Part 9: Lo siapa?

651 218 345
                                    

•|FRASA|•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•|FRASA|•

Sampai di depan Kafe Black Room, Aksa melihat Risya yang tengah menunggunya diluar sambil bermain ponsel. Gadis itu melambai lambai riang.

"Dianter Leon?"

"Enggak, sama Kak Alfa."

"Widih... Udah punya cowok nih ceritanya?" Risya mendorong pintu kafe. "Cerita dong," lanjutnya.

Keduanya langsung memesan. Rencananya mereka akan duduk di lantai dua. Tempat favorit. Percakapan diantara keduanya berhenti sejenak.

"Double beef burger satu, black burger satu, mini cheese pizza satu, oreo milkshake, sama strawberry milkshake satu," ucap Aksa lancar. Memang itu yang selalu mereka pesan. Bedanya, biasanya akan ada tambahan oreo dessert, taro thai tea, dan satu lagi double beef burger. Siapa lagi jika bukan milik Frans?

Setelah mengambil nomor dan membayar pesanan, keduanya langsung menaiki tangga hitam di sudut ruangan. Berjalan ke pojok, dan memasuki ruangan kecil yang dua sisinya terbuka. Lebih mirip seperti balkon. Tak lupa, Risya menggantungkan nomor di dinding luar ruangan mereka.

"Jadi, cerita dong!" Tagih Risya tak sabaran. "Alfa ya tadi namanya? Itu siapa?"

"Bukan siapa siapa. Senior sih. Frans dulunya juga kenal kok sama dia."

"Yakin nih bukan siapa siapa? Kok gue jemput nggak mau tadi? Malah berangkat bareng orang itu?"

Risya menaikturunkan alis tebalnya.

"Emang bukan, Kak Sya. Aku tadi pesen taxi online. Eh ternyata yang punya mobilnya Kak Alfa. Kebetulan aja. Lagian juga seru kok, jadi nggak bosen di jalan."

"Anjir, pacar sendiri dibilang supir taxi."

Aksa merotasi kan bola matanya.

"Suudzon mulu ih. Kayak adeknya lama lama," cibir Aksa.

Tawa Risya meledak. Membuat gadis yang sedang membersihkan kacamata di depannya mengernyit heran. Surai coklatnya terlihat berantakan. Sebagian menutupi dahi. Hoodie biru pastel kebesaran membalut seragam putihnya.

"Lo habis diapain sama Frans? Tumben bilang gitu?"

Yang ditanya menggeleng sambil tersenyum. "Nggak di apa-apain," ucapnya jujur. Setidaknya jujur versi Aksara Aurellin Pradikta.

"Bohong bener. Udahlah, Sa! Ngaku aja. Sikap Frans ke elo gimana kalo di sekolah? Jahat, kan?"

"Engga. Dia normal kok. Sikap layaknya orang amnesia, Kak Sya. Nggausah dipermasalahin. Kita kan nggak bisa nyalahin orang yang nggak tau apa apa."

"Marah marah kayak waktu di rumah?"

"Iya," kata Aksa. Ia tak salah. Memang iya kan?

"Sa gue boleh tanya?"

FRASA [✓]Where stories live. Discover now