Author's POV
Akibat tawaran Meli tadi, kini mereka berdua harus saling berdiam diri di sofa ruang tengah.
Gak tau juga kenapa Meli nawarin gitu padahal kamar dia cuma satu. Ya, dia juga gak expect Lucas nerima tawarannya sih. Lebih kayak basa-basi tapi terlanjur nyeplos gitu.
Sebenernya Meli spontan nawarin karena kasihan aja uda subuh gitu Lucas harus bawa mobil sendiri ke apartemennya, padahal tadi matanya uda merah gitu. Tapi karena dia terima tawaran ini, jadinya mereka sekarang canggung banget.
"Aku di sofa aja gapapa. Kamu gak berniat ganti baju? Emang nyaman pake baju gitu terus seharian?" kata Lucas memecah keheningan.
Meli menunduk dan mendapati dirinya masih berbalut dress yang sesungguhnya memang kurang nyaman itu. Mau bagaimana lagi, walaupun bukan gayanya tapi dia harus tetap menyesuaikan dengan pengiring lainnya. Yakali dia pakai baju yang beda sendiri.
"Hmm.. iya, abis gini. Tapi gua uda tidur kok, lu bisa pake kamar gua kalo mau," balas Meli dengan mantap. Ngantuknya memang sudah menguap, nyatanya tidur di mobil tadi sudah cukup membuat tubuhnya kembali bugar. Setidaknya ia bisa membiarkan Lucas istirahat sampai pagi nanti.
Lelaki itu menggeleng tidak setuju. "Engga, jangan gitu. Gapapa, kamu di kamar aja biar aku di sofa. Aku cuma perlu merem bentar, abis gitu balik dari sini," tolaknya dengan tegas.
Meli berdecak, heran juga kenapa Lucas susah banget kalo diomongin. "Ya ampun, padahal gua beneran uda gak ngantuk lho. Yaudalah terserah aja," cibir Meli lalu berdiri dari sofa, berniat untuk membersihkan make up dan berganti pakaian.
Langkahnya berhenti saat tangannya ditahan oleh Lucas. Meli menoleh dan mengisyaratkan Lucas untuk berbicara.
"Duduk sini bentar, boleh?" pinta Lucas lembut hingga Meli sendiri tidak ada alasan untuk tidak memenuhi permintaan laki-laki tersebut.
Meli mengurungkan niatnya untuk bersih-bersih diri dan duduk di sebelah Lucas seperti yang lelaki itu minta. "Kenapa?"
"Kangen."
Meli langsung diam sambil mengerutkan keningnya. Kenapa Lucas selalu mengatakan hal yang mengejutkan secara tiba-tiba?
"Kok?"
"Enam bulan, Mel. Aku kira selamanya kamu gak bakal mau ngomong sama aku," jelasnya sambil menundukkan kepala.
Ingat sekali bagaimana Lucas mencurahkan semua perasaannya di sofa ini juga enam bulan yang lalu sebelum akhirnya benar-benar menghilang dari kehidupan Meli seperti yang telah dijanjikannya.
"Lu yang ngilang, Cas. Gua sih di sini aja," balas Meli pelan.
Lucas mengangguk. "Iya, emang aku yang pergi. Tapi aku cuma gak mau bebanin kamu aja. Sebenernya aku juga ngelanggar karena diam-diam sering ngeliatin kamu keluar masuk kantor tanpa sepengetahuan kamu."

YOU ARE READING
Head Over Heels ; Lucas (Book 2) ✔
Fanfiction[Bahasa - AU - COMPLETED] Pacaran sama sahabat sendiri mungkin memang terlihat lebih enak dan mudah untuk dijalani. Nyatanya, tantangannya lebih banyak karena ketika harus berpisah artinya lu bakal kehilangan dua sosok sekaligus: pacar dan sahabat. ...