01. Cerita

1.8K 282 20
                                    

3 Tahun yang lalu

Gedung SMA 2 kembali hancur
setelah insiden 7 tahun yang lalu
yang pernah melanda itu. Diduga
diakibatkan oleh rakitan bom
yang dibuat oleh seseorang hingga
membuat 49 orang tewas.

klik

"Mau kemana bun?" tanya Jeongin ketika ia baru menyadari ibundanya sudah berpakaian rapi. Walau sedikit aneh menurut Jeongin karena pakaian ibundanya, berwarna hitam?

Sang ibunda menoleh sambil membuka pintu. "Mau ngelayat. Anaknya temen bunda jadi korban insiden itu juga. Adek mau ikut?"

Jeongin masih memegang remot televisi. Posisinya juga masih duduk disofa sambil memeluk bantal. Jeongin memegang erat remot televisi itu.

Akhirnya ia menggeleng sambil tersenyum kepada ibundanya. "Nggak deh bun," jawab Jeongin dengan singkat.

Sang ibunda mengangguk lalu segera keluar dari rumahnya. "Pintunya dikunci ya sayang, jangan lupa!"

Tak lama kemudian suara pintu ditutup terdengar, dengan Jeongin berlari kecil untuk mengunci pintu tersebut.

Ia kembali duduk disofa sambil memegang bantal yang tadi ia pegang. Ia tampak sedang memikirkan sesuatu. Raut wajahnya pun terlihat serius.

Ia mengambil remot televisi lalu mengganti saluran. Apapun setidaknya ia tidak mendengar berita tentang SMA yang di bom atau apalah itu.

"Aneh. Tumben amat gue peduli sama yang begituan,"

Jeongin berusaha fokus menonton acara yang ditayangkan di televisi itu.

"Wah parah si Fizi. Nggak ada otak lagi kalo ngomong."

Masih asyik menonton, tiba-tiba pintu rumahnya diketuk. Ia menoleh, matanya yang tajam menilik siapa yang mengetuk pintu lewat jendela rumahnya. Ia terlalu mager untuk sekadar berjalan ke depan sana.

Ah, sang kakak telah kembali.

Ingin berteriak 'buka saja pintunya!' tapi ia baru ingat pintu tersebut baru saja ia kunci. Hadeh.

"Dek? Kamu di rumah kan?" ucap sang kakak dari luar rumah.

"Iya! Bentar!"

Dengan malas Jeongin beranjak dari duduknya dan membuka kunci pintu. Kakaknya itu mendorong pintu kayu tersebut dan tersenyum, lalu mengusak rambut Jeongin.

Jeongin menatap kakaknya aneh. Kakaknya ini agak jarang melakukan tindakan manis kepadanya. Tapi jelas, dia seorang kakak. Pastinya memiliki rasa sayang dan khawatir pada adiknya itu.

"Napa dah? Tumben-tumbenan kayak begitu?"

"Khawatir doang. Kamu lama banget buka pintunya." Sang Kakak berlalu meninggalkan Jeongin dan menuju kamarnya.

"Mager tau kak. Tadi udah pw soalnya," jawab Jeongin sambil menutup pintu dan sedikit berteriak.

Ia kembali ke sofa dan menonton acara televisi.

Tsk, iklan. Akhirnya Jeongin mengambil ponselnya yang tertindih tubuhnya itu.

Jeongin merasa ada yang aneh dengan dirinya. Entah mengapa sedari tadi Ia merasa ada sesuatu yang mengganjal dihatinya. Dia memutuskan untuk bertanya kepada kakaknya nanti.

[#2] Simon Says • 01-05L [✔]Where stories live. Discover now