29

1.1K 117 1
                                    

Aku dan Halwa kembali mengetik skripsi kami. Dan sama sama menghabiskan waktu 3 jam. Setelah menyelesaikan 1/3 bagian terakhir bab, aku pergi membasuh muka ke kamar mandi. Setelah selesai dan merasa segar aku kembali ke kamar ku.

"Shafiya, duduklah"

Aku kemudian duduk diatas tempat tidur karena disuruh Halwa.

"Lihat ini" ujarnya kemudian menampakkan postingan Caroline.

"Lihat ini" ujarnya kemudian menampakkan postingan Caroline

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

" This boy makes me the happiest girl alive. I love you Richbear @richardpayton "

Lalu aku dan Halwa melihat kolom komentarnya.

@kaitlynnhuang: aw, I ship you both

@daniellaxo: aw you two are cute

@hannahmcmahone: aww, look at Richard's eyes. They are so beautiful.

@syifa.gr: ih anaknya ntar cantik/ganteng banget ini mah

Dan sisanya komentar mendukung dari gadis gadis lain. Aku menatap Halwa.

"Munafik" ujar Halwa pelan.

"Sudahlah" aku tersenyum pahit.

'Entah kapan aku lulus. Aku hendak pergi dan melupakan semua ini. Meninggalkannya dibelakang. Aku ingin pulang. Tapi disisi lain, aku sedih jika harus berpisah dengan Halwa. Dia sudah kuanggap seperti keluargaku sendiri. Aku menyayanginya' batinku.
****

Malam ini aku kembali tidur lebih terlambat. Aku sibuk memikirkan S2. Kulihat Halwa tidur. Aku membaca doa kemudian tidur.
****

"Finn?"

Aku menghampiri bocah yang duduk membelakangiku diatas sebuah jembatan kayu. Dibawah jembatan ini mengalir air pelan.

"Duduklah Al" dia menepuk pelan tempat kosong disebelahnya. Aku kemudian duduk disebelahnya.

"Finn, bolehkah aku bertanya?"

Dia mengangguk.

"Apakah kau tidak lelah untuk berlari dan bersembunyi dariku?" Tanyaku. Dia menatapku dan tersenyum, menampakkan lesungnya.

"Aku sudah sangat lelah" ujarku.

"Sedikit lagi dan aku akan mengetuk pintu rumahmu, meminta izin kepada ayahmu untuk menjadi suami mu. Kau hanya perlu sedikit kesabaran lagi"

"A-aku tidak bisa" aku menangis.

"Shafiya yang kukenal lebih kuat dari ini" ujarnya.

"Maafkan aku" ujarku tersedu.

"Kau sedikit lagi untuk mencapai kata finish. Aku tahu kau lelah aku tahu. Tapi aku tak akan meninggalkan mu. Aku menunggumu. Aku akan datang di waktu yang tepat. Kau hanya perlu menunggu."

"Sampai kapan?" Tanyaku.

"Aku juga tidak tahu, Shafiya. Tapi aku hanya mengenal kata menunggu. Allah yang akan mempertemukan kita. Dan aku tidak tahu sampai kapan kita harus menunggu. Aku menyayangimu"

Dia mendekapku. Dia hangat sekali. Aku menikmati setiap detik yang kuhabiskan walau ini hanya mimpi.

"Aku akan lakukan apapun untuk membuatmu tetap disini. Aku mencintaimu, Finn. Dan aku ingin kau tahu hal itu." ujarku.

"Aku tahu. Aku juga mencintaimu. Bertahanlah, sebentar lagi kau akan sampai di garis finish"
****

Pagi ini aku terbangun. Dan aku memulai hariku dengan semangat yang ditanamkan Finn dalam mimpiku. Sebelum pergi ke kampus, aku membuka album lama ku.

 Sebelum pergi ke kampus, aku membuka album lama ku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ah ini kami di toko jam milik kakekku. Kami terlihat sangat serasi. Aku menahan air mataku.

Aku tidak mengerti kenapa, setiap kali aku mendengar atau melihat suatu hal yang berhubungan dengan Finn, aku akan merasa sangat emosional. Aku merasa tidak stabil dan cepat sekali menangis. Aku akhirnya menyeka air asin dipelupuk mataku.

"I love you, Finn. So much until it hurts" ucapku.
****

Hari ini sama seperti biasanya. Aku menjalani hari biasa dan pulang bersama Halwa. Tidak ada yang spesial.
****

"Halwa! Apa kau melihat jurnalku?" Tanyaku.

"Jurnalmu? Bukankah tadi kau pegang di kampus?" Tanyanya heran.

"Tadi aku memegangnya tapi sekarang tidak ada!"

"Coba cari lagi. Mungkin saja terselip." Ujarnya.

"Benar benar tidak ada!" Aku mulai khawatir. Aku sudah membongkar tas ku dan tidak kutemukan tanda tanda jurnalku.

"Ya Allah dimana jurnalku?"
****

Malam itu aku tidak bisa konsentrasi untuk mengetik bab terakhir skripsiku.

'Bagaimana jika orang menemukan jurnalku? Bagaimana jika ia membacanya? Di jurnal itu banyak sekali rahasia ku. Semoga Allah menjauhkannya dari tangan manusia manusia jahat yang membacanya dan menyebarkan isinya. Semoga jurnalku di tangan yang benar' batinku.
****

Malam ini aku tidur lebih cepat. Bersamaan dengan Halwa. Tak sabar untuk hari esok.
****

Hari ini Mr. Higgins masuk. Kami diberikan materi yang sangat penting. Aku mencatatnya satu persatu.

"Sebelum kalian keluar untuk istirahat, aku ingin kalian mengetahui bahwa pemilihan mahasiswa teladan dan berprestasi akan diadakan. Menurut kalian siapa yang akan menang?" Tanya Mr. Higgins.

"Pasti Shafiya lagi. Dia adalah perempuan tersopan yang pernah kulihat. Kemudian dia tidak pernah membuat keributan" ujar Katya. Aku tertunduk ketika seisi kelas menoleh kearahku.

"Well aku harap juga begitu." Jawab Mr. Higgins. Pria berusia 40 tahun an itu melihat kearahku dan tersenyum.

"Baiklah, kalian boleh istirahat"
****

Aku dan Halwa tidak makan dibawah pohon biasa tempat kami duduk. Dia mengajakku untuk makan di tempat lain. Di pohon yang tersudut dan pastinya jauh dari Carol dan kumpulannya.

"Aku hanya tak ingin kau sakit hati melihatnya. Pohon yang ini juga rindang." ujarnya. Aku mengangguk. Kami lalu duduk.

Baru hendak makan, sebuah suara menyapa kami.

"Shafiya, Halwa? Tumben kalian duduk di tempat biasa aku duduk"

Kami mendongak. Pria beralis tebal dengan wajah timur yang khas berdiri didepan kami. Itu Ahmed.

"Maaf kami tidak bermaksud-" ujar Halwa yang terpotong.

"Whoah, tidak. Aku tidak mengusir kalian. Aku hanya sedikit terkejut. Kalian boleh makan disini." Tepisnya.

Dia lalu duduk bersama kami.

"Ahmed ada yang ingin kukatakan."

"Apa?" Tanya Ahmed.
****

Ajari Aku Islam [Completed]Where stories live. Discover now