New Place

1.3K 140 2
                                    

Hinata berjalan pelan memasuki sebuah rumah dengan ukuran yang empat kali lebih besar dari rumah saudaranya di london.

Pilar pilar menjulang tinggi dengan kokohnya. Dan luasnya tak bisa di telusuri dengan hanya sekali lihat. Ia mengagumi sebuah beragam ukiran unik yang membentang di setiap bagian atas pilar. Sementara lantainya yang terbuat dari batu marmer asli yang bisa di perkirakan harganya jauh lebih mahal dari pada sepatu lusuhnya. Bahkan bajunya pun sangat jauh di bawah seragam maid yang berbaris rapih di hadapannya.

Sempat ia berfikir dengan apa yang di lihatnya sekarang bukanlah mimpi. Melainkan sebuah ilusi yang bisa lenyap dalam sekejap. Dan bibirnya tersungging ketika ia di perlakukan seperti seorang putri bak di negeri dongeng. Ah mungkin di jadikan judul film lebih tepatnya berjudul ' Putri Lusuh Dengan Istana megahnya'. Tapi..... ia kembali mengubah ekpresinya menjadi sedih, ketika ia mengingat kalimat terakhir orang yang menjemputnya. Sebuah kalimat yang selalu ia hindari. Yaitu satu rumah dengan Laki laki. Ia tersenyum kecut dengan fakta yang di alaminya. Bahkan ia berfikir mungkin hidupnya tak jauh dari budak sex atau penjahat kelamin. Bayangkan saja satu rumah dengan laki laki yang tak di kenal dengan rumah yang sebesar Istana, kalau bukan untuk di jadikan budak sex lalu untuk apa!.

Menjadi salah satu maid pun tidak mungkin. Karena mereka memperlakukan Hinata seperti permata berlian yang harus di pelakukan dengan sangat istimewa. Membimbing Hinata selembut seorang putri. Bahkan membantunya membersihkan dirinya.

Dan dahinya berdenyut ketika salah satu maid bahkan menggosok punggung, serta memberi shampo pada rambutnya. Bahkan memberikan sedikit pijatan pada kepalanya. Mengusap lembut rambut indigonya. Hingga kegiatan mandi pun selesei. Mereka setia mengurus Hinata. Menyiapkan baju dan yang membuat hatinya berdenyut adalah kepala maid menyisir rambutnya dengan lembut.

Ah! Ia mengingatnya. Pernah mengalami hal yang terjadi sekarang di masa lalunya. Dimana ia masih mempunyai sang ibu yang memberikan senyum terbaiknya. Bahkan saat di rumah saudaranya pun sama. Ia pernah mengalami kebaikan ini. Hingga ia terlarut pada kebaikan yang semu yang pada akhirnya ia terjatuh bahkan terlalu dalam dan sulit untuk kembali seperti semula.

Ingin rasanya ia utarakan perasaanya. Apa maksud dari semua perlakuan ini. Namun lidahnya benar benar keluh. Akal fikirannya tak sejalan dengan hatinya. Yang mulai terlarut dengan perlakuan mimpinya. Ia bahkan tak sempat menanyakan maksud dengan semua ini pada Kakashi. Karena Kakashi lebih cepat meninggalkannya. Dan mempercayakannya pada kepala maid yang menurutnya usianya tak jauh darinya. Ia bisa melihatnya di depan cermin. Bagaimana sang kepala maid yang telaten mengeringkan rambutnya. Mengusapnya tanpa membuatnya terusik. Seolah olah Hinata adalah boneka hidup. Dan ia tersenyum kecut dengan pernyataanya sendiri, yang tak pantas di katakan boneka hidup tapi.... lebih pantas dengan Sampah Nonorganik!

Hinata terkekeh ketika menyakini semua hal yang ia alami di sini akan menjadi semu, sama seperti dulu. Yah di dalam prinsip hidupnya terdapat motto yang berisi , Dimana ada kebaikan maka disitu ada permintaan yang harus ia lakukan tanpa penolakan.

"Ck!" Guman Hinata.

"Ada apa Nona?"

Hinata menggeleng pelan.

"Apa anda lapar?"

Hinata masih menjawabnya dengan gelengan kepalanya. Ia melihat sang kepala maid mulai menyisir kembalu rambutnya. Dan sesekali memperhatikan jam dinding yang berada di atas kaca violetnya.

"Harusnya jam segini Tuan muda sudah pulang!" Gumanya. "Dan sekarang sudah hampir malam....."lanjutnya dengan senduh. "Beliau adalah pemuda yang riang dan juga baik tapi..... berubah semenjak keluarganya meninggal!".

'Dan apa pula gunanya kau menceritakannya padaku!' Fikir Hinata. Namun ia lebih memilih diam dan memperhatikan bagaimana ekspresi itu memancarkan kesedihan yang begitu dalam. "Aku harus memanggilmu siapa?" Tanya pelan. Ia  tidak sengaja mengubah topik pembicaraanya hanya saja sampai sejauh ini ia masih belum mengetahui nama sang kepala maid. Dan ia tak di beri kesempatan untuk menanyakannya karena fokusnya teralihkan pada kemewahan rumah yang ia tempati.

99Where stories live. Discover now