|12|- Didik Nini Thowok, Menari Melintasi Gender

18 3 2
                                    

|DIDIK NINI THOWOK|

Uuu keturutan juga bisa ngeriset beliau. Eh gimana? Maksudnya bisa mengulik kehidupan beliau lebih dalam. Walau yang kuriset enggak dalam-dalam. Nanti kecemplung bahaya.

Didik Nini Thowok, laki-laki yang lahir di Temanggung, Jawa Tengah, pada tanggal 13 November 1954. Berarti di tahun ini umur beliau 66 tahun.

Tari, adalah seni yang membuatnya cinta mati. Sejak kecil menggambar dan nembang (menyayi lagu jawa) merupakah hal yang disukainya. Setelah mengenal dunia tari akibat dari dirinya yang sering menonton pagelaran wayang orang , Didik pun mempunyai tekat yang kuat untuk mempelajari dunia tari. Meski lahir dari keluarga yang kurang berada, tetapi tidak menyurutkan semangatnya di bidang tari. Beliau pernah menyewakan komik warisan kakeknya untuk membiayai kursus tarinya. Guru tarinya adalah teman sejelasnya, yaitu Sumiasih. Guru selanjutnya yaitu Ibu Sumiayati yang mengajari Didik dan ketiga adiknya. Didik juga belajar tari Bali klasik dari seorang pencukur rambut. Selain itu, Didik juga berguru pada Sudiarjo yang mengajarkannya tarian Jawa Klasik dan menciptakan tari kreasi baru.

Karena kecintaanya terhadap dunia tari sudah dimuali sejak kecil, hal itu membuat beliau totalitas menari dan menata tari. Pada tahun 1971, beliau membuat koreografi tari yang merupakan gabungan dari tari Jawa dan tari Bali. Tari ciptaanya tersebut dipentaskan saat acara kelulusan SMAnya pada tahun 1972. Beliau tampil pertama kali sebagai penari wanita dengan berkebaya, bersanggul, dan menari dengan sangat luwes.

Setelah lulus dari bangku SMA, beliau berkeinginan melanjutkan sekolah ke Akademi Seni Tari (ASTI) Jogja, kalau sekarang dikenal dengan ISI Jogjakarta. Dengan uang yang telah ditabungnya, beliau berangkat ke Jogjakarta dan mendaftar di ASTI.

Biasanya untuk masuk ke jurusan seni harus di tes bakatnya dulu, kan, ya. Seni rupa ya nggambar, seni tari ya nari dulu. Duh, ngegampangin banget sih aku. Tapi bener kan?

Ada yang anak seni? Kalau ada, aku iri sama kamu ....

Hahahaiisshh kemana-mana!

Oke, jadi Didik Nini Thowok ini menarikan Tari Manipuri, dan berhasil memikat tim juri dari ASTI. Sedikit tentang Manipuri yang kuketahui ya, jadi ini tu tari perempuan yang sedang ... mandi? Hooh mandi, tapi di kolam-kolam putri gitu. Disana ada gerakan ngelepas sandangan sama perhiasan, terus sabunan, kosokan, sampoan, ngucek baju, njemur baju. Yang kuingat itu. Iya aku sedikit tahu soalnya pernah manggung tari ini, waktu SD.

Dan beliau memperagakannya dengan begitu cantik!!!!!

Menjadi maba di Jogja berarti beliau harus merantau demi studi dan meninggalkan keluarga. Namun, karena beliau mempunyai pribadi yang hangat, humoris, sopan dan santun, tidak menyulitkannya untuk mendapatkan teman baru, enggak merasa sendirian deh. Ketrampilan membrodir ... apa ya, nyulam dan juga membuat kerajinan tangan yang diajarkan neneknya sangat berguna bagi Didik. Karena beliau bisa membuat hiasan sebagai pesanan orang dan ya, uangnya bisa ditabung atau untuk uang sangu kuliah.

