3

1.4K 191 11
                                    

Awal semester tiba. Khalifah bernafas lega begitu ia turun dari mobil sang ibu. Sesudah bangun subuh, ia dan adik-adiknya tidak diperbolehkan tidur kembali, tetapi harus segera bersiap-siap berangkat. Zila mengatakan jika ia akan mengantar anak-anaknya dan mereka tidak boleh terlambat di hari pertama sekolah.

Khalifah sudah meminta untuk naik bus atau taksi online saja, tapi sang ibu tidak boleh dibantah sama sekali atau ia diancam tidak dapat uang jajan.

"Ayo, kita masuk,"

Khalifah melirik ke belakang, rupanya ibunya masih berada di sana. Bukannya pulang, tapi meminggirkan mobil dan sekarang menuju ke gerbang sekolah, mendekatinya.

"Mama mau ngapain? Abang bukan anak TK yang harus diantar sampai ke kelas," protes Khalifah. Ia bergidik ngeri sembari memperhatikan beberapa siswa yang berlalu lalang di hadapannya.

"Kamu nggak diantar ke kelas, tapi ke kantor kepala sekolah," balas Zila cepat.

"Ma.. don't be over. I'm oke!!"

Sang ibu sama sekali tidak peduli dengan anaknya yang merasa keberatan. Ia terus berjalan memasuki halaman sekolah dengan menggandeng tangan sang anak. Khalifah menutup wajahnya dengan tangan karena merasa diperhatikan oleh satpam dan beberapa siswa lainnya.

"Mama malu-maluin tau, nggak?"

Zila diam saja, tidak menjawab.

"Ma, Abang nggak mau diperlakukan berbeda dengan siswa lain. Abang baik-baik aja ...."

"Kau diam saja lah!" ucap Zila kesal. Kalau sudah begini, Khalifah tidak berani berkomentar apapun.

_____

Setelah mengantar ketiga anaknya, kini Zila melakukan live streaming di dalam mobilnya. Ia masih belum meninggalkan rutinitas mengajarnya, hanya saja kini ia menggeluti bimbel online. Kalau dulunya Zila menjadikan rumah besarnya sebagai tempat les privat, kini tidak lagi semenjak ia menjadi pengusaha yang memproduksi pakaian muslimah.

Adapun anak-anak yang masih kecil, masih bisa belajar di bawah naungannya. Hanya saja mereka belajar di tempat khusus dan diajari oleh beberapa guru yang dipilih oleh Zila. Sementara Zila hanya mengontrol ke tempat sesekali.

"Oke, sekian bimbel hari ini, yang masih belum jelas bisa ditanyakan langsung via whatsapp saya. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," tutupnya sembari mematikan teleponnya.

Zila akan menyalakan mobilnya tepat disaat ponselnya berdering.

"Wah, apa jangan-jangan anak didikku pada gak paham sama materi hari ini ya?!" Zila bermonolog.

Lalu diraihnya ponsel di atas dashboard. Setelah membaca nama penelepon, Zila menarik nafas dalam-dalam, kemudian ia mengangkatnya.

Setelah mengobrol, lebih tepatnya berdebat, akhirnya Zila menuju cafe untuk menjumpai orang yang baru saja meneleponnya. Cafe tersebut tergolong berkelas, pelayanannya begitu baik. Biasanya, cafe tersebut dikunjungi oleh pebisnis untuk melaksanakan meeting.

"Sayang!"

Zila langsung menutup wajahnya dengan handbag ketika seseorang memanggilnya sembari melambaikan tangan. Dalam hati ia menggerutu karena telah menjadi pusat perhatian pengunjung cafe yang rata-rata orang-orang berpenampilan glamour.

Jangan-jangan ini dosa karena tadi pagi aku membuat Khalifah malu! batinnya.

Kembar tapi Beda ✔ Where stories live. Discover now