TASYA || 10

10.4K 492 2
                                    

Pukul empat sore tapi Tasya masih berada di sekolah. Tepatnya di dalam kelas XII IPA 1. Duduk berhadapan dengan Gibran yang sedang mencoba menyelesaikan soal yang di berikan oleh Tasya.

Pembelajaraan di mulai hari ini dan itu pun atas paksaan Pak Uli. Selepas memberitau jika Gibran adalah teman belajarnya, Pak Uli langsung memberikannya setumpuk kertas dengan berbagai macam soal serta pengertian.

Tasya sudah menyanggupi dan itu artinya Gibran adalah tanggung jawabnya sekarang. Sedari tadi Gibran tidak banyak bicara apa lagi bertanya, lelaki itu hanya diam sibuk mendengar penjelasan yang di kemukakan oleh Tasya dan sesekali ia memperhatikan Tasya yang sedang menjelaskan dengan sangat baik.

Jika dalam keseharian Gibran tidak bicara itu hal yang wajar, karena sejatihnya Gibran adalah tipikal cowo pendiam yang akan berbicara saat perlu dan pada orang yang menurutnya nyaman.

Tapi ini belajar. Beda dengan keseharian, masa hanya diam dan diam. Memangnya ia langsung mengerti dan menangkap maksud dari penjelasannya?

Tapi kali ini Tasya beneran salut, Gibran benar-benar memperhatikan setiap apa yang ia ucapakan dan peragakan.

Gibran menyerahkan buku tulis yang kertasnya sudah tidak bersih lagi,  sudah ada coret-coretan berisi soal pemberian Tasya.

Tasya mengoreksinya dengan telaten, mulai dari angka, koma bahkan sampai hal kecil pun Tasya teliti. Ia tidak mau mengecewakan Pak Uli dan membuat Gibran tidak lulus.

Tasya menunjuk salah satu angka yang merupakan hasil,"Ini buk-

Tasya melirik ponselnya yang ia letakan di atas meja, panggilan masuk dari Papahnya.

Tasya menatap Gibran tidak enak,"Sebentar ya."

Tasya bangkit dan berdiri di depan depan pintu kelas yang jaraknya hanya tujuh langkah dari tempat duduknya.

"Ya, halo Pah?"

"Masih di sekolah."

Gibran memperhatikan Tasya yang berdiri di depan pintu sana.

"Mobilku aman kan Pah?"

Tasya terkekeh mendengat suara jengkel dari Papahnya.

"Yaudah nanti di rumah Asa kasih tau, udah ya Pah bye."

Panggilan terputus dan tasya kembali lagi ketempat duduknya.

"Maaf ya." ucapnya tidak enak. Gibran hanya mengangguk.

"Ini seharusnya enam bukan tujuh, coba di teliti lagi dari awal, mungkin ada pengakaran yang salah." Gibran menarik buku itu dan kembali menyoret di kertas kosong lainnya.

"Liatin." Tasya menurut, ia ikut menunduk dan memeperhatikan setiap cara yang di gunakan oleh Gibran.

☠️☠️☠️

Seorang gadis dengan jas putih khas anak PMR itu berlari meniki anak tangan dengan cepat, ia bahkan hampir tersungkur akibat dirinya yang terlalu cepat dalam berlari.

Sampai di koridor kelas dua belas, ia sedikit memelankan larinya tapi masih dengan ritme yang cepat. Ia ingin segera pulang dan menyegarkan tubuhnya, tapi saat melihat tasnya rupanya salah satu barang berharganya tertinggal di kolong meja. Liptint.

Gadis itu menghebuskan nafasnya lega saat matanya sudah menemukan papan di atas pintu kelas yang bertuliskan XII IPA 1.

Sedikit lagi kakinya akan berbelok kedalam kelas tapi tertahan dengan keadaan kelas yang tidak kosong. Gadis itu mematung di tempat, memperhatikan dua orng di dalam kelas itu.

TASYA (Terbit)Where stories live. Discover now