Morning

1K 117 4
                                    

Minggu pagi yang dingin membuat Hinata makin larut dari alam mimpinya. Menenggelamkan tubuhnya di dalam selimut. Meringkuk dalam hingga seluruh tubuhnya tertutupi oleh kain tebal. Hingga suara gelegar petir mengagetkannya. Tersentak dalam tidurnya. Dan seketika ia duduk. Mengercapkan matanya yang setengah sadar, menemukan sebuah angka 07.00. "Ck! Terlalu pagi untuk bangun!" Gumannya pelan.

Ia pun kembali menghentakkan punggungnya. Namun suara gemercik air membuatnya kembali bangun. Dengan malas ia berdiri. Melangkah pelan membuka tirai jendelanya. "Hujan......!"

Sreekkk

Ia membuka seluruh tirainya. Menatap tetesan hujan dengan senduh. Mengingat momen di balik hujan yang membuatnya sakit. Dimana saat itu adalah pertama kali ia di gagahi oleh saudaranya sendiri. "Brengsek!" Umpatnya. Rahangnya mengeras begitu pun dengan sorotan matanya yang mendingin. Guratan kemarahan tampak di wajahnya. Begitupun dengan kedua tangannya yang mencengkeram kuat. Meremas piyamanya hingga kusut.

Jdduarrrr!

Suara keras muncul seiring dengan guratan cahaya putih melintasinya. Namun ia tak bergeming. Semua kekecewaan, kehancuran, kemarahan bersatu pada hatinya yang membatu. Keras seakan hatinya tak lagi mempercayai arti sebuah kasih sayang. Bahkan matanya memerah menahan amarahnya. Menatap kesegala arah di depannya. Hingga menemukan sosok tubuh telanjang tengah menengadah memandang langit. Seakan air hujan bisa menenangkannya. Dan petir adalah pelengkapnya. Menyipitkan matanya. Memastikan sosok itu. "Sasuke! Apa yang dia lakukan!" Bisiknya.

Ia berbalik. Berjalan keluar. Menuruni tangga dengan cepat hingga sampai di taman samping. Dan menemukan deretan puluhan maid tengah memperhatikan Sasuke. Ia melihat beragam ekpresi terpancar di wajah mereka. Iba, khawatir dan cemas terlihat dengan jelas di wajah mereka.

Hinata mendekati salah satunya dan berbisik. "Kenapa mereka berkumpul disini, Chisa?"

Chisa tersentak. Menatap Nona mudanya yang hanya mengenakan piyama tanpa sandal tengah keluar di udara pagi yang sangat dingin. "Ah! Nona apa yang anda lakukan!" Pekiknya. "Aku akan mencari sesuatu untuk menghangatkan tubuh anda!"

"Tidak perlu!"

"Tapi!"

"Jawab pertanyaanku! Apa yang mereka lakukan! Kenapa mereka berkumpul disini!"

"Ah! Itu....." Chisa tanpak berfikir. Mencari alasan yang tepat untuk menjawabnya. "Ummm.... mereka menunggu Tuan Sasuke!"

"Apa yang dia lakukan?".

Namun Chisa hanya menduduk. Menyibukkan jemarinya pada ujung bajunya.

"Jawab pertanyaanku Chisa!"

"Tuan Sasuke.......... tidak tahan dengan suhu dingin.."

"Lalu?"

"Tapi beliau selalu melakukannya!"

"Bisa kau jelaskan lebih rinci?"

"Beliau selalu berdiri di tengah hujan deras dan tak memperdulikan tubuhnya. Hingga tak jarang beliau akan pingsan setelahnya. Kalau saja Tuan Naruto dan Tuan Kakashi ada mungkin akan melarang beliau melakukannya."

"Kenapa tidak kamu saja yang melakukannya?"

"Kami semua tidak bisa melarang beliau....." lirih Chisa.

"Baiklah! Biar aku saja yang membawanya masuk!" Ucapnya pelan. 'Yah anggap saja balas budi kemarin malam!' Fikirnya.

"Biar saya ambilkan payung!"

"Tidak perlu!" Ia menerjang hujan dengan pelan. Merasakan tetesan deras mengenai kulitnya. Bahkan jemari kakinya tergelitik rumput yang dingin. Dan perlahan seluruh tubuhnya basah. Menampakkan lekuk tubuhnya yang indah. Berdiri tepat di depan Sasuke.

99Where stories live. Discover now