Empat

12.8K 666 17
                                    

Safna terbangun masih dalam dekapan Danu. Safna perhatikan wajah itu lama, tersenyum juga dibuatnya. Safna selalu merasa aman, nyaman, walau hanya dengan menatap Danu. Pria menyebalkan yang tidak pintar memberi perhatian.

Dengan perlahan Safna melepas dekapan tangan Danu. Namun berhenti saat Danu bergerak. Mungkin merasa tidurnya terganggu. Safna diam menatap Danu yang kembali lelap, dengan perlahan Safna kembali melepaskan diri dari dekapan Danu.

Safna duduk diteras rumah melepas lelah dengan memainkan ponselnya. Seharian membersihkan rumah yang lumayan besar, lebih tepatnya cukup besar untuk ditempati tiga orang tanpa bantuan seorang pembantu, sungguh sangat menguras tenaga.

Selepas bangun tidur, Safna mengerjakan segala pekerjaan yang biasa Hanum kerjakan. Maklumlah, selama ada Hanum, Safna jarang bekerja. Hanum terus saja melarang saat Safna mencoba melakukan sesuatu, dengan berkata. "Kamu nggak boleh capek. Mbak masih bisa kerjakan sendiri," itu yang selalu Hanum ucapkan.

Safna menoleh saat sebuah mobil memasuki pekarangan rumah, lantas berdiri saat Hanum keluar dari mobil dengan membawa beberapa kantong plastik.

Safna berlari kecil menghampiri Hanum, membantunya membawa beberapa bungkus plastik yang wanita itu bawa.

"Belanjaannya banyak banget, mbak," ucap Safna mengikuti Hanum masuk kedalam rumah.

"Dikit doang ini, cuma ngisi beberapa keperluan yang mulai abis," jelasnya.

"Gimana malamnya bareng mas Danu?" tanya Hanum sembari meletakkan plastik yang ia bawa ke atas meja dapur.

Safna diam, menatap Hanum dengan perasaan bingung.

Hanum menoleh. "Jangan bilang gak terjadi apa apa," ucap Hanum lagi, mengambil kantong plastik yang Safna bawa, lalu meletakkannya diatas meja bersama kantong plastik yang ia bawa.

Safna masih diam.

"Hei!" seru Hanum membuat Safna terkejut. "Mbak nanyak loh ini!"

Safna mengedikkan bahu. "Enggak ada yang spesial," jawabnya santai sembati mengeluarkan belanjaan dari kantong plastik tersebut lalu menyimpannya di lemari es.

"Kamu nggak nyesel nikah sama mas Danu kan, Na?" tanya Hanum tampak khawatir.

Safna menoleh, menatap Hanum dalam diam. Melihat perasaan bersalah Dimata madunya itu. Safna berbalik, tersenyum, lalu berkata. "Safna bahagia, mbak," ucapnya menatap Hanum lagi.

Hanum menatap Safna lekat, memastikan kalau yang dikatakan wanita itu adalah benar. Takut jika Safna mengatakan semuanya karna tidak ingin menyakiti Hanum.

"Syukurlah," ucap Hanum setelah yakin dengan ucapan Safna.

____________

Danu memarkirkan mobilnya didepan rumah, melihat mobil Hanum juga terparkir didepannya. Danu bergegas turun, menghampiri rumah mencari keberadaan Hanum.

Danu tersenyum melihat Hanum dengan segala kesibukannya. Perlahan Danu mendekat, melingkarkan tangannya pada pinggang Hanum. Menyorokkan wajah, menghirup aroma yang dua hari ini tak menghampiri indra penciumannya.

Hanum tersentaj mendapatkan perlakukan tiba-tiba Danu. Dilihatnya Safna yang sedari tadi berdiri didepannya masih terlihat sibuk dengan kegiatannya. Seolah tidak terganggu dengan kehadiran Danu. Bahkan seolah tidak menyadari kehadiran pria itu.

Hanum menyikut perut Danu, memberi isyarat agar Danu melepaskannya.

"Apa?" gerak bibir Danu.

"Lepas," balas Hanum. Danu menggeleng tegas.

Istri Kedua (Selesai)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora