Isekai Soulmate

89 16 0
                                    

"Kurasa soulmate itu hanya mitos," gumam pemuda yang diputusi pacarnya.

Itu karena soulmate-mu tidak di dunia ini.

Suara misterius menginterupsi langkah kakinya hingga terpeleset terguling-guling.

Saat akhirnya bisa bangun, seseorang telah berdiri di depannya, seorang wanita dengan gaun hitam ketat yang menunjukkan lekuk tubuhnya. Mata amber-nya yang mengkilat menatap heran pada pemuda yang tersungkur itu. Tidak kalah heran, pemuda itu menatap balik pada wanita di depannya, tepatnya menatap pada tanduk melengkung yang tumbuh di kepalanya. Namun, di tengah keheranannya, kata pertama yang pemuda itu ucapkan adalah, "Cantiknya." Memuji paras tak tercela di hadapannya.

Hal berikutnya yang terjadi, tau-tau pemuda itu sudah dikurung di dalam penjara bawah tanah. Seorang (?) tentara tengkorak berdiri menjaga penjara itu. Tidak habis pikir bagaimana dia bisa di sini sekarang ini. Beberapa saat yang lalu dia masih menaiki tangga apartemen, tau-tau sekarang sudah berada di sebuah kastil bergaya eropa.

Sibuk berpikir, seseorang datang berkunjung ke selnya, wanita yang tadi dia temui.

"Ah, kau! Di mana ini? Kenapa tiba-tiba aku dimasukkan ke penjara?!"

Wanita itu terdiam sebentar dan menatapnya dingin. "Manusia lancang. Pahami kedudukanmu," ujarnya dengan suara yang mengancam.

"Ah, benar juga, maafkan aku." Pemuda itu menundukkan badannya meminta maaf.

"Eh? Ah, aku juga minta maaf tiba-tiba mengurungmu di sini." Wanita itu balas meminta maaf dan ikut menundukkan badan.

Sesaat kemudian, situasi di antara mereka berdua pun menjadi canggung.

"Ahem, jadi manusia, siapa kau?" Kembali dengan sikap dinginnya, dia bertanya menunjukkan keangkuhan.

"Namaku Akira Hiroshi."

"Akira, nama yang aneh. Lalu, bagaimana caramu bisa muncul tiba-tiba di aula singgasana?"

"Aku sendiri tidak tau, saat sedang menaiki tangga apartemen, kakiku terpeleset, dan tau-tau aku sudah di sana." Akira melototi tanduk di kepala wanita di depannya. "Apa itu asli?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Manusia, apa kau belum pernah melihat ras iblis?" tanya wanita itu.

"Ras iblis? Seperti di anime atau game?"

Kali ini wanita itu yang kebingungan. "Aku tidak tau anime atau game yang kamu maksud itu apa, tapi makhluk sepertiku ini adalah ras iblis. Dan aku adalah pemimpin ras iblis, namaku Melinda Noir Malhela."

Kruuuuk

Di tengah perkenalan mereka, interupsi terdengar dari perut Akira.

"Untunglah aku membawakan makanan." Melinda menadahkan sebelah tangannya dan dari ruang kosong muncullah sebuah keranjang anyam. Akira tercengang mempertanyakan kelogisan di balik fenomena itu.

"Makanlah!"

"Terima kasih!" Tanpa ragu, Akira melahap makanannya. Namun,

Kruuuuuk

Sinyal lain terdengar dan kali ini dari arah Melinda.

"Eh? Ah, ka-kau-kau salah! I-i-i-itu-itu itu tadi suara petir! Ya, suara petir, ahahaha."

Melihat reaksi Melinda yang wajahnya sudah memerah padam itu, Akira tidak lagi dapat membendung perasaannya.

Ada apa dengan perempuan ini?! Sekilas kepribadiannya terlihat cool dan dewasa tapi aslinya clumsy dan menggemaskan. Moe!

Ah! Sadar Akira! Dia perempuan. Sudah berapa kali kau dikhianati perempuan?! Jangan terbawa emosi sesaat ini, berpikirlah dengan tenang dan bersikap biasa saja.

"Ahem, Melinda-san, mau makan denganku? Aku sendiri tidak bisa memakan semua ini." Begitulah respon Akira setelah menenangkan diri.

Mendengar kalimat Akira, kali ini perasaan Melinda yang tidak bisa ditahan lagi.

