Bab 32

1.9K 86 9
                                    

Zanna

Setelah tadi mendapat pesan dari arzan aku langsung menemui nya sepulang dari butik. Ternyata dia meminta ku bertemu di sebuah restoran yang kebetulan tidak terlalu jauh dari butik ku.

Saat aku sampai restoran , aku mencari arzan atau lebih tepat nya orang yang mirip dengan foto yang aku pegang. Aku menemukan nya sedang duduk sendirian di meja dekat jendela. Aku langsung menuju ke tempat di mana arzan sedang duduk sambil memainka hp nya.

Entah kenapa senyum jahat terpasang di wajah ku. Karena baru saja aku mendapat kan ide gila. Semoga dengan ide gila ini arzan dapat membatalkan perjodohan kita.

"hai" sapa ku.

"om" lanjut ku lagi.

Arzan menyimpan hp nya kemudian melihat ke arah ku.

"apa? Om?" kata arzan terheran-heran.

Aku sengaja memanggil dia om. Aku ingin menjadi wanita kekanak-kanakan dan menyebalkan di hadapan nya. Semoga ide gila ini berhasil. Aku tersenyum dalam hati.

Kebetulan kemarin mami memberitahu ku bahwa arzan 5 tahun lebih tua dari ku. Jika saat ini umur ku sudah 28 tahun maka arzan sudah seumuran om-om, pikirku. Tapi aneh nya mengapa dia belum menikah.

"iya, om!" kata ku.

Mempertegas ucapan ku, bahwa memang aku memanggil nya om. Sebenarnya bisa saja aku memanggil nya kak, mas, atau abang, tapi aku lebih suka memanggil nya om. Apalagi saat aku lihat reaksi yang di berikan arzan. Aku hanya tersenyum semanis mungkin dan pura-pura polos, seakan semua yang aku lakukan tidak salah sedikit pun. Aku masih berdiri di samping meja. Arzan memperhatikan aku dari atas sampai ke bawah. Seperti melihat sesuatu yang aneh.

"ahhh" kata arzan.

Dia terlihat tersenyum aneh sambil menepuk jidatnya. Kemudian aku main duduk saja di kursi depan arzan, sebelum dia mempersilahkan aku untuk duduk.

"lo siapa si? Gua gak ada janji sama anak kecil kaya lo!" kata arzan.

Dengan intonasi tegas sambil menunjuk muka ku dengan telunjuk nya. Dia terlihat pusing dengan tingkah ku, tapi aku menanggapi nya santai. Bukan nya menjawab justru aku malah memanggil pelayan dan memesan minuman. Setelah itu baru aku menjawab pertanyaan arzan.

" kan lo sendiri om, yang minta kita ketemu" kata ku polos.

Aku mengeluarkan hp ku dan membuka room chat kami. Lalu menunjukkan nya pada arzan. Dia terlihat semakin pusing, dan terus memijit kepala nya.

Arzan menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan.

"jadi, lo aliza?" tanya arzan.

Aku hanya mengangguk saja. Kemudian pesanan ku datang, dan aku sibuk dengan minuman ku. Tanpa perdulikan arzan yang dari tadi memijit kepalanya.

"duh pusing deh pala gue, salah apa coba gue bisa di jodohin sama anak kecil kayak lo" kata arzan pelan.

Namun, aku masih dapat mendengar nya.

"batalin perjodohan ini om, gue gak mau nikah sama om-om genit kayak lo" kata ku santai.

"what!" kata arzan.

"heh, siapa juga yang mau di jodohin sama anak kecil kayak lo" kata arzan.

Aku hanya diam saja tak lagi perdulikan arzan. Kini aku memainkan hp ku.

Setelah melihat langsung, ku akui arzan memang tampan. Dia terlihat seperti orang yang cuek. Namun, saat ada yang mengganggunya dia akan terus memikirkannya. Semua nya terlihat dari tingkah laku nya.

Hah Kita Nikah??? Masa Sih?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang