14. Mengantarnya Pulang

910 127 15
                                    

"Gin," Harry menatapnya lekat.

"Apa? Minta apa lagi?"

Harry terbahak. Wajahnya diusap kasar. Gemas telah berhasil membuat istrinya sebal.

"Bukan. Aku cuma mau bertanya satu hal. Pertanyaa ini sudah lama aku pendam. Sampai sekarang masih penasaran." Harry mengubah posisi tidurnya. Miring berbantalkan lengannya.

Harry akan membuat sedikit suara-suara berbisik. Menandakan ia tak mau orang lain mendengarnya.

"Saat perang dulu, waktu aku jadi buronan nomor satu di dunia sihir. Menghilang berbulan-bulan." Napas Harry terdengar sesak. Jemarinya terus memutar cincin pernikahannya. Meski demikian, Harry masih berusaha tersenyum.

"Kamu-masih mengharapkan aku kembali?"

"Hanya mengharapkan?" Ginny malah balik bertanya.

Ginny menutup mulutnya dengan wajah malu-malu. Terkadang memang sulit baginya mengingat masa lalu. Tapi jika Harry yang harus ia ingat, hatinya selalu bergetar.

"Kamu tak mengharapkanku kembali?"

"Aku membutuhkan kamu kembali, Harry."

Dan semua keinginannya kala itu kembali ia inginkan. Ginny menangis. Mencari sandaran yang selama ini menjadi tumpuan hidupnya. Namun sekarang tidak ada. Hanya dengan memejamkan mata membuat Ginny meredam rasa sakit itu. Kenapa harus terpisah lagi? Begitu yang terus ia serukan.

Kenapa harus terpisah lagi?

Aku sangat membutuhkanmu, Harry.

Sangat.. Membutuhkanmu..

***

Ginny terbangun. Masih dengan ponsel pintar yang ada di dekapannya. Di atas ranjang sembari berbaring.

"Astaga, mimpi?"

Segera ia bangkit. Mencari tahu bahwa memang semua itu hanya mimpi. Baju hangat rajutannya ia pakai terburu-buru. Memastikan, bahwa apa yang selama ini ia lihat tidak terjadi di luar sana.

"James! Albus!" Ginny mencari-cari. "Lily! Kalian di mana?"

Masing-masing kamar dari ketiga anak itu telah kosong. Hanya ada keributan di lantai bawah. Bahkan Ron dan Hermione pun datang. Mengurus beberapa hal dengan lima orang penyihir berjubah healer khusus.

"Astaga," tubuh Ginny meremang. Seolah ia pernah mengalami hal itu sebelumnya, "aku mohon jangan."

Ginny berlari. Berteriak menahan Ron menepikan beberapa perabotan rumah keluarga Potter.

"Hentikan, Ron!" buru-buru Ginny menarik tangan Hermione yang terdekat. Menjauhkannya dari healer yang menjelaskan suatu hal padanya.

"Mrs. Granger, saya harap dipercepat pengurusannya. Mungkin sebentar lagi mereka datang."

Kondisi rumahnya sedikit berbeda. Ginny mendapati beberapa healer melakukan pemasangan mantera di sudut-sudut rumah. Sementara itu, ia tidak melihat ketiga buah hatinya.

"Di mana anak-anak, Mione?" tanya Ginny. Wajahnya memerah.

"Gin, sudah tidak ada waktu." Hermione menurunkan maskernya agar lebih jelas. "Sebaiknya kita persiapkan semua lebih cepat."

Hermione masih sibuk memperhatikan salah satu kamar di dekat ruang kelurga. Keluarga besar Weasley tahu bahkan hapal kamar apa yang ada di sudut itu. Biasanya Hermione menempati kamar itu saat menginap di keluarga Potter.

Kamar tamu terbesar yang memiliki fasilitas cukup dengan kamar mandi pribadi. Ruangan yang cukup luas biasa digunakan menginap bersama beberapa anggota keluarga saat ada acara keluarga di kediaman Potter.

Happy QuarantineWhere stories live. Discover now