Sebuah Petunjuk (015)

75 17 1
                                    

"Selamat pagi, anak-anak!" Sapaan itu terdengar ramah dibuntuti oleh aroma sedap yang bersumber dari roti yang baru saja diambil dari oven.

"Morning, Mom!" sahut Hannah, sembari mencium pipi si penyapa.

"Selamat pagi, Tante!" Jennie, Valerie, Lynda, dan Alexa menyusul menyahut.

"Gimana kemarin malam? Nyenyak tidurnya?" tanya Wulan lagi.

"Nyenyak, kok, Tante," sahut Alexa.

"Syukurlah! Ayo, sarapan dulu! Tante ada bikinin roti vla cokelat buat kalian!" Wulan menunjuk meja makan.

"Hah?! Seriusan, Mam?!" Hannah melonjak kegirangan, berlari ke meja makan lantas langsung menyambar satu roti panggang isi cokelat.

"Hannah!" Wulan menggeleng, menegur putrinya yang tetap cuek, bahkan mencomot lagi satu roti panggang.

"Nggak usah repot-repot, Tante! Kami nginap di sini, kan tujuannya supaya bisa jagain Tante dan Hannah, bukan buat makan gratisan," sahut Jennie separuh bergurau.

"Justru itu! Kalian, kan udah baik banget nemenin Tante sama Hannah kemarin malam. Kalau nggak ada kalian, Tante pasti cemas, deh! Nggak bakal bisa tidur semalaman. Tante tuh berterima kasih banget sama kalian!"

"Sama-sama, Tante. Tapi, kami, kan niatnya tulus." Senyum Jennie.

"Ayolah, Jennie! Sekali ini saja! Tante nggak enak. Dari kemarin malam nggak ada nyediain apa-apa buat kalian. Tidur pun cuma Tante kasih kasur sama bantal seadanya," bujuk Wulan.

"Emmm! Sumpah, rotinya enak banget!" seru Hannah, memecah dialog Wulan dan Jennie, "Lo pada yakin, nih nggak mau nyoba? Enak banget, lho!"

"Rotinya enak banget, ya, Han?" tanya Alexa sembari mendekati Hannah.

"Lo ngeraguin masakan nyokap gue? Masakan nyokap gue itu masakan terenak sedunia, tahu, nggak?!" sahut Hannah.

"Seriusan? Nyoba ah!" Alexa mencomot satu roti panggang di atas meja makan. "Ih, bener! Enak banget!" Alexa berseru dengan mulutnya yang masih penuh roti dan vla. "Lyn, Val, Jen, lo pada nggak mau nyoba?"

"Seriusan enak?" Lynda mendekat.

"Seratus persen! Nggak bohong, deh!"

Lynda menyambar satu roti panggang lantas memakannya.

"Gue boleh minta, nggak?" tanya Valerie.

"Of course, my miss perfect!" sahut Hannah separuh menggoda.

Valerie memanyunkan bibir sembari mengambil satu roti panggang isi vla cokelat.

"Jen, lo nggak mau nyoba beneran, nih?!" seru Hannah.

Wulan tersenyum menanti jawaban Jennie. Gadis itu nampak termenung sejenak sebelum akhirnya mengangguk sembari melangkah mendekati keempat sahabatnya yang mengerumun sepiring roti. "Eh, sisain gue, dong!" Jennie merenggut sepotong roti di tangan Hannah.

"Ye! Gue kira lo nggak mau!" sahut Hannah.

Wulan tersenyum menatap kelima gadis itu. Dalam hati, wanita yang telah lama ditinggal pergi sang pujaan hati untuk selamanya itu diam-diam merayakan persahabatan kelima gadis di hadapannya yang semoga saja bertahan sampai tua.

CCC

"Okay! Are you ready, kids!?" seru Hannah sesudah memasang sabuk pengamannya di bangku kemudi.

"Aye aye, captain!"

Hannah tergelak mendengar seruan Lynda, Alexa, dan Valerie yang meniru intro lagu pembuka kartun favorit mereka (dan semua orang di seluruh dunia, sepertinya), Spongebob Squarepants.

Hi, C! [Completed]Where stories live. Discover now