Author's POV
Konsentrasi Fina terpecah, ia bahkan lupa apa yang harus ia jelaskan kepada Jaemin setelah dengan santainya cowo itu mengatakan kalimat yang berpotensi menambah berat kerja jantungnya.
"Fin, jadi gimana?" tanya cowo itu saat menunjuk poin yang ingin diketahui manajernya dalam proposal dan surat kontrak.
Cewe itu mengerjapkan matanya. Suara Jaemin yang mungkin saja hanya bercanda tadi masih terngiang jelas. Bagaimana ia bisa berpikir dengan jernih kalau seperti ini?!
"Sorry, bentar," ujar Fina lalu mengatur napasnya sejenak.
"Jadi gini..."
Kemudian penjelasan itu kembali muncul dan dapat ia jelaskan secara lancar. Mungkin jiwa si jenius Renjun baru saja merasuki dirinya hingga ia bisa selancar ini menjelaskannya kepada Jaemin yang sedari tadi mengangguk paham akan penjelasannya.
"Oke, ini uda sesuai sama pemahaman aku sejak awal. Cuma manajerku emang selalu gak percayaan dan pengen mastiin lagi. Maklumin, ya," kata Jaemin sambil senyum.
Fina sampe sebel sendiri. Memang Jaemin tidak capek senyum terus dari tadi? Fina aja capek liatnya karena harus berjuang biar gak ikutan senyum juga.
Akhirnya Fina menyelesaikan tugasnya meski harus melalui saat-saat ambyar dulu. Benar-benar cobaan.
"Iya, berarti beres, ya? Ada lagi yang mau ditanya?" tanya Fina sekali lagi, memastikan tidak ada yang tertinggal. Renjun bisa saja mengamuk kalau ada poin yang terlewatkan meskipun ini harusnya menjadi tanggung jawabnya.
Jaemin menggeleng sambil menyeruput minumannya sampai habis tak tersisa. Beda dari punya Fina yang masih setengah penuh.
"Uda, aman. Sebenernya Renjun juga uda jelasin poin ini kemarin di telepon, tapi dia bilang tetep ketemuan aja karena harus ada laporan buat masing-masing perusahaan juga," jelas Jaemin sambil tersenyum tanpa dosa.
Fina dalam hati sudah menyumpahserapahi Renjun dalam berbagai bahasa karena merasa ditipu oleh rekan kerjanya itu. Lalu untuk apa ia capek-capek menjelaskannya kalau sudah Renjun jelaskan lebih dulu kemarin?
Renjun harus mendapat ganjaran yang setimpal nanti.
"Semacam sia-sia banget ya penjelasan tadi," desah Fina lelah.
Jaemin malah terkekeh. "Engga kok. Jadinya gak perlu susah-susah ngajak ketemuan kalo gini. Kayaknya aku harus bilang terima kasih ke manajerku sama Renjun juga," kata cowo itu yang tidak dapat dipahami dengan baik oleh Fina.
Jaemin masih pakai bahasa yang sama dengan dia, 'kan?
"Maksudnya gimana?" tanya Fina dengan alis bertaut.
Jaemin menggaruk alisnya sambil menunduk salah tingkah. Entah apa yang mendorong dia mengatakan hal-hal cheesy dari tadi.

YOU ARE READING
Head Over Heels ; Lucas (Book 2) ✔
Fanfiction[Bahasa - AU - COMPLETED] Pacaran sama sahabat sendiri mungkin memang terlihat lebih enak dan mudah untuk dijalani. Nyatanya, tantangannya lebih banyak karena ketika harus berpisah artinya lu bakal kehilangan dua sosok sekaligus: pacar dan sahabat. ...