TASYA || 24

7.5K 363 20
                                    

Gibran mengendari mobilnya dengan kecepatan penuh, tidak perduli dengan pengendara yang lain yang terus meneriaki bahkan mengklaksoninya.

Yang terpenting saat ini adalah Tasya.

Tadi saat di parkiran bandara Gibran mendapat telepon dari Restu yang mengatakan jika Tasya pingsan.

Tanpa mendegarkan penjelasan mengapa Tasya bisa pingsan, Gibran mematikan ponselnya dan bergegas menuju sekolah.

Gibran menghantamkan tangannya pada kemudi mobil saat melihat jalanan di depannya macet.

Dengan emosi yang meledak, Gibran menancapkan gasnya kembali saat melihat jalanan sudah lancar.

"Sya...Tasya tunggu gue."

Mulutnya sedari tadi tidak bisa diam, menyebut nama Tasya terus menerus dan memanjatkan doa agar Tasyanya tidak kenapa-kenapa.

Sampai di sekolah gerbang sekolah sudah tertutup rapat, ia sadar, jam sudah menunjukan pukul delapan dan mana mungkin pagar masih di buka.

Gibran turun dari mobil menghampiri satpam sekolah yang sedang duduk di depan pos dengan koran pagi sebagai teman.

"Pak, buka."

Satpam itu menoleh. Ia bangkit dan menghampiri Gibran di depan gerbang.

"Telat setegah jam kamu, tunggu gu-

"Saya udah izin bu Tiara tadi."

"Nih." Gibran menunjukan bukti chat dirinya dan juga bu Tiara yang kebetulan hari ini adalah guru piketnya pada Satpam itu.

Tanpa berucap, satpam itu membuka gerbang cukup lebar agar Gibran dan mobilnya bisa masuk dengan mudah.

Mobil sudah terparkir. Gibran keluar dan segera berlari menuju UKS di mana Tasya berada saat ini.

🔪🔪🔪

Dengan nafas terenggah Gibran memasuki UKS di mana ada teman-temannya yang sedang berdiri dengan gelisah.

Gibran menghampiri Tasya yang masih terbaring di atas branka dengan keadaan mata terpejam.

Ia menoleh pada Naya yang ada di dekat Tasya,"Kenapa?" tanyanya datar.

"Ada bangkai kucing di kolong mejanya." ini bukan Naya. Jawab Jupiter yang kini sedang menyadarkan diri di tembok dekat cendela.

"Gimana bisa?" Gibran masih bertanya dengan nada penasaran. Sorot matanya masih berada pada Naya.

Naya sendiri hanya diam, ia pun ikut kaget dengan kejadian ini. Naya tau kalo Tasya pobia Kucing dan kejadian ini baru pertama kali terjadi.

Itu sebabnya Naya ikut kaget, di tambah hanya ada dirinya di sini sebagai pihak Tasya. Fidel dan Jihan di kelas atas paksaan Pak Uli.

"Nay, jawab!" Gibran membentak.

"Naya ga tau apa-apa Bran!" Restu membela. Ia tidak terima jika kekasihnya di perlakukan sekasar itu oleh Gibran.

Gibran menghela nafas kasar. Ia duduk di bangku samping Tasya yang masih terlelap. Menggenggang tangan Tasya kuat memberi sapuan halus berharap Tasyanya cepat membuka mata.

"Tasya pobia Kucing."

Semua menoleh pada Naya.

TASYA (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang