23- Benar Benar Tak Sama

15 2 0
                                    

"Oh jadi kakak itu temennya kak Daniel dari kecil?"Rani mengangguk kecil.

"Terus udah gitu?"tanya Putri ingin mendengar lanjutan ceritanya.

"Kakak.. Suka sama dia tapi dia salah paham terus jadian sama orang lain."lanjut Rani. Lalu meneguk teh hangat itu kemudian menyimpannya di meja.

"Apa kakak gak coba jelasin?"ujar Shila sambil mengusap pelan bahu Rani.

"Udah. Kita juga baikan, dia bilang kalau dia itu cemburu tapi ternyata dia malah pacaran sama temen sekelas Kakak,"gumam Rani lalu memejamkan matanya tak kuasa menahan sakit di dada nya.

"Kakak yang sabar ya,"ucap Shila lagi, Rani tersenyum tipis. Rani memang harus bersabar.

"Iya. Dan lagi dia jadian dengan orang yang tepat kok. Nama nya Viona, kalian pasti tau yang mana orang nya."lanjut Rani lagi.

"Hah jadi dia jadian sama si judes?"Putri yang duduk tiba tiba berdiri karena kaget.

"Kok si judes sih, dia itu orangnya baik tau pinter juga,"puji Rani walau ada cubitan kecil di hatinya.

"Ih baik juga kalau depan cowok doang. Ke cewek mah enggak tuh,"ujar Putri melipat kedua tangannya sebal.

"Ah masa sih?"tanya Rani tak percaya, memang sih ada desas desus di kelas yang mengatakan jika Viona memang orang yang seperti itu, tapi Rani tidak percaya karena Viona memang selalu baik padanya.

"Terus baik nya juga sama cowok yang ganteng doang. Temen aku nembak dia malah di tolak kasar tau. Kasian temen aku,"gumam Shila.

"Temen sekelas Lo?"tanya Putri, Shila mengangguk."si Erik bukan sih?"

"Iya. Kasian banget parah,"ujar Shila membayangkan temannya yang sakit hati karena Viona.

"Jadi kalian itu beda kelas?"tanya Rani memastikan.

"Aku Ipa Putri Ips,"jawab Shila tersenyum. Rani ber "oh" paham.

"Tapi kok kalian bisa di uks? Atau kalian sakit juga?"tanya Rani lagi.

"Enggak kok. Kita emang lagi kebagian jaga di sini kita kan anak PMR,"jawab Putri bangga. Rani pun tersenyum bangga.

"Kakak ke kelas dulu kalau gitu ya,"pamit Rani lalu berdiri dari bibir ranjang yang ia duduki.

"Loh kakak kan masih sakit,"cegah Shila dan Putri mengangguk setuju.

"Ah enggak kok. Gak papa. Dadah."Rani melambai pergi lalu menutup ruang UKS itu pelan.

Ia kemudian berjalan cukup jauh menuju kelasnya. Dan saat sampai di kelas, kelasnya sudah kosong. Pasti karena jam istirahat yang beberapa menit yang lalu berbunyi.

Ia duduk di bangku nya yang paling depan. Melipat kedua tangan di dada lalu mulai memejamkan matanya. Mengistirahatkan mata nya yang sudah memerah.

Tap Tap Tap

Suara langkah kaki membangunkannya. Rani langsung melihat ke arah pintu dimana ada Daniel yang tengah berdiri ling lung di sana.

"Ran Lo liat Viona gak?"tanya Daniel sambil matanya mencari ke sekeliling ruangan. Rani menggeleng lemah. Daniel lalu beranjak pergi dari sana.

"Daniel tunggu!"cegah Rani lalu berlari kecil mendekati Daniel dan mencekal lengannya.

"Ada apa?"tanya Daniel melepas pelan tangan Rani dari tangannya.

"L-Lo serius pacaran sama Viona?"tanya Rani ragu untuk memastikan.

"Iya emangnya kenapa?"Daniel menatap Rani bingung.

"Em.. Lo tau Viona itu orang nya gimana?"tanya Rani lagi.

"Iya gue tau. Di cantik, baik, pinter. Terus kenapa?"puji Daniel. Rani menahan hati nya yang berdenyut.

"Kata orang dia itu-,"Rani menggantung Kalimatnya.

"Gak usah percaya kata orang."balas Daniel jengah lalu berbalik pergi tapi lagi lagi Rani menahannya.

