dua puluh enam: Hati Tidak Pernah Salah

147 40 21
                                    

HALO!

APA KABAR KALIAN? APA KALIAN KANGEN RING THE BELL? KALI INI UPDATENYA DI PAGI-PAGI YA HEHE.

BUAT KALIAN YANG ANAK SEKOLAH, APA UDAH MASUK PEMBAGIAN RAPOR? SEMOGA NILAINYA BAGUS-BAGUS YA 🥰

AKU SIH BARU UAS DAN INI JALAN HARI KEDUA HEHE, JADI MUNGKIN AGAK TELAT DARI BIASANYA

TAPI AKU SENANG BANGET RTB BISA LANJUT SAMPAI PART 26. SEMOGA AJA BISA TAMAT YA, AKU HARAP GITU

MOHON DOANYA DARI KALIAN YA ❤️🥺

SEPERTI BIASA JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN BIAR AKU SEMAKIN SEMANGAT. AYO BIKIN RING THE BELL MASUK DI RANK FIKSI REMAJA HEHE 😘

SELAMAT MEMBACA YA, AKU SAYANG KAMU❤️




[]



Pikiran Odi saat itu tak karuan. Membuat berbagai persepsi tentang siapakah cewek yang ditolong Calvin barusan. Setaunya, cowok itu takkan sembarang menolong orang. Calvin orangnya cukup cuek kecuali pada orang yang dekat dengannya.

Ia berjalan menubruk semua orang yang terlihat bersantai di koridor sampai mereka melihatinya. Pokoknya ia harus cepat-cepat sampai ke UKS.

'Kurang ajar banget, kok bisa-bisanya genit sama Calvin!'

Odi sampai di UKS dan ternyata memang benar ada Calvin dan Ralisa di sana.

Hanya mereka berdua.

'Ini mata aku nggak salah, kan?'

Lalu ia melihat Ralisa yang tengah dibalut lututnya oleh Calvin.

Cewek itu bingung, antara ingin marah dan cemburu. Tapi rasanya tidak wajar jika hanya melihat Calvin membalut luka Ralisa. Bagaimana pun, Ralisa adalah teman dekat bagi Odi.

"Eh, Di?" Sapa cewek itu sambil tersenyum pada Odi. Calvin pun ikut menoleh, cowok itu sedikit kaget.

Disitu Odi rasanya bingung sekali. Bagaimana mereka bisa sedekat ini padahal Calvin dan Ralisa hanya bertemu beberapa kali. Itupun karena Odi.

"Aku tadi jatuh hehe. Nggak apa-apa kan aku minta tolong Calvin?" Tanya Ralisa dan sesaat Calvin berhenti membalut lukanya.

"Nggak kok." Odi menggeleng dengan wajah tegang. Rasanya ia ingin marah tapi tidak mungkin karena saat itu suasana cukup canggung bagi Odi.

"Ah syukur deh." Ucap Ralisa lagi.

Odi menatap Calvin tanpa ekspresi lalu berkata, "Nanti kita ketemu di parkiran ya, aku mau bicara. Selesain itu aja dulu, temenin Ralisa sampai sembuh."

Odi pun pergi dengan hati yang masih saja sakit. Apakah dirinya memang tidak penting di mata Calvin sampai ia terlihat begitu perhatian kepada Ralisa? Padahal kan mereka baru saja baikan saat itu.

Dan lagi-lagi masalahnya soal cemburu.

Tapi Calvin tidak menunggu apapun lagi, ia segera menyusul Odi dan meninggalkan Ralisa dengan perbannya yang belum selesai dibalut. Ia dan Odi akhirnya memutuskan untuk berhenti di koridor kelas 12 karena kebetulan suasanya sepi sekali. Kelas 12 saat itu sedang simulasi UNBK.

"Di!"

Odi menoleh, namun ia tidak mengatakan apapun.

"Aku bisa jelasin. Kenapa kamu harus marah coba?" Calvin mencengkram pergelangan tangan cewek itu.

[#1]: Ring The BellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang