Lima

12K 656 3
                                    

"Masak apaan sih, Mbak? Baunya nggak enak banget," tegur Safna menghampiri Hanum yang tengah memasak di dapur sembari menutup hidung.

Selama dua bulan terakhir, penciuman Safna terasa lebih berbeda dari biasa. Lebih tajam. Safna berbalik, melangkah mundur. Menepis bau tak sedap yang menghampiri indra penciumannya.

"Ini lagi!" seru Safna tampak kesal pada Danu yang saat ini berdiri dibelakangnya. "Gak usah aneh-aneh deh, Mas. Pakek parfum yang biasa aja. Yang ini baunya gak enak."

Danu terdiam, dengan wajah melongo menatap kepergian safna. Entah apa kesalahannya, tiba-tiba Safna seolah mengamuk pada Danu. Padahal Danu baru tiba di dapur untuk mengambil segelas air. Tapi malangnya, malah menjadi bahan omelan Safna.

Memberi isyarat, Danu mengedikkan dagu kearah Hanum tanpa suara seolah bertanya 'ada apa?' yang hanya dibalas Hanum dengan mengedikkan bahu, yang mengisyaratkan kalau ia tidak tau.

Disaat semua sudah tersedia. Hanum, Danu dan Safna menikmati sarapan. Tapi sepertinya hanya Safna saja yang tampak menikmati. Sedangkan Danu dan Hanum menatap aneh pada Safna.

"Kamu lapar atau apa sih, dek?" tanya Danu berkerut kening menatap Safna.

Safna menoleh. "Biasa aja," jawabnya.

"Ck! Biasa aja tapi makannya kok kaya orang kelaparan gitu."

Hanum menyikut pelan tangan Danu. Berharap agar pria itu diam. Selain Safna, entah mengapa Danu juga tampak berbeda. Lebih suka menggoda Safna yang akan memancing emosi wanita itu.

Hanya mengedikkan bahu. Safna tampak tidak peduli dengan ocehan Danu. Menikmati makanan yang terhidang dihadapannya.

"Makannya pelan-pelan aja, dek. Mbak masak banyak kok," ucap Hanum.

Safna meringis. Mengapa ucapan Hanum terdengar seperti membela danu?

"Perasaan Safna makannya udah pelan loh, Mbak."

Danu menyeringai. "Makanya jangan dirasa, dilihat biar tau."

Safna menelengkan kepala menatap tajam Danu. Tersenyum mengejek begitu Danu membalas tatapannya. Seketika Danu bergidik ngeri. Mengapa Safna terasa berbeda. Wanita yang selama ini terlihat lembut. Kini lebih tampak berani.

"Mas," panggil Safna membuat Danu tersentak. Hal itu tak luput dari tatapan Hanum. Terkekeh karna Danu tampak berlebihan. Padahal Safna hanya memanggilnya.

"Ya." Danu menjawab.

"Parfum kamu, harganya mahal?"

Pertanyaan Safna membuat kening Danu dan Hanum berkerut. Mengapa tiba-tiba Safna menanyakan hal itu.

"Enggak. Kenapa emang?"

"Buang gih. Kalau nggak sedekahin aja sama orang lain... kalau nggak mau juga, biar Safna sendiri yang buang nanti," ucapnya enteng.

"Loh, kenapa?" tanya Danu bingung. Tentu saja apa yang Safna perintahkan membuat otak Danu bekerja keras.

"Baunya nggak enak."

Danu melongo. Beralih menatap Hanum yang juga menatapnya. Apa yang salah dengan parfumnya saat ini Danu pun tidak tau. Biasa Danu menggunakan parfum yang memiliki aroma yang sama. Tapi baru kali ini Safna mengomentarinya.

"Mas pakek parfum yang lama kok," bantah Danu.

"Iya, Na. Mas Danu pakek parfum yang lama," ucap Hanum bantu menjelaskan.

"Masa sih?" tanya Safna tak percaya. Jika memang parfum itu yang biasa Danu pakai. Safna tentu sangat menyukai wanginya. Tapi saat ini, tidak sama sekali. Selain membuat kepala Safna pusing, juga membuat Safna mual serasa ingin muntah.

Istri Kedua (Selesai)Where stories live. Discover now