10. Kasih Sayang

535 64 10
                                    

Aku menyayangimu, bagaimana denganmu?
(From Author for you, my reader)

***

Hari ini Zayn dilanda kecemasan. Berkali-kali mengintip dari jendela kamar untuk memastikan sesuatu. Semoga tak ada tanda-tanda Ian akan bertamu.

Sudah dua hari Zayn izin bekerja, dan sudah dua hari pula ia terus di kamar Zarah. Tempat itu dijadikan sebagai kamar sendiri, enggan pergi kemana-mana selama Zarah masih proses penyembuhan.

"Abang kenapa mondar-mandir terus? Abang punya masalah, ya?" Zarah menyingkirkan buku bacaan ke meja nakas. Atensinya tertuju pada Zayn.

"Nggak ada apa-apa."

"Terus kenapa Abang kelihatan nggak tenang?"

Zayn kesusahan mencari alasan yang tepat. Kadang otaknya tak mampu berproses cepat jika sedang dilanda masalah. Perkataan Ian terus terngiang-ngiang, dan akhirnya menjadi beban hidup yang berat.

Zayn tak bisa tidur semalaman. Cepat atau lambat, Zarah akan menemukan cinta sejatinya sendiri, dimana dia akan menghabiskan waktu bersama orang lain.

"Dek...." Genggaman tangan tak pernah absen. Zayn selalu melakukannya dengan penuh kasih sayang. "Kamu jangan terlalu banyak mikir, kamu istirahat yang banyak aja, makan yang banyak juga."

"Tapi aku juga mau tahu permasalahan Abang."

Zayn meraih mangkuk bubur yang masih tersisa, dia menyuapkan itu kepada Zarah. "Nggak usah. Abang nggak mau bagi-bagi masalah, Abang maunya bagi-bagi kebahagiaan."

"Tapi itu nggak adil, Bang. Setiap aku punya masalah pasti Abang juga kena getahnya, sekali-kali aku juga mau bantuin Abang. Biar aku bisa jadi adek yang baik...." Zarah mempoutkan bibir.

Zayn tertawa kecil, ia mencubit pipi Zarah karena gemas. "Kamu kok lucu banget, sih?"

"Aku lucu?"

"Imut juga, cantik juga, pinter lagi. Beruntung banget orang yang dapatin kamu." Zayn menghela napas berat. Dia sendiri yang mengucapkannya, namun juga tak ikhlas menerima kenyataan.

"Abang juga ganteng, pinter, dan udah mapan."

"Dek, Abang mau tanya, nih."

"Apa?"

"Kamu sedih nggak, sih? Kalau kamu nggak sama Abang lagi?"

Zarah berhenti mengunyah. Matanya menatap lekat.

"Abang akhir-akhir ini mikirin itu. Abang takut nggak bisa sama kamu lagi, apalagi kalau kamu udah punya pacar. Abang takut kamu diambil orang."

"Abang jangan ngomong kayak gitu." Zarah sedikit merengut, mangkuk bubur yang belum habis didorong menjauh. "Aku nggak suka kalau Abang ngomongin tentang masa depan. Kita nikmati aja dulu masa sekarang."

"Tapi Abang takut, Dek...."

Zarah menangkup kedua pipi Zayn kemudian menatapnya dalam. Jarak mereka sangatlah dekat sampai hembusan napas saling menerpa wajah.

"Aku sayang sama Abang, nggak ada yang bisa gantiin Abang di hidup aku. Kalau orang lain cinta pertamanya ayah, aku beda. Abang cinta pertamanya aku."

Dalam keresahan, Zayn mencoba tersenyum.

"Abang tenang aja, untuk sekarang aku milik Abang."

Detik itu juga beban yang menghimpit terbang dibawa udara.

***

Zayn meletakkan nampan kosong di meja ruang tamu. Ketukan di pintu mengalihkan perhatiannya.

Let Go [Revisi]Where stories live. Discover now