Good Girl

11.4K 2.1K 70
                                    

Lucas sudah menyukai Saskia sejak melihat foto anak itu di ponsel Arwen. Akan tetapi, bertemu langsung dan mengobrol dengan gadis cilik yang masih balita itu, membuat rasa sukanya berlipat ganda.

Bibir dan dagu Saskia mirip dengan Arwen. Kulitnya putih. Rambut kriwilnya yang nyaris menyentuh bahu, ikut bergerak tiap kali anak itu bicara dengan penuh semangat. Meski belum bisa melafalkan huruf "r" dengan sempurna, Saskia mampu bicara dengan artikulasi yang jelas.

Dalam sekejap, Lucas sudah membuat kesimpulan. Bahwa Saskia itu lucu, menggemaskan, pemberani, tak sungkan melisankan apa yang melintas di benaknya (cukup mirip dengan sang ibu), serta jago membujuk. Buktinya, Arwen pun tak berdaya menghadapi rayuan Saskia yang bertubi-tubi agar mereka mampir lebih dulu di Animal City. Lucas sama sekali tak keberatan mengajak mereka semua mendatangi pet shop kesayangannya.

Dijemput di bandara menjadi kejutan bagi Lucas. Sekaligus semacam penyegaran setelah dirinya dan Arwen terlibat perdebatan dengan perempuan galak tadi. Tebakan Lucas, rasa penasaran sudah mendorong Margo dan Breanna hingga datang ke bandara untuk melihat sendiri "pasangan" yang dipamerkan Arwen di Ubud. Saat mereka bekenalan, Lucas meminta keduanya memanggil namanya saja tanpa embel-embel apa pun.

Arwen dan kedua adiknya nyaris tak memiliki kemiripan. Arwen juga paling pendek dibanding yang lain. Breanna mungkin akan dianggap sebagai gadis paling menawan di antara ketiganya. Berkulit kuning langsat, hidung bangir, wajah lancip, mata bundar yang ekspresif, serta rambut bergelombang nan tebal hingga sepunggung atas. Sementara Margo adalah sosok jangkung dengan tubuh langsing dan berpenampilan anggun.

Breanna adalah gadis yang blakblakan, cukup mirip dengan Arwen. Sementara Margo tergolong pendiam dan lebih suka menjadi pengamat. Breanna tak sungkan mengajukan banyak pertanyaan pada Lucas yang di-hus Arwen beberapa kali. Namun, Lucas sama sekali tidak merasa tersinggung.

"Yakin mau ngobrolin ketertarikan kami sampai akhirnya bisa pacaran? Di sini ada Saskia, lho," gurau Lucas sembari menatap Breanna lewat kaca spion. Kedua adik Arwen duduk di jok tengah. Sementara Arwen berada di sebelah kiri Lucas, dengan Saskia di pangkuannya.

"Nggak usah dijawab, Luc! Bre itu punya bakat jadi interogator," timpal Arwen.

"Aku cuma pengin tau, Kak. Penasaran banget soalnya. Karena kami nggak pernah dengar desas-desus apa pun. Tau-tau, kalian bikin kejutan di pestanya Sati," Breanna membela diri. "Tapi aku hepi, sih. Karena bisa ngebayangin gimana kagetnya semua orang di sana. Pengin banget ngeliat ekspresi semua orang." Breanna tertawa geli. Lalu dia mengimbuhi, "Okelah Lucas, nggak usah dijawab pertanyaanku. Ntar aku juga bisa nanya ke kakakku."

"Kak," sela Margo, "Lady Marmalade beneran datang ke Ubud, ya?"

"Iya," balas Arwen. Suaranya terdengar agak muram. Dia bahkan sudah nyaris lupa julukan itu. "Katanya, dia nggak bakalan balik lagi ke New Zealand. Dia belum cerita detailnya tapi kayaknya ada masalah. Entahlah, ada yang beda aja sama dia."

Lucas tak tahan untuk diam saja. "Shawna itu Lady Marmalade?" tebaknya.

"Yup. Karena dulu dia demen banget selai jeruk. Pokoknya, dia cuma mau makan roti pakai selai jeruk." Arwen dan Lucas berpandangan sesaat. Perempuan itu mengangguk, seolah paham apa yang berkelindan di kepala lelaki itu. "Aku tau. Kemarin Shawna bawa bermacam-macam selai ke meja kita. Tapi, kalau kamu perhatiin, dia cuma ngolesin rotinya pakai selai jeruk. Yang lain nggak disentuh sama sekali."

Lucas bukan psikolog. Namun, dia merasa ada yang tidak beres dengan Shawna. Dalam artian, perempuan itu menghadapi masalah yang coba ditutupi. Paling tidak, itu terlihat dari usaha Shawna untuk menyantap banyak makanan tapi gagal. Perempuan itu cuma sanggup mencicipi sedikit sebelum mengenyit samar. Entah karena ingin muntah atau alasan lain.

Bidadari Badung | ✔ | Fin Where stories live. Discover now