7 • Rencana

1.1K 161 2
                                    



...



Beberapa hari ini Donghyuck benar-benar menghindari interaksi dengan keluarga besarnya, terutama Ayahnya.
Terhitung sudah enam hari dia tak menghubungi saudara-saudaranya, dan lebih memilih me-mute group chat keluarga di handphone nya.

Dia lelah harus memasang topeng terus menerus. Di depan ayahnya, tidak mungkin terang-terangan ia menolak perjodohan sialan itu. Donghyuck masih amat sangat menghargai si tuan Lee itu.
Tapi, eksistensi Jaehyun nyatanya menjadi penyakit baru untuk hati dan fikirannya. Beberapa kali Chenle menegurnya karena hilang fokus dalam bekerja.

Maka dari itu, disinilah Donghyuck sekarang, sebuah taman pinggiran kota Seoul dengan pemandangan danau yang sangat memanjakan mata. Melepas segala penat dan lelah, ia memutuskan untuk membawa mobilnya mengelilingi Seoul dan berakhir disini.

Dengan beralaskan rerumputan tebal, Donghyuck mendudukkan dirinya. Menggenggam beberapa kerikil kecil ketika turun dari mobil tadi, ia melemparkannya satu persatu kedalam danau yang tenang. Gemercik air yang dihasilkan dari lemparan yang ia ciptakan, tertangkap di indera pendengarannya dan menghantarkan ketenangan pada kepalanya yang hampir pecah.

Terus ia ulangi sampai kerikil ditangannya habis.
Kemudian tersenyum sendiri saat Sepoi angin barat menerpa helaian rambutnya yang halus. Donghyuck merasa relax.

Memejamkan mata, ia memilih membaringkan tubuhnya diatas rerumputan hijau, dengan satu lengan ia letakkan di kening, menghalau silau matahari menerpa wajahnya.

"Aku ingin bebas dan tenang seperti ini!"

Bisiknya yang hanya mendapatkan jawaban berupa riakkan dedaunan yang saling bergesekan saat diterpa angin.

"Aku hanya ingin menikmati waktuku sendiri. Tanpa orang-orang yang egois dan hanya peduli pada diri mereka sendiri!"

Bisiknya semakin lirih, masih dengan mata terpejam.

"Andai aku bisa pergi dari sini tanpa siapapun bisa mengejar dan memaksaku kembali!"

Sepersekian detik setelah mengucapkan kalimat tersebut, matanya yang seindah lelehan madu terbuka. Donghyuck bangkit dengan terburu, merogoh saku celana bahannya, mengambil smartphone miliknya, lekas menghubungi seseorang.

"Ya, Boss. Ada yang bis--"

"Chenle, bisa tolong kumpulkan data pasangan yang menikah bulan ini!"

"Hah? Semuanya? Apa tidak kurang banyak?"

"Ah, tidak-tidak. Cukup kau sortir beberapa saja, terutama yang meminta jasa fotografi dari luar WO kita!"

"Okey. Lalu? Ada lagi?"

"Segera kirimkan lampirannya, lewat chat saja tak apa. Aku menunggu lima belas menit!"

Pip.

Donghyuck tersenyum setelah mematikan sambungan telepon dengan asistennya itu secara sepihak.
Setidaknya, ia tahu caranya pergi tanpa halangan.


...



Jaehyun menatap jengah adik kembarnya yang tak berhenti merengek seperti balita sejak satu jam yang lalu. Si merepotkan Jung Chaeyon memang tidak sadar usia.
Jaehyun mendengus sebal dan mendorong kepala adiknya itu yang sejak tadi menempel di lengannya. Mengganggu acara mempelajari dokumen-nya saja.

"Ck. Jung Chaeyon. Perhatikan sikapmu! Ini kantorku, bukan rumah!"

Jaehyun melepas paksa rangkulan dilengannya.

kulamar dirimu | jaedongWhere stories live. Discover now