09. Hundred Years Ago

526 112 4
                                    









Happy Reading







Tatapan intens yang diberikan langsung pada Miran dapat diterka bahwa itu adalah Jung Jaehyun, tepatnya Jaehyun dunia ini. Pria itu kembali menempelkan telunjuknya ke bibir Miran agar diam lagi. Kepalanya juga sedikit bergerak mengintip dari pilar besar itu seperti mengecek apakah orang-orang itu telah pergi.

Sedangkah, Miran menatap Jaehyun, rasanya sangat aneh ketika melihat seseorang berwajah sama layaknya seorang kembaran. Perempuan itu tak merasa apa-apa, dia biasa saja kali ini karena tahu fakta bahwa mereka bukan orang yang sama. Tapi aneh, mengapa Miran bereaksi seperti ini?

Kalau mengingat-ingat kejadian tadi, Miran seharusnya bertingkah selayaknya orang yang tidak mengenali Jaehyun karena mereka sebelumnya tentu belum bertemu. Entah karena perihal masalah sapu tangan, Miran merasakan sebuah invisible chemistry yang tentu jelas berbeda ketika bersama sahabatnya namun terasa pernah merasakan hal itu sebelum bertemu dengan Jaehyun versi Dunia Paralel ini. Dan perasaan itu cukup kuat, seperti suatu rasa yang tidak terlalu asing bagi Miran yang baru bertemu Jaehyun di semesta ini.

Jaehyun beringsut menatap Miran kembali semula. "Para hologram itu sudah ter-program untuk memindai gerak-gerik orang aneh. Jadi sekarang, kamu sudah aman dengan saya."

"H-hologram?"

Miran tidak langsung percaya akan itu. Sebelumnya, para manusia yang mengejarnya tadi menampilkan postur-postur tubuh layaknya manusia pada umumnya. Menurut Miran, tidak ada sesuatu yang janggal mengenai hal tersebut. Bahkan Miran tak pernah berpikir jauh jika manusia-manusia yang mengejarnya tadi adalah sosok program hologram.

"Maafkan tentang hal yang terjadi hari ini." Jaehyun membuka suara, nadanya terdengar lembut dan tidak sarkas seperti Miran dengar tempo hari. Sungguh menakjubkan, bagaimana mungkin Jaehyun yang bertingkah sarkas kepadanya bisa berbicara seperti ini?

Miran menggeleng pelan sembari mengukir senyuman kepada pria itu agar merasa lebih baik. Perempuan itu tidak menginginkan Jaehyun merasa bersalah kepadanya perihal kejadian tadi karena itu tidak perlu diomongkan lagi.

"Saya tidak akan berhenti merasa bersalah jika hanya membiarkanmu pergi seperti ini."





****





"Silakan dimakan, Nona."

Miran mengangguk dan tersenyum tipis kepada perempuan paruh baya itu. Matanya berbinar setelah melihat adanya sup dan nasi yang disediakan dalam kondisi hangat. Ini yang Miran inginkan sedari tadi, sup seollongtang beserta piring nasi putih hangat dan kimchi di sampingnya. Tidak mau memakan waktu banyak, Miran mengambil sumpit logam abu-abu, memakan satu per satu makanan yang ada dengan lahap dan bahkan menghabiskannya dalam waktu tergolong cepat.

Melabuhkan pandangannya ke kaca tebal dan lebar yang memperlihatkan sebarisan puncak-puncak menara di Seoul, Miran ikut terkagum dan menghabiskan waktunya untuk sekadar memandangi pemandangan panorama luar biasa ini.

Seoul terlihat ramai dengan gedung-gedung yang tingginya sepadan satu sama lain, namun tidak sumpek juga. Warna bangunan yang dibangun juga senada, yaitu putih gading. Beberapa drone melewati dan mengusik pandangan Miran berkali-kali.

Jaehyun lantas mengajak Miran untuk makan siang bersama setelah kejadian silam, sedikit merasa bersalah dengan kesalahpahaman tadi. Namun, Jaehyun ternyata akan pergi ke suatu tempat terlebih dahulu lantaran adanya panggilan penting untuk pria itu. Miran jelas mengetahui Jaehyun hidup penuh kesibukan di dunia ini, tetapi mana dia sangka jika sebenarnya pria itu adalah seseorang yang berjabat sebagai Presiden Direktur. Kini, Miran sedang menginjak menara perusahaan Jaehyun sendiri.

PRE-DESTINED ✓Where stories live. Discover now