1. Permulaan

3.9K 232 53
                                    

PERHATIAN! JIKA CERITA INI NGGAK SESUAI SELERA HARAP SEGERA DITINGGALKAN. NGGAK USAH KOMEN YANG ANEH-ANEH. OK?

💓💓💓

Bahagiaku sederhana, yaitu melihatmu tersenyum

Jadi, ayo senyum.

***

Zayn mengerjap. Lagi dan lagi. Fokusnya jatuh pada cewek manis berseragam SMA. Bagi Zayn, itu adalah pemandangan yang sangat indah dan juga membuat perasaannya haru. Adik yang selama ini sering misuh-misuh kini bertransformasi menjadi gadis cantik yang akan memulai masa remajanya.

Zarah pamer kepada anggota keluarga. Seragam putih abu-abu menambah kecantikannya. Dia menanyai semua orang akan penampilannya.

“Pah, Pah! Aku cantik, kan?”

Yang ditanya tentu menganggukkan kepala semangat. Sebagai seorang ayah, Arya tidak mungkin mengecewakan putrinya.

“Anak Papa luar biasa cantik.” Arya mengulas senyum lebar.

Zayn yang sudah rapi dengan setelan jas menghampiri. Setelah lulus dari SMA, dia memutuskan untuk bekerja di perusahaan Arya. Ia cukup mahir mengurus bisnis, walaupun masih terbilang muda.

“Abang, gimana? Aku cocok pake seragam SMA?” Zarah berputar sekali lalu bergaya.

Bukannya menjawab, Zayn malah mengulurkan tangan, jemarinya mengusap lembut di kedua pipi. Ada kebahagiaan yang tak bisa dijabarkan jika sudah melihat Zarah tersenyum manis. Zayn sering mengagumi bagaimana adiknya itu bertingkah, apa pun yang dilakukannya bisa menarik perhatian.

“Adek Abang selalu cantik, orang yang paling cantik di dunia.”

Zarah nyengir. Gigi gingsulnya yang mencuat menambah kesan manis. Bukan hanya itu saja, Zarah juga mempunyai lesung pipit. Matanya akan membentuk bulan sabit saat tersenyum. Semua itu menjadi daya tariknya. Sangat mujarab.

“Sudah, ayo sarapan dulu.” Kania yang baru saja meletakkan roti memanggil. Dia adalah ibu yang penyayang dan sangat pengertian. Tidak pilih kasih antara Zayn dan Zarah. Dia tetap menyayangi Zayn meski tak memiliki ikatan darah. Tak ada yang bisa jadi pembeda.

Zayn dan Zarah satu ayah tetapi lahir dari rahim yang berbeda. Arya menikahi Kania saat Zayn berumur enam bulan.

Zayn duduk di samping Zarah, dia sendiri yang mengoleskan selai rasa cokelat untuk sang adik, menyuapinya juga. Kebiasaan itu sudah berlangsung sejak kecil, terbawa sampai sekarang. Zarah tidak banyak protes, dia juga senang mendapat perlakuan manis dari kakaknya.

“Udah gede tapi belum bisa makan sendiri.” Kania berdecak.

“Kan suapan Abang enak.” Zarah membuka mulutnya lebar, dia mengunyah cepat.

“Manja!”

Zarah tidak peduli pada omongan orang-orang, selama dia senang, kenapa tidak? Zayn dan Zarah kompak, keduanya tidak bisa dipisahkan. Mungkin di luar sana kakak-beradik lebih banyak bertengkar. Tetapi mereka mencoret hal seperti itu di kehidupan mereka. Bagi Zayn, Zarah adalah hidupnya. Jika melukai cewek itu, sama saja melukai diri sendiri.

“Abang nanti mau dibekalin apa?” tanya Zarah sambil terus mengunyah.

“Kayak biasa, nasi sama telur mata sapi.”

“Abang nggak bosan makan itu terus?”

“Kan kamu yang buat, pasti enaklah, nggak akan ada bosannya.”

Let Go [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang