Is It Too Late? (4)

801 119 6
                                    

Langkah kaki itu terhenti seketika. Jihyo tertegun melihat seseorang di ambang pintu itu.

"Nayeon?!"

Nayeon berbalik mendengar suara berat yang dikenalinya. Wajahnya langsung berubah seperti ketakutan.

"Jungkook... aku takut dia akan memukulku," cicit Nayeon.

Jungkook bergerak mendekati kedua gadis itu. Ia menoleh pada Nayeon. "Apa yang kau lakukan dengannya?!" suaranya mulai meninggi.

"Hiks... Jungkook aku tak melakukan apa pun, tapi dia yang menarikku tadi."

Heol!

Jihyo tercengang mendengar kebohongan itu. "Kau mencoba membohonginya sunbae?"

Jungkook berdesis. "Pergilah! Jangan pernah menyentuh Jihyo sedikit pun. Jika itu pun terjadi, aku tak akan memaafkanmu!" tekannya pada Nayeon.

Nayeon menggeram. Sebelum ia pergi, ia menyempatkan melirik Jihyo sinis, kemudian keluar dari kelas itu.

Jungkook yang masih mengenakan pakaian basketnya beralih pada Jihyo. "Kau tak apa-apa?"

Jihyo menatap lekat wajah yang penuh keringat itu. Terlihat jelas tersirat kekhawatiran di wajah Jungkook. Dalam hati ia meringis mengingat perkataannya tadi. Apa Jungkook mendengarnya?

"Sejak kapan kau disana?" tanya Jihyo tanpa menjawab pertanyaan Jungkook.

Jungkook berdehem. "Baru saja," bohonganya.

Jihyo hanya mendunduk. Tiba-tiba ia merasa bersalah.

"Aku akan mengantarkanmu pulang."

Jihyo kembali mendongak. "Bagaimana dengan latihanmu?"

"Aku akan kembali nanti."

Jihyo hanya mengangguk. Kemudian berjalan duluan. Ntah kenapa ia langsung mau saja, Jungkook memintanya.

Jungkook memandang tubuh itu yang berjalan duluan. Hatinya mengilu mendengar perkataan Jihyo tadi. Benarkah Jihyo tak menyukainya? Apa pun tindakannya, gadis itu ternyata memang tak menyukainya? Huh! Kenapa untuknya begitu susah meluluhkan hati Jihyo. Ia rasa, ia akan gagal. Kesempatannya tinggal besok, dan di hari itu juga, Jihyo akan menjawab semuanya. Ia hanya berharap keajaiban datang, membuka pintu hati Jihyo untuk dirinya.

***
Hari telah sore. Latihan basket telah usai. Beberapa anak club basket itu sudah berpulangan tetapi tidak untuk ketiga pria yang masih duduk di tengah-tengah lapangan basket ini.

"Jadi bagaimana pekembangannya?" tanya Jimin pada Jungkook membuka suaranya.

Jungkook menghela nafas. "Adikmu itu terlalu sulit."

Jimin menepuk bahu Jungkook beberapa kali. "Berusahalah, aku tahu kau bisa."

Jungkook kembali menghela nafas, ingatannya kembali kejadian tadi siang. Ia tak akan pernah bisa, Jihyo sama sekali tak menyukainya. Jihyo pasti masih menyukai Taehyung.

"Jangan menyerah."

Jungkook menoleh pada Taehyung yang baru saja mengeluarkan suara. "Ya, aku mengerti."

Mereka kembali diam. Jungkook mendongak menatap langit-langit biru, "Kesempatanku tinggal besok. Apa aku bisa?" gumamnya.

"Nanti malam kalian jadi, kan datang ke rumahku?" ujar Jimin memandang Taehyung dan Jungkook bergantian.

"Pasti!" seru Jungkook langsung semangat.

***
Malam telah tiba. Tepat pukul 8 malam, kedua pria itu datang dan sudah duduk bersantai di kamar Jimin. Ini juga sudah kebiasan mereka. Jika bosan, mereka akan mendatangi rumah Jimin atau pun Taehyung atau Jungkook. Jika saja Jungkook dulu punya keberanian, pasti ia akan sering datang ke rumah Jimin untuk melihat Jihyo.

Just Junghyo✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang