Reward

930 125 15
                                    

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pelan menyadarkan Hinata dari alam bawah sadarnya. Ia mengucek matanya pelan. Tanpa melihat jam, ia turun dari ranjang. Membuka pintu kamarnya.

Ceklek!

Sasuke muncul dengan kaos hitam polos dan celana yang juga berwarna sama gelapnya. "Ada apa?" Sungut Hinata. Emosinya masih belum redam dengan kejadian yang menimpanya tempo hari. Dan sekarang. Tengah malam Sasuke mendatangi. Yang pasti dalam fikiran Hinata, Sasuke ingin melakukannya lagi. Namun yang ia dapatkan berbeda.

Sasuke menarik tangannya tanpa kata. Memaksanya mengikuti langkahnya. "Kau mau mengajakku kemana?" Sergah Hinata.

Dan sayangnya Sasuke masih setia dengan kediamannya. Langkahnya terus berjalan, melewati kamar Sasuke. Menuruni tangga hingga berakhir di sebuah pintu terlarang. Yang bertuliskan. My Game Room .

Ceklek!

Pintu terbuka. Dan Sasuke menyalakan lampu redupnya. Membawa Hinata memasukinya lebih dalam lagi. "Apa yang kau lakukan!"

"Mengajakmu bermain!" Ia menarik paksa Hinata untuk berada disisinya. Menangkap dagunya untuk menatap kedepan. Dan.....

"Astaga!!" Kedua mata Hinata melebar. Dengan mulutnya yang terbuka lebar. Dengan pemandangan di depannya. Bagaimana kondisi Toneri yang memprihatinkan. Banyak luka lebam di sekujur tubuhnya. Dan posisi tubuhnya yang terus di paksa untuk berdiri. Dengan kedua lengannya yang di rantai di sudut atas dinding. Serta kedua kaki yang di paksa melebar dengan tumpuan yang sama, rantai yang juga mengikatnya. "Bagaimana dia bisa ada disini!"

Sasuke menyeringai. Kedua tangannya sudah siap dengan gunting rumput. "Aku menghadiahkannya untukmu!"

"Maksudmu?" Pandangannya beralih menatap curiga Sasuke.

"Kemarin kamu sudah menolongku." Ia menyerahkan guntingnya di telapak tangan Hinata. "Dan aku memberikan tubuhnya sebagai hadiah atas jasamu!"

Hinata menatap ragu guntingnya. "Aku semakin tidak mengerti!". Menggoyangkan sedikit gunting yang jauh lebih berat dari ransel sekolahnya.

Sasuke menghela nafas kasar. "Ha..... begini saja Hinata. Lakukan apa yang ingin kamu lakukan padanya! Apapun itu biar aku yang menghapus jejakmu!"

"Maksudmu balas dendam?"

Sasuke mengangguk pelan.

"Tapi...... bagaimana kamu bisa tahu aku punya masalah dengan dia!"

Satu bibir Sasuke terangkat. "Aku tahu semua tentangmu jauh sebelum kamu datang kesini!"

"Kok bisa?"

"Bisa! " Sasuke tanpak berfikir mencari alasan yang tepat. Namun ia tak menemukannya. "Jangan fikirkan itu!" Menangkup kedua bahu Hinata untuk menghadap Toneri. "Lihatlah! Tubuhnya sudah lemah." Bibirnya semakin dekat dengan telinga Hinata. "Fikirkan apa yang dia lakukan sama kamu dulu. Rasa sakit yang kamu alami, dia harus merasakannya." Jarinya membimbing tangan Hinata untuk terangkat. Membuka pengait gunting. "Bukannya dia tak pantas untuk hidup."

Sementara Hinata hanya bisa terpaku. Mendengar Setiap kata yang di ucapkan Sasuke, bak mantra sihir yang mengubah pola fikirnya. Pelan tapi pasti bayangan masa lalu mengiang jelas di fikirannya. Ia sadar. Ia lemah. Tak bisa melawan. Ataupun menolak. Tapi saat ini........ matanya kembali fokus kedepan. Kondisinya terbalik. Entah apa yang di lakukan Sasuke padanya, yang pasti tubuh Toneri sudah berada di ambang kehancuran. Bahkan ia melihat dengan jelas air mata yang mengering di kedua pipinya. Serta darah yang masih mengalir di sudut dahinya. Membuat jantung Hinata berpompa. Begitu pun dengan hatinya yang menghangat dengan rasa yang berbeda. Suhu ruangan pun seakan berubah mendingin dan juga mencekam.

99Where stories live. Discover now