Dirty Plan

552 79 17
                                    

"Jisoo.. ayah harus banyak istirahat karena besok ia harus pergi keluar kota untuk seminar buku yang tidak bisa ditunda. Makanya Ibu datang sendirian.
Ayah mengirim salam untukmu.."
Ibu dengan wajah sendunya berusaha tegar di hadapan Jisoo.

"Ibu, tidak perlu repot kemari.
Aku tidak apa-apa.
Taehyung dan Jimin selalu menjagaku.."
Jisoo menyadari sesuatu yang aneh dari wajah ibu.

"Mmmm.. ibu, kenapa mata ibu sedikit bengkak?
Apa ibu sedang sakit ??"
Jisoo yang sedang bersandar di tempat tidurnya melihat ke arah ibu yang memang tidak seperti biasanya.

"Ahhh tidak apa-apa nak.. ibu hanya sedikit lelah karena mengurus ayahmu.. jangan khawatir..
Apa Taehyung sudah berangkat bekerja?"
Ibu menyiapkan makan untuk Jisoo, sambil melihat Jimin yang masih tertidur di sofa.

"Iya bu, Taehyung berangkat lebih pagi..
Dia bilang akan izin 2-3 hari kedepan.
Padahal aku pikir itu tidak perlu.."
Jisoo merasa tak enak Taehyung harus izin tidak masuk kerja mulai besok karena ingin fokus pada dirinya.

"Taehyung melakukan hal yang benar, Jisoo..
Kau harus selalu di temani..
Pasti atasannya akan mengerti...
Ini, makanlah dulu.."
Ibu menyuapi Jisoo, yang ketika menelan selalu merasakan sakit yang luar biasa Di bagian tenggorokan, karena ia sedang mengalami radang, dan juga ketika makanan mulai turun ke perutnya, rasa sakit itu kian mendera.
Walaupun ia bisa menahannya.
Tapi sesekali ia meringis memegang perutnya.

~

Suara ketukan pintu siang itu membuat Jimin terbangun.
Rupanya itu adalah dokter dan juga 2 perawat.

Jimin menggosok-gosok matanya guna memecah rasa kantuknya yang luar biasa.
Ia memang tidur dini hari,
Karena mengerjakan beberapa tugas kuliah yang harus di serahkan hari ini.

"Selamat siang,
Ada kabar baik untuk pasien. Dari tiga pendonor yang di tes kemarin, termasuk dua orang adalah kerabat pasien. Ada satu yang cocok dan mendekati hingga 85%.
Dan itu bukan dari dua anggota kerabat pasien.
Tapi dari pendonor yang tertinggal untuk menjalani tes itu.
Beruntung ginjal dan salurannya sangat sehat.
Mungkin karena ia tinggal di pedesaan dan jarang memakan hidangan cepat saji."
Dokter itu menjelaskan sambil tersenyum lebar ke arah Jisoo.

Sontak membuat Ibu, Jisoo dan Jimin sangat senang mendengarnya.
Bahkan ibu sampai meneteskan air mata haru.
"Nak.. sudah ibu bilang kau tidak usah khawatir.
Banyak orang baik di luar sana."
Ibu memeluk Jisoo dan menangis.
Melihat itu mata Jimin berkaca-kaca tapi ia menahannya.

"Terimakasih atas bantuan anda dan tim medis, Dok..
Kami sangat menghargainya.."
Jimin membungkuk pada Dokter setengah baya itu.

"Transplantasi akan di lakukan esok pagi.
Lima jam sebelum transplantasi di lakukan, pasien tidak di perbolehkan memakan dan minum apapun selain cairan dari infus, guna menetralisir organ tubuhnya.
Kau sangat beruntung nona muda, banyak yang menyayangimu..."
Dokter itu menepuk pelan kaki Jisoo sebelum bergegas meninggalkan ruangan.

Ibu tak bisa menahan haru kala itu.
Air mata ibu yang mengalir entah karena perasaan bahagia ataukah bercampur sedih karena mengingat kejadian dan pembicaraan semalam bersama ayah.

"Ibu....."
Jisoo menitikkan air mata dan segera di sapu oleh tangan lembut ibu.

"Kau tidak akan merasa sakit lagi..
Kau akan kembali seperti biasa dan membantu ibu di kedai.. bukankah kau rindu kedai ibu?"
Ibu merapikan rambut Jisoo dan mengikatnya longgar, lalu di uraikan ke satu sisi.

Jisoo tersenyum, menatap ibu. Lalu menatap Jimin yang duduk dan memperhatikan Jisoo sedari tadi.
Ia begitu bahagia mendengar kabar dari dokter.
Jimin menghela nafas panjang sambil sesekali melihat ke arah Jisoo yang tertawa kecil dengan Ibu.
Pemandangan ini mungkin akan ia rindukan saat Jisoo dan Taehyung menikah nanti.
Mungkin hanya Ibu dan ayah saja yang ia lihat tertawa seperti itu.
Karena Jimin mengetahui, Taehyung akan membawa Jisoo jauh dari Seoul setelah mereka menikah dan mendapat restu ayah tentunya.
Guna menjauhi sang kakek yang mulai membuat Taehyung muak.

Im here, J ! Where stories live. Discover now