Noted on page 3 :
It's really sucks...
Ketika lo udah memberikan waktu seumur hidup buat menjaga namanya agar tetap aman, tapi di hatinya gak akan ada nama lo selamanya.
👮
Mama mengetuk pintu kamar Kania ketika hari sudah malam. Dia ketiduran sejak pulang dari coffee shop.
"Kania, bangun cepetan!"
Teriakan Mama terdengar lagi. Segera Kania mengambil handuk dan bergegas mandi. Mama sudah bawel meminta Kania cepat turun untuk membantunya memasak.
Setengah jam kemudian dia datang menemui Mamanya di dapur. Makanan sudah terhidang di atas meja makan. Semua orang juga sudah berkumpul disana, termasuk seseorang yang selalu membuat darahnya berdesir.
"Lah, Zayn? Sejak kapan?"
Saking akrabnya, Zayn tidak keberatan kalau Kania hanya memanggilnya dengan nama. Sudah biasa. Kania malah terkesan lebih merepotkannya dari pada merepotkan Kakaknya sendiri.
"Dari sore. Gue bangunin gak bangun-bangun. Lo tidur apa lagi mannequin challenge?" Kalau tidak menyebalkan bukan Arion namanya.
"Dih, gue nanya Zayn, bukan lo! Nyamber aja kaya petasan kentut."
Zayn terbahak mendengar perdebatan mereka. Orangtua Kania hanya menggelengkan kepala. Mama segera menarik tangan Kania agar duduk disampingnya. Pusing setiap ngumpul selalu berantem. Seperti tidak ada obrolan yang lebih bermanfaat dan bisa dibicarakan lebih santai.
Kania menyendok nasi ke atas piringnya, lalu matanya tak sengaja menatap Zayn yang sedang menatapnya sambil menahan tawa. Kania melotot karena merasa tidak ada yang lucu sama sekali. Tanpa suara Kania menggerakkan bibirnya, "Diem lo!"
Zayn malah semakin terbahak sambil menggelengkan kepala.
"Kania, kemarin Papa ketemu Wisnu."
Tawa Zayn berhenti, gerakan tangan Kania yang ingin menyuap sesendok nasi ke dalam mulut juga ikut terhenti. Kedua matanya menatap Papa dengan ekspresi terkejut.
"Papa masih niat jodohin Kania sama dia?"
Papa menghendikkan bahu, "Kalau kamu mau."
"Kania enggak mau, Pa." Selera makan Kania mendadak hilang. "Lagian umur Kania masih 23. Arion aja belum nikah, suruh dia aja duluan." Lanjut Kania sambil melirik Arion.
"Lah, kok jadi gue?"
"Gue mencoba jadi Adik yang baik. Gak mau langkahin lo."
Arion melotot kesal. Tapi tidak bisa membalas omongan Kania karena Papa kembali bersuara.
"Apa nggak mau di coba dulu? Dia baik, kok."
Kania menggeleng keras. "Nggak mau!"
Sesekali Kania melirik Zayn yang duduk dihadapannya. Sedikit kecewa karena lelaki itu tidak memberikan ekspresi apa-apa, melahap makanan buatan Mama dengan nikmat. Padahal Kania berharap Zayn bisa memberikan tatapan yang dia inginkan, sendu misalnya?
"Dia itu IPDA, lho, Kan. Beneran nggak mau kenal dulu?"
Suara lembut Mama membuat Kania mendengus malas. "Walaupun dia seorang Jendral, Kania tetep nggak mau, Ma."

YOU ARE READING
NOTED
RomanceKania sudah kapok berurusan dengan polisi. Pertama, karena Kania pikir kebanyakan polisi itu playboy, contoh nyatanya sudah ada. Arion, kakaknya yang sering bawa pulang cewek berbeda tiap minggu. Kedua, polisi itu tidak peka! Seperti Zayn yang tida...