Always Remember Us This Way (1)

11.8K 2K 93
                                    

Klien pertama Arwen hari itu bernama Ivonne. Mengaku baru selesai kuliah dan sudah mulai bekerja di sebuah perusahaan minuman ringan sebagai staf marketing, Ivonne baru menjadi pengguna jasa Share With Me. Ini obrolan ketiga mereka. Ivonne tinggal sendiri di Bogor, sementara keluarganya menetap di Bukit Tinggi.

Arwen suka mendengar suara Ivonne yang lembut. Dari obrolan yang melibatkan keduanya, gadis itu terkesan cerdas. Awalnya, dia mengira jika Ivonne hanya butuh teman bicara karena merasa kesepian. Atau gadis itu tidak memiliki sahabat yang bisa menjadi tempat berbagi. Bukan baru sekali Arwen mendapati klien semacam itu. Banyak pengguna jasa yang menjadi anggota Share With Me hanya untuk mencurahkan uneg-uneg atau sekadar mengobrol ringan.

Namun, hari itu, Arwen tersadar bahwa hidup Ivonne tak seindah suaranya. Makin banyak mendengar kata-kata gadis itu, kian sedih pula Arwen. Dia sungguh menyayangkan jalan yang dipilih gadis muda itu. Andai saja tidak terikat aturan ketat tempatnya bekerja, niscaya Arwen akan mengajak Ivonne bertemu dan bicara dari hati ke hati.

Arwen menatap layar laptop dan membaca semua data pribadi Ivonne yang tertera di sana. Yang tidak ada hanya foto. Selisih usia mereka sekitar tiga tahun. Ivonne sedikit lebih muda dibanding Breanna.

Saat Ivonne menghubungi Arwen beberapa hari silam dan mereka mengobrol untuk kedua kalinya, gadis itu bercerita tentang profesi yang sudah dijalaninya selama tiga tahun terakhir. Ivonne, yang diyakini Arwen fisiknya sama cantik dengan suaranya, sudah mulai menjadi pelacur sejak tiga tahun silam. Berawal dari ajakan salah satu teman satu indekosnya untuk bekerja di agensi penyedia teman kencan untuk pria berduit. Masih menurut Ivonne, tidak ada prostitusi sama sekali. "Kencan" yang dimaksud hanya menemani kliennya makan malam atau bertemu dengan kolega. Jadi, tidak ada paksaan atau bujukan seperti cerita horor yang melibatkan para muncikari dengan perempuan dagangannya.

Namun, Ivonne tidak berhenti di situ meski mengaku mendapat penghasilan cukup besar. Berawal dari masalah ekonomi yang membelit keluarganya setelah sang ayah berpulang dan ibunya tak becus mengurus keuangan. Terbiasa dibesarkan dalam keluarga berkecukupan, hidup Ivonne terancam berubah. Dia diminta kembali ke tanah kelahirannya karena tidak ada lagi dana untuk menyokong kehidupan gadis itu di Bogor.

Beralasan ingin menuntaskan kuliahnya yang belum sampai setengah jalan, Ivonne menolak pulang. Gadis itu berjanji kepada ibunya untuk membiayai hidupnya sendiri. Ivonne menepati janjinya, bahkan bisa menjadi sarjana tepat waktu. Akan tetapi, dia tak lagi sekadar menjadi teman kencan pria berduit. Melainkan sudah melangkah lebih jauh.

Hari ini, Ivonne bercerita lebih detail tentang kali pertama dia menjual tubuh pada pria hidung belang.

"Salah satu teman kencan yang rutin pakai jasaku, sebut aja Virgo, ngajak untuk liburan ke Jepang, Mbak. Di sana, dia mau ketemu calon investor. Setelah nimbang ini-itu, udah mikirin risikonya juga, aku ikut. Risiko dalam artian kemungkinan kami akan tidur bareng. Karena si klien ini berkali-kali udah ngasih isyarat ke arah sana. Singkatnya, di Jepang memang kejadian. Sempat nyesal juga karena dulunya aku punya cita-cita, nggak mau ngelakuin seks pranikah. Apalagi, Virgo bukan pacarku, cuma klien. Tapi, cita-cita kalah sama kebutuhan, Mbak," celoteh Ivonne.

Arwen merinding. Dia bukan perempuan suci. Dia sudah melakukan dosa besar. Akan tetapi, dia tak sanggup membayangkan dirinya bercinta dengan seseorang demi uang.

"Setelah balik dari Jepang, gimana kelanjutannya?" tanya Arwen, berusaha tetap menunjukkan antusiasme.

"Aku keluar dari agensi. Karena kalau ketauan, bisa kena kasus hukum. Sejak itu, aku dan Virgo terikat hubungan eksklusif. Sampai kemudian dia nikah dan sok-sokan mau jadi laki-laki setia. Kejadiannya satu setengah tahun yang lalu, Mbak. Aku sempat patah hati padahal awalnya nggak cinta. Karena Virgo itu yang pertama buatku, Mbak. Apalagi hubungan kami sempat intens banget. Tapi, dia milih orang lain walau ngaku cinta sama aku. Dia bilang, nggak mungkin nikah sama aku. Dia butuh perempuan baik-baik untuk jadi istri dan ibu buat anak-anaknya. Padahal, aku cuma tidur sama dia. Kebayang sakitnya hatiku gara-gara omongan Virgo kan, Mbak?"

Bidadari Badung | ✔ | Fin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang