30. Fever

1K 98 7
                                    


Happy reading....









Sinar mentari pagi menerobos masuk melalui celah-celah jendela kamar gadis musim semi yang masih tertidur pulas. Banyak daun-daun diari pohon yang masih diselimuti butiran-butiran embun pagi hari. Gadis itu sama sekali tak terusik oleh sedikit cahaya matahari yang masuk melalu celah jendelanya, begitupun dengan suara kicauan burung dipagi hari benar-benar tidak bisa mengusik betapa nyenyaknya tidur gadis itu.

Pendengarannya mulai terusik ketika mendengar suara ketukan yang berasal dari pintu kamarnya.

Kelopak matanya terbuka, sayup-sayup  Emerald indahnya mulai terlihat. Sakura terbangun dari tidurnya, mencoba duduk untuk mengumpulkan kesadarannya. Kerutan didahi lebarnya terlihat ketika ia mencoba bangun ingin membukakan pintu kamarnya, telapak tangannya menyentuh keningnya yang merasa pening saat bangun.

"Panas," lirihnya.

Pintu kamarnya langsung terbuka lebar, menampilkan Mebuki dengan wajah galaknya. Sebab sejak tadi Sakura sama sekali tidak menggubris Mebuki yang sedari tadi mengetuk pintunya.

Mebuki menyadari keanehan dari putri tunggalnya yang diam saja dengan tangan yang menyentuh keningnya sendri. Kekesalannya langsung hilang begitu saja.

"Sakura?" panggil Mebuki.

"Kaa-san" Sakura menoleh kearah Mebuki.

"Ya Tuhan! Saki kau kenapa?" mata Mebuki membulat lebar mendapati wajah Sakura yang terlihat pucat.

Telapak tangannya menyentuh dahi lebar putrinya.

'Panas.'

"Sakura kau demam?" tanya Mebuki, matanya tak bisa lepas dari wajah pucat Sakura.

Sakura mengangguk lemas.

"Sudah Kaa-san bilang kan, jangan memaksakan diri mengerjakan tugas sampai larut!" tegurnya. Sakura hanya diam saja. ini memang salahnya, terlalu memaksakan diri mengerjakan tugas sekolah sampai pukul 3 pagi. Ini sudah berlangsung selama ia libur 2 hari yang lalu.

"Aku mau siap-siap dulu" ujar Sakura, tangannya menggenggam kepala ranjang tidurnya untuk membantunya bangun.

Mebuki menatap Sakura heran, "siap-siap?"

"Eumm, ke sekolah." cicit Sakura saat mendapati mata Mebuki mengkilat tajam.

Mengerti ditatap seperti itu, Sakura kembali duduk dipinggiran tempat tidurnya.

"Ha'i ha'i" pasrahnya.

"Kaa-san akan buatkan bubur, dan meminta Sasori untuk datang ke sekolahmu."ucap Mebuki mengusap lembut surai merah muda milik Sakura.

Sakura mengangguk lemas, kepalanya benar-benar pening seperti dihantam sesuatu yang keras.

"Sekarang berbaring, jam 9 nanti akan Kaa-san antar ke klinik." ucapnya lagi, kemudian berjalan keluar kamar putrinya.

Sakura menghembuskan nafasnya. Sebenarnya bukan hanya kurang tidur saja, dirinya memikirkan hal lain selain tugas sekolah.

Gadis itu memejamkan matanya sembari bergumam menyebut nama kekasihnya. Menit berikutnya ia kembali terlelap dan memasuki alam mimpinya.









Sasori menatap penuh tanda tanya melihat Mebuki kembali berkutat dengan dapur.

"Kaa-san mau buat apa? Bukankah sarapan ini saja sudah cukup?" tanya Sasori kemudia berdiri dari kursinya menghampiri Mebuki.

Mebuki terlihat senang saat Sasori akhirnya memanggilnya Kaa-san. 

"Omong-omong dimana Sakura?" tanyanya lagi.

LOVE {FANFICTION}✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang