Bagian 28

140 14 0
                                    

Saat ini diskusi yang diadakan untuk anak-anak beasiswa telah selesai. Aca yang masih duduk di ruang pertemuan seraya merapihkan alat tulisnya.

"Hai Hafsya?" Ucap seseorang.

"Oh hai kak" balas Aca.

"Pulang sama siapa ca?"

"Naik motor kak"

Orang itu adalah Aldi kakak tingkatnya, yang ber-oh ria saja yang mendapat jawaban dari Aca. Aca berdiri dari kursinya dan meneju keluar ruangan yang diikuti oleh Aldi.

"Kak kenalin ini Winda temen aku" ucap Aca seraya memperkenalkan Winda pada kak Aldi.

Aldi pun menerima uluran tangan dari Winda dan mereka saling berkenalan satu sama lain.

"Kalau gitu aku sama Winda pamit duluan ya kak" ucap Aca.

"Iya kalian hati-hati di jalan"

Mereka mengangguk dan melangkah menuju ke arah parkiran fakultas "ciye kenalan sama kak Aldi" ledek Aca.

"Apaan sih ca" balas Winda menyenggol bahu Aca.

"Si Bagas tumben gak di samping Lo"

"Iya dia gak ada jadwal" balas Aca.

Winda merespon dengan anggukan kepalanya. Setelah sampai parkiran Aca langsung mengendarai sepeda motornya itu dan menuju ke rumahnya.

Sesampai di rumah Aca tak langsung masuk ke dalam rumah. Namun, ia pergi ke arah sebrang rumahnya. Ia ingin menemui sahabatnya entah sahabat atau kekasih. Aca bingung dengan hubungannya. Sejak kemarin Bagas mengajak nya menikah dan itu ia terima, jadi mungkin Bagas adalah calon suaminya.

Aca membuka gerbang rumah Bagas dan menuju pintu utama keluarga Raditya itu. Aca masuk ke dalam dengan mengucapkan salam dan bergegas menuju ke kamar Bagas.

Ceklekk...

Terlihat Bagas yang sedang fokus pada laptopnya. Aca berpikir bahwa Aga tak menyadari kedatangan Aca. Setelah Aca membuka pintu Aca segera menutupnya kembali, ia melemparkan tasnya di kasur Bagas dan merebahkan dirinya. Ia merasa lelah setelah seharian berkutat dengan mata kuliahnya.

Bagas yang menyadari adanya suara pintu tertutup pun menoleh ke arah pintu dan ke arah ranjang nya ternyata sosok itu telah berada disini, sosok yang ia pikirkan beberapa waktu lalu.

"Lelah banget kayaknya ca" gumam Aga.

Bagas keluar kamarnya dan menghampiri sang bunda. Bagas ingin membicarakan soal perjodohan yang akan tiba sewaktu-waktu.

Bunda sedang berada di dapur dengan kegiatan memasaknya "bunn...."

Bunda menoleh ke arah Bagas seraya tersenyum kepada sang anak "kemarin kamu kemana aja sih?"

"Ada Bun"

"Dimana? Kata pak satpam kantor kamu gak nginep di kantor. Jadi kamu dimana selama gak pulang-pulang" tanya bunda.

"Ada bun. Di tempat rahasia"

"Heleeh main rahasia-rahasiaan sama bunda nya juga"

Bagas terkekeh "Bun soal perjodohan gimana?" Tanya Bagas.

"Itu urusan ayah. Kalau bunda jelas menolak" balas bunda seraya duduk di kursi meja makan yang berada di samping anaknya.

"Kenapa? Kamu udah ada calon?" Tanya bunda.

"Ada Bun. Baru dapet banget Bun" balas Aga.

"Yasudah nanti bunda coba bicarakan pada ayah mu" balas bunda. Bagas pun meninggalkan dapur dan menuju ke ruang keluarga, lalu menyalakan televisi yang berada di ruangan tersebut.

🍁🍁🍁

Sudah hampir menjelang malam tapi Aca belum keluar dari kamarnya. Apa yang dilakukan Aca sampai saat ini belum keluar kamar Bagas. Bagas pun bergegas keluar rumah dan beranjak ke rumah Aca.