"Tapi Niel dia itu katanya-,"

"Udahlah Ran gue tau apa yang baik buat diri gue sendiri. Lo gak usah ikut campur,"ketus Daniel lalu pergi meninggalkan Rani yang terdiam kaku.

Lo gak usah ikut campur

Lo gak usah ikut campur

Gue tau yang terbaik buat diri gue sendiri

Kalimat yang baru saja terlontar dari mulut Daniel mengiang-ngiang di pikiran Rani. Terus berputar di kepalanya. Ia terdiam, namun air mata jatuh tanpa aba aba.

***

Bel pulang telah berbunyi. Membuat satu sekolah berhamburan keluar menuju rumah masing masing untuk pulang.

Tadinya Rani ingin pulang juga untuk mengistirahatkan fisik, hati dan pikirannya, tapi ia ingat hari ini ia harus latihan memasak karena lomba babak pertama akan segera di mulai.

"Rani! Lo mau ke kelas Alvino kan? Bareng yuk gue juga mau ketemu Daniel,"ajak Viona lalu menarik tangan Rani paksa, dan Rani membiarkan Viona melakukannya.

Mereka berdua lalu sampai di depan kelas Ips 3 dimana Daniel yang sudah ada menunggu di sana. Menunggu Viona tentu nya. Viona lalu menyapa dan mendekat pada Daniel.

Rani berjalan melewati dua orang itu menuju Alvino yang baru saja keluar dari kelasnya sambil memegang sapu.

"Alvino!"panggil Rani.

"Eh Rani. Tunggu sebentar ya gue piket dulu,"ujar Alvino lalu masuk lagi ke dalam kelas. Rani mengangguk sambil tersenyum tipis.

"Jadi kita latihan gak hari ini?"tanya Viona pada Daniel sambil memeluk tangan Daniel.

Rani mencoba tak peduli. Ia ingin menutup mata dan telinga nya. Ia tak mau melihat ataupun mendengar apa apa lagi yang akan menyakiti perasaan nya sendiri.

"Ran!"Daniel tiba tiba menepuk pundak Rani kemudian memberikan dua buah tiket untuk nya.

"Itu tiket buat Lo sama Alvino buat nonton lomba band gue,"ujar Daniel dengan Viona yang masih memegang erat tangan Daniel.

Rani lalu melihat sekilas tiket itu dan mata nya terfokus pada tanggal yang tertera di sana.

"Lomba Lo Minggu depan?"tanya Rani yang terkejut. Daniel dan Viona mengangguk bersama.

"Tanggalnya sama kayak tanggal gue lomba. Jadi gue gak bisa dateng,"gumam Rani kecewa.

"Oh yaudah kalau Lo gak bisa dateng juga gak papa kok,"ujar Viona tersenyum ramah. Sebenarnya Rani ingin datang untuk mendukung Daniel tapi ia juga harus mengikuti lomba pada hari yang sama. Dan lagi Daniel kan sudah punya pacar, untuk apa dia ada. Pikirnya.

"Iya maaf ya,"ujar Rani meminta maaf.

"Rani ayo,"ajak Alvino ya g ternyata sudah selesai dengan piket nya. Rani lalu pergi dari sana bersama Alvino meninggalkan Daniel dan Viona.

"Eh itu apaan yang Lo pegang?"tanya Alvino pada kertas yang di pegang oleh Rani. Rani lalu memberikan kertas itu padanya.

"Ini tiket nonton lomba nya Daniel,"ungkap Rani. Alvino lalu terkejut setelah melihat sekilas tiket itu.

"Lah tanggalnya sama kayak kita lomba,"ucap Alvino kemudian memberikan tiket itu lagi pada Rani.

"Iya,"jawab Rani.

Mereka berdua lalu masuk ke dalam ruang tata boga dimana sudah ada Bu Iren dan beberapa orang yang lain di sana.

Rani menyimpan tasnya, memakai apron nya lalu menarik nafas panjang dan tersenyum lebar. Ia yakin hobi nya ini akan membuat ia melupakan kejadian menyakitkan dalam satu hari ini.

***

Tbc.....

Halohaaaaa

Oh iya tekan bintang di bawah ya. Dan juga tekan tombol di sebelahnya jika kalian ingin memberi kritik dan saran. Terimakasih.

-salambungabunga



RADDAR💑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang