Your Name

140 21 0
                                    

"Jadi, kenapa kamu mengikutiku?"

Sera berjengit saat merasakan aura menyeramkan dari depannya; tempat dua pemuda itu duduk dan siap untuk menginterogasinya. Ia tertunduk dalam, tangannya bergetar karena takut dan cemas hingga tak bisa memberikan jawaban apa pun.

"Sampai kapan kamu mau tutup mulut?"

Jun, pemuda dengan rambut hitam legam di depannya sekarang, kelihatan berbeda dari yang beberapa jam lalu ia temui. Matanya menajam, kelihatan waspada. Bibir Sera bergetar. Ia merasa akan celaka jika terus menutup mulut hingga ia bersuara meski tergagap, "A-aku hanya mengikuti Jun saat ia kembali memasuki Kafe Takamagahara ... aku tidak tahu kenapa aku bisa di sini...."

"Kamu pikir aku—"

"Jun, tenanglah. Dia hanyalah klien kita, jangan buat dia ketakutan seperti itu."

Sera menengadah, mendapati pemuda berambut biru itu sedang menenangkan Jun dan kemudian melempar senyum lebar hingga matanya menyipit—tepat ke arahnya. Wajah itu ... Sera yakin ia juga bagian dari kafe. Nama Host-nya adalah Min. Sera kembali tertunduk saat pemuda itu mengerutkan dahi ke arahnya, "Tapi ini pertama kalinya ada manusia bumi yang bisa ikut ke sini."

Saat Jun tidak lagi menatapnya dengan wajah menakutkan, Sera menghela napas. Sekarang ia harus berpikir, bagaimana bisa ia berada di tempat megah dengan gaya klasik ini—padahal ia yakin tadi hanya memasuki kafe dua tingkat. Terdapat banyak wajah familier, wajah-wajah yang ia lihat di poster kafe saat harus memilih pria yang ia sewa. Ada banyak sofa besar, dan tempat seperti dapur di ujung—

Sera mematung saat melihat botol-botol minuman melayang ke arah sofa yang ada di sisi kanannya, tiga pria sedang asik bercanda dan meminum air dari botol seakan itu adalah hal biasa. Gadis itu merasakan bulu kuduknya meremang. Ini bukan Kafe Takamagahara.

"Anu ... aku sedang berada di mana?" Sera bertanya takut-takut.

Min tersenyum ke arahnya, memberikan sedikit rasa aman pada Sera. "Tidak seperti yang kamu pikirkan, ini Kafe Takamagara, kok." Ia menjeda sebentar lalu tersenyum semakin lebar, "Tapi, bukan yang ada di bumi."

Sera harap semua hanyalah bohongan. Namun melihat bagaimana ia tiba-tiba berpindah ke ruangan besar ini, melihat benda melayang, dan wajah Jun yang sangat serius—cukup membuatnya menerima keadaan; ia sedang tidak berada di bumi.

"Haha! Lihat wajah terkejutmu itu!" Min mengembuskan napas, ia berdiri lalu mendekat ke arah Sera, "Jadi, singkatnya kamu sedang berada di dimensi yang berbeda dengan tempat tinggalmu, tempat di mana sihir bisa digunakan hampir semua orang."

Sera tersentak ketika Min tiba-tiba mengambil tangannya lalu menciumnya tanpa permisi. "Dan ini adalah kafe utama Takamagahara. Tempat bidadari cantik seperti kalian mengistirahatkan diri. Dan kami adalah Host yang bertugas menyembuhkan semua kelelahan kalian, seperti sihir." Saat melihat tatapan mata pemuda itu, rasanya Sera seperti disengat, wajahnya jadi panas.

"Akhir-akhir ini bisnis kami sangat terkenal. Hingga akhirnya, kami mencoba bekerja sama dengan orang-orang di bumi."

Sera tidak tahu harus berkata apa. Ia tahu moto kafe yang ia datangi adalah 'Menyembuhkan semua seperti sihir', namun ia tidak pernah berpikir kalau orang-orang yang bekerja di sana benar-benar bisa menggunakannya—dan lagi, bukan dari bumi.

"Tapi ini pertama kalinya kami kedatangan tamu dari bumi. Mumpung kamu sudah di sini, bagaimana kalau kutun—"

"Bukankah kau terlalu banyak melakukan hal yang tidak perlu?"

Jun menatap Min dengan wajah kesal. Namun, Min hanya terkekeh dan meletakkan tangannya di bahu Sera. "Jangan kaku begitu, Jun. Lagipula, kita akan menghapus ingatannya nanti."

Saat pemuda itu kembali ingin menarik Sera dan mungkin benar-benar menunjukkan pemandangan sekitar, Jun lebih dulu menariknya menuju pintu di sebelah kiri. Pemuda itu mendengkus, "Aku akan mengembalikannya ke bumi."

Saat itu, tidak ada yang bisa Sera lakukan selain mengikuti langkah besar dan cepat milik Jun. Rasanya sedikit gugup saat tangan besar dan dingin laki-laki itu menyentuh langsung tangannya. Pintu itu dibuka, cahaya yang begitu terang membuatnya menutup mata. Dan saat merasakan langkahnya berhenti, ia membuka mata dan menemukan dirinya sudah berada di kamarnya sendiri—tunggu.

Jun, apa Jun juga ikut masuk ke sini?

"Gila ... ini masih siang, bukan? Kenapa kamu tahan di tempat gelap begini?"

Lagi, Sera dibuat membeku. Dengan cepat ia jangkau saklar dan menyalakan lampu kamar. Dia tutup pintu, takut ada keluarganya yang melihat pemuda itu berada di kamarnya, lalu mengembuskan napas saat menyadari kamarnya cukup layak untuk dilihat.

Jun memilih duduk di kursi belajarnya. Ia bersandar pada tangan kiri, lalu menatap Sera. Tatapannya datar, tatapan yang sama saat mereka bertemu di kafe.

Tanpa pikir panjang, Sera duduk di lantai, di hadapan Jun. Tangan kanannya menggesek lengan kiri perlahan lalu meremasnya, sebuah kebiasaan yang ia lakukan saat gugup. "Kamu ... akan menghapus ingatanku?"

Sera tidak berani menatap wajah itu. Ia tertunduk dan kembali melanjutkan karena Jun masih memilih diam, "Apa kamu bisa membatasi sampai mana ingatan akan dihapus? Tolong ... pertemuan kita, dan apa yang kita bicarakan di kafe ... buat aku tetap mengingatnya."

"Gadis lain paling tidak akan memintaku untuk ikut dalam pembicaraan membosankan mereka, tapi kamu malah menghabiskan cukup banyak uang menyewaku, hanya untuk menanyakan satu hal. Aku masih tidak mengerti."

Sera semakin dalam tertunduk. Ia menggigit bibirnya sendiri, "Kamu lihat sendiri kan, aku sangat pengecut. Berbicara dengan orang lain terasa sangat menakutkan karena beberapa hal di masa lalu. Aku ... ingin berubah. Kupikir, kalau aku berhasil mengatakan sesuatu pada orang dengan wajah paling menakutkan di antara kalian, aku akan sedikit berubah."

Jun mengerut dahi, merasa sedikit kesal karena secara tidak langsung Sera telah menyebutnya laki-laki dengan wajah paling menyeramkan di antara Host yang tersedia di kafe. Dia sekali lagi menghela napas. Kini berpindah dan ikut duduk di lantai, di depan Sera. "Payah sekali."

Sera masih diam.

"Aku tidak akan menghapus ingatanmu, lagipula tidak akan ada yang percaya. Datanglah lagi ke kafe jika kamu ingin berlatih bicara."

Sera menengadah, terkejut saat pemuda itu mendekat. "Oh ya, soal hal yang kamu tanyakan. Nama asliku, bukan?"

Sera menutup mata saat melihat wajah Jun semakin dekat dengan wajahnya. Dahinya terasa hangat beberapa saat, "Jeromiyan."

Saat Sera membuka mata, Jun sudah tidak ada lagi. Yang tersisa hanyalah dirinya, dadanya yang berdegup kencang, dan wajahnya yang memerah. Sera mengulum senyum. "Jeromiyan. Akan kuingat."

GenFest 2020: Romance x IsekaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang