus mengatakan pada Taehyung?
Atau aku akan biarkan semua ini tetap menjadi rahasia ?






~💜~
Bersambung

Im here, J ! Where stories live. Discover now