45

1.2K 110 0
                                    

"Aku tidak menyangka Jamal akan melakukan hal seburuk itu kepadamu" ujar Halwa yang sedang mengetik skripsinya.

"Entahlah Halwa. Rasanya hatiku tidak lagi sempurna. Aku lelah percaya kepada pria. Aku tidak akan membuka hatiku lagi untuk mereka. Biarlah mereka menyebut ku Shafiya si manusia es. Aku tidak peduli lagi"

"Enak sekali Jamal mengatakan bahwa ia ingin menjadikan dirimu istri keduanya tepat setelah kau lulus kuliah. Bagaimana dengan perasaan istrinya ya?" Tanya Halwa.

"Mungkin dia tidak ingin dimadu. Tapi dia menyimpan perasaannya sendiri untuk membahagiakan suaminya" jawabku pelan.

"Kasihan sekali dirinya." Ujar Halwa.

"Malam ini aku akan menelepon Afrida"

"Dari mana kau akan mendapatkan nomornya?" Tanya Halwa heran.

"Well, Richie kan ada" jawabku.

"Apa yang akan engkau katakan?" Tanya Halwa.

"Entahlah. Aku hanya ingin berbincang dengannya" jawabku.

Aku kemudian menghubungi Richie untuk meminta kontak Afrida. Tak kusangka Richie memberikan nomor hp dan media sosialnya. Dia benar benar stalking sampai akar. Aku kemudian menelepon Afrida.

"Assalamu'alaikum apa benar ini dengan Afrida?" Tanyaku.

"Ya. Wa'alaikum salam. Ini dengan siapa, ya?"

"Saya Shafiya, salah satu teman kampus Jamal. Bolehkah saya memberi tahu kamu perihal Jamal?"

"Yeah of course."

"Apa benar Jamal memang berencana mencari istri kedua?" Tanyaku.

"Tidak. Kenapa engkau menanyakan hal itu padaku?" Ucapnya heran.

Aku melempar pandangan ku kepada Halwa. Dia menatapku horor. Istrinya bahkan tidak tahu suaminya sudah menyelingkuhinya.

"Ada hal penting yang ingin kukatakan padamu. Tapi berjanji lah bahwa kau tidak akan marah"

"Aku berjanji atas nama Allah" jawab Afrida.

"Jamal menyelingkuhi mu. Dan aku adalah korbannya. Maafkan aku, Afrida. Dia tidak bilang kalau dia sudah punya istri. Dia bahkan memberikan ku promise ring. Sesaat setelah aku mengetahui bahwa ia telah memiliki seorang istri dan berniat mencari istri kedua, aku sadar bahwa aku telah melakukan hal yang salah. Aku bukan tipe wanita yang ingin merampas kebahagiaan wanita lain. Maafkan aku, Afrida. Aku benar benar tidak tahu. Dan inilah sebabnya aku menelepon mu. Aku hanya ingin memastikan bahwa apa benar Jamal berencana mencari istri kedua. Setelah mendengar jawabanmu aku malah kasihan. Kenapa pria yang sudah jelas jelas mendapatkan pasangan yang baik kemudian berselingkuh? Aku juga tidak tahu penyebabnya."

"Terimakasih sudah mau memberitahu ku hal itu. Tidak, aku tidak marah kepadamu. Aku marah atas apa yang telah dilakukan suamiku terhadap pernikahan kami."

Aku melempar pandangan lagi ke arah Halwa. Istri Jamal sangat tegar. Halwa dan aku saling berpandangan. Hatiku iba untuk perempuan satu ini.

"Jamal tidak pernah mengatakan padaku bahwa ia ingin mencari istri kedua. Di awal pernikahan ia berkata bahwa aku akan menjadi satu satunya di hatinya. Tapi sekarang entahlah. Aku bahkan tidak tahu"

Aku dan Halwa terus mendengarkan. Ia bicara panjang lebar dan menumpahkan seluruh isi hatinya. Dan dia menangis di seberang telepon. Siapa yang tidak menangis jika mengetahui suaminya selingkuh dibelakangnya. Jamal benar benar gila. Istri secantik dan sepintar Afrida ini malah ia selingkuhi.
****

"Finn, maafkan aku" ujarku. Kuncir dua ku bergoyang. Anak laki laki itu membelakangi ku.

"Finn, maaf" ujarku. Ia masih tak bergeming.

"Setelah kau disakiti nya lalu kau kembali padaku. Aku bukan barang yang setelah selesai dipakai bisa kau buang, Al"

Aku terdiam.

"Kau sudah menyerah kan? Ya sudah, aku juga menyerah untuk ditemukan. Sekarang pergilah" dia mengusir ku.

"Tidak. Kau tidak boleh melakukan itu! Kau tidak boleh melakukan itu!" Jawabku. Aku merengek menghentak hentakkan kakiku diatas tanah. Lalu kemudian menangis. Seperti seorang balita yang es krimnya terjatuh.

"Finn. Tidak seperti itu caranya. Kau tidak bisa-"

"Jikalau kau bisa mengapa aku tidak bisa"

"Karena aku menyayangi mu"

"Jika benar kau menyayangi ku, kenapa kau malah berhenti berjuang untukku?"

Aku terdiam mendengar kata kata Finn yang menghujam dadaku keras. Dia lalu membalikkan tubuhnya. Sekarang dia menatapku dengan sorot mata serius.

"Al, look at me"

Aku menatapnya.

"Apa kau mencintaiku?"

Aku mengangguk.

"Katakan"

"Aku mencintaimu, Finn"

"Apa kau ingin aku menyerah?"

"Jangan"

"Kenapa?"

"Karena aku menyayangi mu"

Dia menatap ku lama.

"Come here" ujarnya. Aku lalu berlari ke arahnya. Dia menyambutku dengan sebuah pelukan hangat.

"Maafkan aku"

"Jangan pergi lagi, ya"

"Ya, I promise"

"And I promise you to comeback"
****

Aku terbangun dengan air mata yang mengalir di pipiku. Mimpi itu terasa sangat nyata. Di mimpi itu aku selalu menjadi gadis kecil berusia 7 tahun dan Finn adalah anak laki laki berusia 10 tahun. Ya. Hal itu dikarenakan aku bertemu dengannya pada usia itu.

"And I promise you to comeback"

Kata kata itu terdengar sangat nyata dan meyakinkan. Membuatku kembali bersemangat mendoakan agar Finn kembali ke pelukanku.

"Kenapa kau malah senyam senyum sendiri?" Tanya Halwa.

"Finn datang ke dalam mimpiku" jawabku seadanya. Dia hanya ber oh ria. Lalu aku bangkit dan mengambil wudhu ku untuk mendirikan shalat subuh.
****

Hari ini aku kembali masuk kelas. Tapi kali ini berbeda karena warga kelasku langsung berbisik bisik ketika melihatku masuk. Entah karena masalah Jamal kemarin. Aku juga tidak mengerti. Satu hal yang aku tahu pasti adalah aku tidak terlalu peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain.
****

Ajari Aku Islam [Completed]Where stories live. Discover now