Aaaaah malunya! Lalu apa-apaan manusia ini. Biasanya orang-orang bertemu raja iblis sepertiku pasti akan menjerit ketakutan atau langsung menyerang dengan senjata, tapi dia malah memanggilku cantik! Sekarang pun dia menawariku makanan yang harusnya untuknya. Ini pertama kalinya ada orang yang memperlakukanku begini.

Tunggu dulu, aku harus tetap tenang. Jangan bersikap kekanakan. Kau adalah raja iblis, jaga martabatmu di hadapannya.

Dalam diam, Melinda ikut mengambil sepotong sandwich dan memakannya.

Hari berganti hari, Melinda terus berkunjung ke sel Akira dengan dalih interogasi. Nyatanya mereka hanya ngobrol biasa dan saling mengenal satu sama lain. Namun, kunjungan itu suatu hari berhenti. Tentara tengkorak yang biasa berjaga pun hari itu tidak tampak.

Sebaliknya, suara gaduh terdengar dari atas sana. Teriakan, dentingan besi, ledakan, suara itu bercampur menjadi simfoni kegaduhan. Akira hanya bisa menduga bahwa kastil ini telah diserang seseorang, sayangnya dia tidak bisa keluar untuk memastikan.

Setelah sepuluh jam tak hentinya riuh, akhirnya sorak-sorai gembira menggelegar, mengalahkan keriuhan sebelumnya. Akira yakin itu adalah pertanda berakhirnya pertarungan. Hanya saja, dia tidak tau sorak-sorai itu berasal dari pihak mana.

Klak

Bunyi kunci pintu sel yang terbuka mengagetkan Akira. Pintu itu terkunci dengan sihir Melinda, jika tiba-tiba kuncinya terbuka, ....

Akira tak ingin memikirkannya. Dia langsung melesat keluar untuk mengetahui kondisi kastil. Tak bermodal pengetahuan apa pun, Akira berkeliaran mencari aula singgasana. Sepanjang jalan dia menemukan mayat bertumpuk, dari ras manusia dan juga iblis.

Sudah berapa menit dia berlari tanpa arah, belum ada dia temui satu makhluk pun yang hidup. Semua sudah menjadi mayat. Kemungkinan besar, orang-orang yang bersorak sebelumnya pun sudah pergi. Ya, pergi. Artinya ini adalah kemenangan para penyerang.

Akhirnya Akira menemukan pintu besar yang dia yakini mengarah ke aula singgasana, tempat Akira pertama kali bertemu dengan Melinda. Susah payah dia membuka pintu besar itu, pemandangan yang dia temukan adalah Melinda bersimbah darah di singgasananya.

"Melinda-san!" Akira berteriak histeris. Dia berlari mendekat dan segera mendekap tubuh Melinda. Akira sadar, terdapat lubang besar yang menembus jantung Melinda. Kalau sudah begitu, benar-benar sudah tak terselamatkan.

"Sial! Kupikir akhirnya aku bertemu dengan soulmateku, tapi kenapa harus begini?" Akira terisak sambil masih mendekap tubuh Melinda. "Jika tau begini seharusnya aku tidak perlu membohongi perasaanku dan mengatakan suka padanya."

"Akira, apa kau serius?" Suara lemah itu berbisik di telinga Akira.

"Ya tentu saja," jawab Akira dan kemudian dia sadar suara milik siapa itu. Langsung dia lepaskan pelukannya dan melihat wajah Melinda merah padam menahan malu. "Melinda-san! Kau masih hidup?!"

"Uhm, sebagai raja iblis aku memiliki dua jantung. Jadi, saat mereka menghancurkan jantung pertamaku, aku berpura-pura mati dari tadi."

"Jantungmu dua?!" Akira terlonjak kaget.

"Lupakan itu, masalah tadi apa kau benar-benar serius? Tentang kau su-su-suka denganku?" tanya Melinda dengan suara makin menciut.

"Ya, aku serius," jawab Akira lantang.

"Tapi, aku ras iblis, dan kau manusia. Tidak selayaknya kita ...."

"Aku tidak peduli, aku ingin hidup bersamamu. Jika perlu kita pergi sejauh mungkin, ke tempat di mana tidak seorang pun tau kalau kau adalah raja iblis. Bagaimana Melinda-san, apa kau mau?"

Melinda tidak langsung menjawab tawaran Akira. Perlu waktu beberapa saat untuknya menghilangkan rasa malu dari wajahnya. Saat akhirnya hatinya siap, dia pun menjawab, "Ya, aku mau."

GenFest 2020: Romance x IsekaiWhere stories live. Discover now