Terima Kasih

1.3K 119 7
                                    

"Maafkan aku.....!" Lirih dengan kepala yang masih menyelinap di bahu Hinata. Suara itu terdengar bergetar, seakan syarat akan penyesalan. Dan sungguh, untuk kali ini ia tak ingin merasakan kehilangan kedua kalinya. Tak kan pernah ada niatan sedikitpun di hatinya, untuk pergi ataupun melenyapkan gadis yang menjadi tumpuannya saat menangis. "Apapun akan kulakukan.... untuk menebus kesalahan keluargaku!" Suara berat itu membisik dengan lembut.

Sementara sang gadis. Ia hanya terdiam. Segala emosi itu tersedat di tenggorokan. Rasanya begitu sakit jika tidak di keluarkan. Namun ia sadar. Jawabannya sudah ia berikan. Bahwa dendam takkan bisa mengembalikkan keadaan. Lalu harus bagaimanakah ia pada pria yang tengah merengkuhnya?

Mau bilang nolak pun. Hinata tidak mungkin melakukannya, karena ia sangat membutuhkannya. Bukan fisik maupun Finansial melainkan sikap sang pria membuatnya merasakan kenyaman yang sangat sulit ia dapatkan. "Jawabanku tak pernah berubah..."

Sang pria melepaskan pelukannya dengan lembut. Menangkup wajah mungil itu. Dan menatapnya penuh tanya.

"Aku selalu memaafkanmu.....!"

Jawaban yang mampu membuat Sasuke kembali merengkuh tubuhnya. "Terimakasih.....!"

"Terimakasih sudah hadir dalam hidupku!" Sambut Hinata. Dan membuat Sasuke semakin erat memeluknya.

'Harusnya aku yang mengucapkannya! Karena hadirmu membuat perubahan dalam hidupku!' Fikir Sasuke.

"Ne..... sekarang apa yang akan kamu lakukan pada paman Kakashi?"

"Menurutmu.... apa yang harus kulakukan?" Jawabnya dengan balik bertanya. Yah.... ia masih merasa bimbang. Keputusan apa yang akan ia buat pada orang yang sudah banyak membantunya. Mau di bunuh pun takkan mengubah hasil. Kepuasan pada diri psikopatnya sudah mulai terkikis. Semua itu adalah hasil terapi kenyamanan yang di berikan Hinata untuk dirinya. Ia hanya tak ingin kembali bersikap egois yang hasilnya sudah pasti berujung penyesalan. Maka untuk kali ini........ ia akan mendengarkan keputusan Hinata.

Hinata menggapai rahang keras itu dan menggeleng lembut. "Bebaskanlah......... bukankah karena Dia juga... Kita bisa bertemu!"

Sasuke terpejam lembut. Menghirup nafas dalam dan mengeluarkannya perlahan. Berfikir setenang mungkin. Bisakah ia memaafkannya?
Bisakah ia membebaskannya?
Bisakah ia melapangkan hatinya?
Bisakah ia berfikiran sama seperti gadisnya?

Apa semua itu akan membuahkan hasil yang baik?
Apa dengan itu hidupku kembali tenang?
Ataukah........ melenyapkan semuanya dan kembali seperti dulu. Membunuh. Menyiksa. Dan menghancurkan hidup orang lain.

Memang dengan perbuatannya ia bisa merasakan kepuasan yang tak bisa ia ungkapkan. Lebih dari ngfly seorang pencandu. Ataupun kenikmatan dalam melakukan Sex. Yang pasti hidupnya terasa tenang setelahnya.

Namun kedatangan Hinata membuat hidupnya sedikit berubah. Kecanduannya dalam menyiksa korban mulai berkurang. Sedikitnya ia malah mengajari Hinata cara membunuh korban secara perlahan. Dan pastinya yang ia rasakan mulai di rasakan pula oleh Hinata. Namun sayangnya keyakinan Hinata lebih kuat darinya. Entah karena penyiksaan yang di alami Hinata jauh lebih besar dari Sasuke. Hingga membuat pelajaran yang di berikan Sasuke hanya bertahan beberapa saat. Setelahnya, Sasuke yang mulai terpengaruh dengannya.

Pelan tapi pasti, Hinata mengubah porsi kecanduan Sasuke dengan tempo waktu yang lama. Hingga tanpa sadar emosi membunuh itu terbawa oleh permainan Hinata. Dan akhirnya kegiatan Game Room nya sudah lagi terjamah olehnya. Terganti dengan mainan baru yang menyenangkan. Yaitu kehadiran Hinata dan sifat konyolnya. Dan membuat Sasuke lebih menyukai mengajari Hinata cara hidup mandiri, salah satunya ialah belajar menyetir mobil.

99Where stories live. Discover now