Lanjut ....

Mengulik tentang nama Didik Nini Thowok.

Jadi teman-teman, nama Didik Nini Thowok adalah nama panggung beliau. Nama resminya yakni Didik Hadiprayitno. Nama lahirnya Kwee Tjoen Lian, karena beliau sering sakit-sakitan kemudian namanya diganti menjadi Kwee Tjoen An. Ayah beliau adalah keturunan Tionghoa-Temanggung, jadi enggak heran kenapa nama kecilnya ke China-chinaan.

Lalu, kenapa nama beliau bisa jadi Didik Nini Thowok?

Ceritanya beberapa bulan setelah masuk ke ASTI, pada tahun 1974, beliau mendapat tawaran dari seniornya, yaitu Bekti Budi Hastuti atau Tutik, untuk membantu dalam bagian tari Nini Thowok, bersama satu teman lagi, yaitu Sunaryo. Tari Nini Thowok atau Thowong adalah sejenis permainan jailangkung yang biasa dimainkan oleh masyarakat Jawa. Tutik berperan sebagai boneka, Sunaryo sebagai pawang dan Didik berperan sebagai dukun pembawa sesaji, untuk menghilangkan kesan angker di tarian sebenarnya peran Didik.

Pementasan tari Nini Thowok ini sukses besar, sampai-sampai membuat trio penari ini melakukan pentas di berbagai acara. Kemudian mereka pun mengemas konsep pementasan yang lebih matang.

Saat Sunaryo mengundurkan diri dan posisinya digantikan oleh Bambang Leksono, teman sekost Didik. Mereka, trio penari itu menyebut mereka sebagai Bengkel Nini Thowok, yang bisa diartikan bengkel nenek yang menyeramkan. Dan nama Nini Thowok melekat pada nama belakang mereka. Setelah itu, karier Didik semakin melonjak bahkan sering muncul di televisi dengan nama panggung Didik Nini Thowok.

Setelah menyelesaikan studinya di ASTI dan mendapat gelar SST, Sarjana Seni Tari, beliau mendapat tawaran almamaternya untuk mengabdi sebagai staff pengajar, selain itu beliau juga diminta menjadi pengajar Tata Rias di Akademi Kesejahteraan Keluarga (AKK) Jogja.

Didik Nini Thowok terus mengembangkan kemamouan tarinya dengan berguru kemana-mana. Dan beliau pun melakukan kunjungan di beberapa negara loh! Kunjungan pertamanya, yaitu Belgia, Prancis, Belanda, dan Inggris pada tahun 1985. Ditahun 2000 beliau mendapatkan beasiswa untuk belajar tari Jepang di Jepang!

Didik Nini Thowok, terlahir sebagai laki-laki, namun bersinar ketika memainkan tarian perempuan. Beliau telah menari melintasi gender. Baginya, belajar itu harus totalitas, kalau mau hasilnya maksimal, jangan setengah setengah.

"Seandainya dulu saya tanggung-tanggung belajar, mungkin tak seperti ini hasilnya."

"Setiap tarian memiliki jiwa sendiri. Agar jiwa itu hadir, seorang penari harus menjiwai tariannya."

Kini, beliau sudah menciptakan lebih dari seratus tarian. Semoga beliau panjang umur dan terus melahirkan karya-karya luar biasa.

DAFTAR RUJUKAN

1. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Didik_Nini_Thowok

2. https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/11/25/didik-nini-thowok-menjelaskan-sejarah-tari-lintas-gender

3. https://www.radioidola.com/2015/didik-nini-thowok-mencintai-tari-sepenuh-hati/

4. https://www.whiteboardjournal.com/ideas/didik-nini-thowok-dagelan-dan-edukasi-crossgender-dalam-tarian/

5. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/didik-hadiprayitno-didik-nini-thowok-penari-dengan-sejuta-bakat/

OBSERVA-SI JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang