TASYA || 32

6.8K 320 23
                                    

Rumah adalah tempat ternyaman untuk pulang. Kemana pun kita pergi, rumah adalah tempat utama yang akan kita datangi.

Terlebih, ada orang tua dan sanak saudara yang selalu menunggu kepulangan kita.

Ruang keluarga yang di dominasi dengan cat berwarna putih ini terlihat indah dan nyaman di pandang. Banyak foto keluarga yang tergantung di dinding, mulai dari foto masa remaja kedua orang tuanya hingga foto pernikahan yang terkesan sederhana itu.

Banyak hal manis yang ada di sini.

Tasya, gadis itu sedang duduk dengan pandangan lurus kedepan di mana terpampang foto keluarganya.

Sejujurnya, saat ini fikiran Tasya tidak berada di foto itu, fikirannya melayang pada kejadian beberapa jam yang lalu, tepatnya saat istirahat tadi.

"Permisi, boleh gabung?"

Ketujuh remaja itu menoleh ke sumber suara di mana ada seorang gadis dengan iris mata tajam tapi senyum yang di pancarkan begitu menggoda.

Ketujuh remaja itu menoleh ke sumber suara di mana ada seorang gadis dengan iris mata tajam tapi senyum yang di pancarkan begitu menggoda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Maaf, udah ga ada bangku kosong." Fidel bersuara, mewakilkan keenam temannya yang hanya diam dengan pandangan yang berbeda-beda.

"Gitu ya?" Fidel mengangguk.

Pandangan mata gadis itu tertuju pada Gibran yang sedang asik memainkan jemari milik Tasya.

Tasya yang melihat iris mata itu terarah pada Gibran pun langsung menarik tangannya dengan cepat dan membuat Gibran tersentak.

Gibran menatap gadis itu.

"Kalo gitu gue bawa cowo itu aja, boleh?" Marissa, gadis itu menunjuk Gibran dengan wajah menggodanya.

"Gibran?" Naya membeo.

Marissa mengangguk,"Iya, buat temen gue. Gue ga punya temen disini-

"Oiya, kenalin. Nama gue Marissa, pindahan Jatimulya dan sekarang jadi anak IPS 3."

Sungguh mulia kau nak. Belum di tanya sudah memberitau, dengan terperinci lagi.

"Gue sih owh aja, ya."

Naya memberikan pelototannya pada Restu yang dengan entengnya mengatakan itu.

"Lo mending out deh, sebelum gue tarik." 

Marissa menoleh pada Jupiter,"Kenapa? Kok kaya ga suka gitu sama gue?"

"Jelas lah!" celetuk Valen.

"Kenapa?" Tasya menatap Valen heran. Oh tidak, bukan hanya Valen yang membuatnya heran, ketiga teman Gibran terlihat sangat berbeda saat ini.

Seperti...ada yang di sembunyikan.

"Ga usah ikut campur." Gibran menjawab.

Tasya menoleh, mereka saling tatap dengan pandangan Gibran yang terlihat lebih tajam.

TASYA (Terbit)Where stories live. Discover now