4

1.2K 185 30
                                    

"Ingat! sepuluh menit.." ujar Zila tersenyum renyah kepada anak-anaknya yang tengah sarapan. Khalifah mendengus sebal mengingat persyaratan yang diberikan sang ibu kepada mereka agar dibelikan ponsel baru.

Zila meminta mereka untuk berbicara dalam bahasa China selama sepuluh menit, sebagai persyaratannya.

"Apa untungnya coba?" kesal Khalifah. "Bahasa yang paling penting ya bahasa Arab dan Inggris. Kalau bahasa Arab bisa membuat kita paham dengan makna dari setiap ayat Al-Quran, sementara bahasa Inggris adalah bahasa internasional,"

"Dimana manfaat mengetahui bahasa China, coba?" ucapnya lagi seraya menusuk-nusuk telur mata sapi di piring dengan garpu. Kesal.

"Siapa tahu beberapa tahun ke depan negara kita dikuasai China, jadi kalian sudah ada persiapan agar bisa bertahan hidup!" balas sang ibu dengan judesnya lalu beringsut keluar.

"Mama marah?" tanya Khalifah tak percaya.

"Gak, Mama mau nyiram bunga,"

Helaan nafas lega dari ketiga anaknya terdengar.

Baru beberapa menit Zila menyiram bunga kesayangannya di halaman rumah, tiba-tiba terdengar suara klakson motor dibalik gerbang. Zila menoleh sesaat, di sana ada seorang remaja lelaki lengkap dengan seragam sekolahnya. Remaja itu dalam posisi duduk di atas motor gedenya.

"Arif ada, Tan?" seru remaja itu.

Zila menoleh kembali. Posisi remaja itu masih belum berubah. Zila Sedikit syok dengan remaja yang tak tahu cara berbicara dengan orang dewasa.

" Gak! dia udah pergi," balasnya sembari mematikan keran air dan berniat masuk ke rumah. Selang air dilemparnya asal.

Lelaki itu akhirnya melajukan motornya menjauhi rumah tersebut.

"Dasar, anak jaman sekarang! gak tau cara memberikan salam, terus dia ngomong sama aku tapi gak turun dulu dari motornya.." Zila benar-benar kesal dengan remaja yang diyakini merupakan teman baru Khalifah.

"Siapa, Ma?" tanya Khalifah yang sempat mendengar ibunya marah-marah.

"Kawan kau!"

"Rio, Ma?" Khalifah menebak. "Kemana dia?" tanya Khalifah sembari menyapu penglihatannya ke pintu gerbang.

"Kau bilang sama kawan kau untuk belajar tata krama dulu, baru kau suruh dia ke sini!!"

Khalifah kembali menatap ibunya dengan dengan tatapan tak percaya.

"Apa?" tanya sang ibu yang merasa di perhatikan oleh anaknya. "dari awal Mama udah bilang supaya kamu menjaga pergaulan. Sekolah di kota itu beda dengan pesantren," ujarnya mulai lembut kembali.

Kalau bukan karena takut terlambat, mungkin Khalifah akan melakukan perdebatan dengan ibunya di pagi yang menyesakkan dada ini. Tapi ia harus buru-buru karena hari ini ibunya tidak mengantarnya ke sekolah. Dipakainya sepatu lalu mencium tangan ibunya dan pergi dengan raut wajah kesal.

_____

"Dari tadi gue keliling sekolah buat nyariin lo, tapi gak ketemu juga. Kemana aja lo?" tanya Rio begitu melihat temannya memasuki kelas.

Khalifah sempat kaget dengan pernyataan temannya itu. Separah itukah? padahal belum 24 jam mereka berkenalan, tapi Rio sudah begitu peduli dengan dirinya. Apa dia tidak punya teman lain?

"Gue gak kemana-mana," balas Khalifah pelan. Raut wajahnya masih belum bisa dikondisikan setelah mendapat amarah dari sang ibu.

"Gue ke rumah lo, tapi nyokap lo bilang kalau lo udah pergi duluan,"

Kembar tapi Beda ✔ Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora