| one

26 7 5
                                    

"Ren selalu bilang padaku, segala sesuatu terjadi karena alasan."
-June 17

"-June 17

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Panti asuhan selalu sepi dan kosong di hari Minggu pagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Panti asuhan selalu sepi dan kosong di hari Minggu pagi. Hampir semua anak-anak yang lebih muda dariku pergi ke gereja bersama para Nun's.

Nun's memberi kami pilihan untuk pergi ke gereja atau tidak. Tapi aku lebih sering memilih tidak. Alasannya? Karena aku bukanlah orang yang religius.

Aku duduk di meja makan panjang, memakan roti sandwich sebagai sarapan bersama dengan satu-satunya anak kecil yang tidak pergi ke gereja.

Dia duduk di seberangku, membuang pinggiran roti tawar yang berwarna cokelat, kemudian mengolesinya dengan selai stroberi buatan kami sendiri.

"Kapan menurutmu ibu dan ayah akan mengadopsiku?" Ren bertanya dengan suara lembutnya. Mata biru yang jelas bukan seperti orang asal korea menatapku.

Untuk anak umur enam tahun Ren itu sudah tahu banyak tentangnya. Dia cerdas, dan tahu segala macam hal yang seharusnya belum diketahui oleh anak seusianya.

Ren sudah tahu kalau ibunya meninggalkan dirinya di depan panti asuhan saat dia masih tiga tahun. Tapi hal semacam itu sama sekali tidak menurunkan optimisme Ren.

Ren selalu bilang padaku, segala sesuatu terjadi karena alasan.

"Keluarga yang tepat akan datang dan menjemputmu suatu hari nanti, Ren, bersabarlah," ujarku meyakinkannya.

Padahal aku sendiri tidak begitu yakin akan hal itu. Namun yang jelas kesempatan Ren masih besar ketimbang aku.

Oh, apakah kau iri pada anak kecil?

Ren mengangguk, menyelipkan helai rambut ikalnya kebelakang telinga. "Baiklah," katanya, lalu menyendok selai dan memakannya langsung dari dalam Jar.

DYING HOUR🔼yeosang [Short Story]Where stories live. Discover now