10. Hi, Honey!

1K 160 27
                                    

Hi, semua!!

Aku balik lagi. Minggu-minggu ini sudah lumayan free gegara anak-anak sudah PAT dan tinggal rekap nilai. Jadi, sudah ada waktu untuk nulis lagi.

Yang kangen, merapat, yuk! Langsung saja, ya. Kali ini mari kita nikmati obrolan pasutri yang lagi LDRan ini.

Happy reading!

===========

Rasa harunya benar-benar membuncah. Rindu ketiga anaknya dapat terobati setidaknya hanya sebatas memandang dari layar itu.

Koneksi internet di dunia Muggle jauh lebih baik dibandingkan di dunia sihir. Malah sebenarnya tidak ada. Ginny sendiri yang memasang mantera khusus pada device Harry sebelum ia titipkan ke pihak healer St. Mungo waktu itu. Mantera yang sempat diajarkan Harry untuk membuat alat komunikasi mereka bisa berfungsi saat berada di dunia sihir. Dengan persetujuan Kementerian tentu saja. Sudah diberlakukan undang-undang khusus dari Departemen Komunikasi Sihir.

"Lily, jangan suka rewel ya, sayang. Mummy dibantu." Pesan Harry pada si bungsu. Sejak awal mereka berbincang, gadis kecilnya terus saja menangis. Memanggil berulang kali untuk Ayahnya pulang.

Berbeda kedua kakaknya. James yang lebih sering banyak bicara dan melawak, kini hanya diam dan sesekali tersenyum. Ia mengaku sedih dengan kondisi Ayahnya. Sama seperti Albus. Hanya saja beberapa kali ia bertanya dan menyampaikan pesan untuk Ayahnya agar tetap sehat.

"Asal Daddy selalu rajin minum ramuan dan tidak banyak pikiran, aku yakin kau akan sehat lagi, Dad." Ujar Albus. Ia turun menyampaikan agar Harry terus berpikir positif.

"Benar, Dad. Jangan pikirkan kami. Fokus dengan kesehatanmu. Di sini kami masih bisa bertahan." James ikut menambahkan.

Hampir satu jam mereka berbincang. Sudah cukup terobati bagi James, Albus, dan Lily untuk mengetahui kondisi Ayah mereka di ruang isolasi.

Sebagai penutup, Harry menyampaikan pesan sekali lagi sebagai seorang Ayah. "James," panggil Harry. "Ingat, kau jadi laki-laki tertua di rumah. Tugasmu cukup berat. Daddy titip jaga Mummy dan kedua adikmu. Jangan membuat hal-hal aneh lagi. Kalau tidak, tunggu saja Daddy pulang. Lihat apa yang akan Daddy lakukan untukkmu nanti."

"OK, Dad. Aku tunggu kau pulang saja." Jawab James sambil tertawa.

"James!!" Tegur Ginny.

"Maaf. Iya, Dad. Aku paham. Serahkan padaku."

Setelah James, Harry memilih melihat Lily lebih dulu. "Manjanya nanti kalau Daddy sudah pulang, ya. Sekarang Lily harus kuat. Nurut dengan Mummy. Albus di bantu kalau sudah mengurus rumah." Katanya.

Albus mengangguk. "Tetap jadi anak yang rajin, Al. Ingatkan kakak dan adikmu. Gantikan Daddy mengurus rumah dengan Mummy. Daddy percaya padamu." Pesannya masih kuat berharap yang terbaik untuk anak-anaknya.

"Aku mengerti, Dad." Jawab Albus yang kini mendapat pelukan Ginny.

"Kami menyayangimu, Harry." Sahut Ginny akhirnya bersuara lagi. "Sudah malam, anak-anak. Ayah kalian butuh istirahat sekarang. Pamit dulu."

Ginny mengajak ketiganya berpamitan kepada Harry. Setelahnya lantas layar kembali gelap. Komunikasi mereka selesai.

James dan Albus sudah menyeret adiknya untuk tidur di kamar masing-masing. Pihak St. Mungo telah mewanti-wanti agar keluarga Potter tetap menjaga jarak di rumah. Disarankan agar mereka tidur di ruangan yang terpisah lebih dahulu sampai waktu yang belum dipastikan.

Happy QuarantineWhere stories live. Discover now