Terlihat sosok papa dari Aca yang duduk di teras rumahnya itu dengan obrolan kecilnya.

"Pa" sapa Bagas seraya mencium punggung tangan papa.

"Aga cuma mau kasih tau. Kalau Aca di rumah Aga dari sehabis pulang kuliah" jelas Aga.

"Ya ampun pantes aja tuh anak gak pulang-pulang. Papa kira dia kabur kemana" balas papa, sudah tidak heran lagi jika anak nya bukan pulang ke rumah melainkan ke rumah Bagas.

Bahkan terkadang Aca mandi di rumah Bagas dan mengenakan pakaian kaos miliknya atau kemejanya.

"Sedang apa anak itu?" Tanya papa.

"Tadi sih tidur, kayaknya capek banget pa dia. Semalam kan tidur hampir larut terus berangkat pagi-pagi sampai menjelang sore baru pulang" jelas Bagas.

Papa tertawa "memang dasar kebo anak itu. Papa gak tau deh ada yang mau nikah gak sama anak itu, tidur nya terlalu over" ucap papa.

"Ada pa tenang aja. Kan ada Aga"

"Bisa saja kamu"

Sedang asik berbincang dengan papa, bagas melihat ke arah rumahnya ada mobil yang berhenti tepat di depan rumahnya. Mobil yang asing menurut Bagas. Siapa gerangan yang bertamu pada jam seperti ini. Memang belum terlalu malam untuk bertamu, tapi tidak biasanya ada tamu.

Papa yang melihat Bagas sedang menoleh ke arah rumahnya bertanya "siapa yang datang bertamu"

Bagas masih dengan pandangan yang sama penasaran dengan tamu yang berkunjung "gak tau deh pa" balas Bagas.

"Yaudah pa Bagas pamit dulu ya" ucap Bagas dan mencium punggung tangan sang papa.

Bagas pun melangkah untuk menuju ke rumahnya. Ia masuk gerbang dan mengucapkan salam, tamu itu sudah berada di ruang tamu. Satu perempuan dan satu laki-laki paruh baya yang diyakini oleh Bagas adalah kerabat dari sang ayah.

Bagas mencium punggung tangan dari kedua nya dan duduk di sofa yang masih kosong.

"Oh ini anak mu. Tampan sekali rupanya" ucap salah seorang wanita paruh baya tadi.

"Tentu saja. Aku dan istriku saja cantik dan tampan" balas ayah. Rasanya Bagas ingin tertawa mendengar gurauan para orang tua ini.

Bagas masih bergelut dengan pikirannya, siapa kedua orang ini. Ada tujuan apa kedua orang ini. Bagas melihat ke arah bunda yang sedari tadi hanya terdiam dan tersenyum ramah.

"Permisi, maaf telat" ucap seseorang yang baru hadir di tengah-tengah obrolan para orang tua ini.

"Sini nak" ucap dari pria paruh baya tadi.

"Bagas, kenalkan nak. Ini Bela gadis yang akan jodohkan dengan kamu" ucap papa.

Bagas terdiam lama entah memikirkan apa. Dirinya benar akan dijodohkan, hari yang ternyata tidak akan terjadi pada kenyataannya terjadi.

Aca yang sudah bangun dari tidur lelapnya di kamar Bagas. Saat ini sang Aca sedang berada di balik tembok pemisah antara ruang keluarga dan ruang tamu. Aca yang mendengar itu hatinya terasa hancur. Kemarin, Bagas ingin mengajak menikah tetapi Bagas malah dijodohkan.

Harapan yang sudah ia bangun kini hancur secara perlahan. Dia tak bisa berucap apa-apa. Aca menahan air matanya agar tak menetes namun nihil air matanya menetes tanpa harus diminta.

Bagas yang tersisa bertanya-tanya dalam hati nya "kenapa? Kenapa baru sekarang, ketika gua udah serius sama Aca dan memantapkan diri dengan Aca" katanya dalam hati.




Bersambung...

Cinta Selamanya [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang