11. Menyatakan Perasaan

380 79 8
                                    

Seperti janji Suga, lelak itu menjemput Wendy.

Tanpa turun dari motornya, Suga duduk menunggu Wendy sambil duduk di atas motor. Dengan kaos putih, celana hitam, dan jaket kesayangannya membuat ekspresi datar Suga terlihat lebih keren. Lelaki itu seperti lelaki idaman semua perempuan jika Wendy boleh bilang. Apa lagi Suga tak membuka helmnya. Ia hanya menaikan kacanya dan menatap lurus ke arah rumah Wendy.

Wendy yang sejak tadi mengintip Suga dari balik jendela rumah tidak bisa tidak terkesan. Sumpah! Suga yang pakai seragam di sekolah saja Wendy sudah bisa jatuh jutaaan kali, apa lagi Suga yang terlihat dengan pakaian santai seperti ini.

Ini kali pertamanya Wendy melihat Suga dengan baju santai seperti itu, makannya Wendy berusaha tampil semenarik mungkin. Blouse navy bermodel simple dengan celana jeans adalah hasil terbaik setelah semalaman mengacak-acak lemarinya untuk mencari baju. Wendy memperhatikan sekali lagi penampilannya kemudian mengangguk kecil. Tangannya membuka pintu rumah dengan canggung dan berjalan ke arah Suga.

Dari arahnya berjalan, Wendy bisa melihat Suga yang tersenyum kecil sumringah.

Entah matahari yang mulai memenas atau cuaca hari ini yang cerah, Wendy merasakah wajahnya menghangat dan memerah. Pelan namun pasti, Wendy berjalan ke arah Suga sambil mengulum bibirnya. Begitu sudah sampai di hadapan Suga, langkah Wendy berhenti.

Senyum Suga masih belum luntur. Lelaki itu tersenyum kecil sambil mengangsurkan helm ke arah Wendy. "Yuk bernagkat. Keburu rame."

Wendy menerima helm dari Suga dan duduk di bangku belakang motor Suga. Setelah memastikan duduk dengan nyaman, Wendy menepuk pelan pundak Suga. "Berangkat, Ga."

Tak lama motor Suga bergerak membelah hawa Bandung yang belum terlalu panas di jam 11 seperti sekarang. Motornya berjalan santai dan tidak terburu-buru. Wendy bahkan bisa melihat pertokoan yang mengarahkannya ke jalan Merdeka bergerak pelan sebelum akhirnya menghilang. Begitu sampai di perempatan Merdeka, motor Suga berhenti tertahan lampu merah. Sama seperti dulu, Suga masih terlihat fokus ke jalanan meskipun di lampu merah seperti ini. Dan keadaan ini membuat Wendy seperti terlempar kembali ke masa lalu.

Punggung Suga masih sama lebarnya seperti kemarin. Jaket yang Suga kenakan bahkan tak berubah, membuat Wendy berandai-andai betapa lelaki itu mencintai jaket ini. Kepala Suga tak melirik atau pun menengok ke belakang.

Seperti dulu, semua bayangan itu masih Wendy saksikan dari spion motor Suga. Menyadari kelucuan ini membuat Wendy tersenyum kecil. Entah sejak kapan hal-hal kecil seperti ini berubah menjadi menyenangkan. Mungkin bersama orang yang ia sukai hal remeh pun akan jadi menyenangkan.

Lampu kembali hijam dan motor Suga kembali berjalan. bersamaan dengan itu, Wendy kembali berpijak pada masa kini. Tak lama, motor Suga sampai di gedung mall di kawasan merdeka. Setelah motor Suga terparikir di basement mall, Suga dan Wedny melangkahkan kaki menuju bioskop di lantai 3.

"Lo yakin gak akan nonton film romantis?" Suga bertanya begitu mereka muali mengatre di loket tiker.

Wendy melirik dan mengangguk kecil. terdengar suara kekehan. "Gue gak suka film romantis."

Suga terlihat terkejut, meresa tak percaya. "Seriusan?"

Wendy mengangguk. "Dari pada romance, gue lebih suka film animasi."

"Disney?"

"Boleh."

"Anime?"

"Itu juga boleh."

Suga melirik Wendy lagi. "Lo suka anime apa?"

Wendy terlihat berpikir untuk memilih anime yang paling ia suka dari daftar panjang tanpa akhir anime kesukaannya. "Um, one piece, Haikyuu, masih banyak."

She Wants To Be Like Her [Suga x Wendy] Long ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang