20. Back To The Present

304 68 0
                                    











Happy Reading!













Travels To The Year Of 2020,
In The Same Universe Like Before, Gangnam
District, Seoul.

Rasa pening kepala memang tidak sekalipun berhenti menghadirkan diri pada pria bersurai hitam legam. Jaehyun terlalu lelah menghadapi semua rintangan-rintangan cukup sulit dikala melintasi waktu dan tempat-tempat yang berbeda-beda. Rupanya, hal tidak masuk akal ini terjadi bukan karena mesin waktu. Entahlah, Jaehyun percaya bahwa mesin waktu yang rusak itu seharusnya tidak mampu menyala karena perkara serum yang tidak diketahui asalnya.

Selepas tadi meninggalkan Miran yang seketika sadar, dalam sekejap mata, Jaehyun menjejak kakinya di antara figur-figur manusia berhilir-mudik di pinggiran kota, diperkirakan sedang berada di Seoul yang berbeda dari dunianya dan tahun yang berbeda juga.

Netra miliknya menelusuri pandangan di depannya, menyelidik satu per satu manusia yang terlewati begitu merasa cukup puas dan beralih ke lainnya, melakukan hal serupa. Kepalanya tergerak ke samping, menangkap satu-satunya figur perempuan yang hendak melangkahkan kakinya keluar dari kantor polisi. Diperhatikan baik-baik dari ujung kepala hingga kaki, Jaehyun tidak langsung mengenali perempuan tersebut. Matanya beringsut pelan menjadikan insan-insan yang berserakan di tempat ini sebagai subjek penyelidikan oleh dirinya.

"Bagaimana hasilnya?"

"Seperti yang kamu katakan. Bibi Yoon melakukannya ..."

Jaehyun kembali memandang dua wanita yang sedang berbincang, tanpa melihat jelas paras dari kedua perempuan itu.

Sigap, Jaehyun mengikuti mereka berdua yang berjalan menuju sebuah mobil. Tidak mungkin dia akan mengikuti Miran dengan berjalan, lantas saja Jaehyun mengambil keputusan untuk memanggil taksi yang sedia menerima penumpang dan menyuruh sang sopir membuntuti mobil di depan hadapannya, tepatnya mobil ditumpangi Miran.

Keningnya dibasahi oleh keringat. Mengharap tidak akan kehilangan arah, Jaehyun selalu memberi aba-aba untuk melewati jalan pintas yang terlihat sama persis seperti arah lalu lintas dunia dia berasal. Mungkin dapat dihitung untuk kesekian kalinya sang sopir melintasi arah jalanan yang sama, itu kelak membuat Jaehyun menyuruh sang sopir menurunkannya dari taksi, pergi tanpa membayar.

Jaehyun sesungguhnya tidak sepenuhnya menaruh ekspektasi jika perempuan itu memang benar Lee Miran, hanya menganggap sekadar kemungkinan saja. Bila tebakan itu salah, Jaehyun merasa perlu untuk mengikuti perempuan itu karena tertelan dalam rasa penasaran.

Bangunan rumah berdiri saling berdampingan. Sepasang netra Jaehyun terpaku ke satu rumah yang berdiri kokoh di sana. Tampaknya, penghuninya masih bangun walaupun jam sudah berdenting menunjukkan pukul satu malam.

"Miran?" Jaehyun mencoba memastikan bahwa rumah ini adalah milik perempuan itu. Guyuran air hujan menimpa tubuh Jaehyun malam ini, tetapi pria itu tidak pedulikan hal seperti itu kali ini. Fokusnya hanya kepada satu celah kecil yang terbuka pada jendela rumah tersebut. Dan tanpa diduga, celah pintu jendela yang terbuka sedikit itu ditutup rapat tiba-tiba.

Sementara di dalam rumah. Miran yang menutup jendelanya itu terus menatap siluet pria misterius itu. Keadaan kian menggelap dan sosok itu hanya dapat samar-samar dilihat. Miran yakin sekali, dia mengenali siluet itu. "Siluet di Sungai Han." Suara guyuran hujan beralih ke petir. Dalam satu kedipan mata, Miran sudah tidak mampu menemukan siluet yang berdiri di depan rumahnya itu.

"Yang aku lihat itu adalah siluet di Sungai Han, bukan?" Mulut Miran tidak terkatup sempurna. Benaknya dikelilingi pertanyaan mengenai siluet aneh tersebut. Dari postur tubuh keduanya terlihat cukup mirip, apa mungkin mereka orang yang sama? Atau mungkin, perempuan itu hanya keliru?

PRE-DESTINED ✓Where stories live. Discover now