4. Si Gadis Kecil

502 145 40
                                    

HELLO READERS

SELAMAT MEMBACA

^_^

GRIS POV

"Yah cendol nya masi banyak," ku tatap keranjang yang ada di tanganku, ternyata cendol nya masih banyak yang belum laku. Ku putuskan untuk pulang dulu untuk berganti baju.

Saat ini aku masi memakai seragam sekolah, jadi tak mungkin kalau berjualan cendol masih memakai seragam.

Peluh mulai bercucuran membasahi kedua pelipis ku, udara saat ini begitu terik walaupun sudah bukan siang hari lagi, kakiku tak gentar terus mengayuh sepeda tua yang aku naiki.

Tatapanku jatuh pada seorang anak yang duduk termenung di sebuah halte yang sudah benar-benar sepi, sepertinya ia sedang menunggu jemputan.

Aku lihat ia masih memakai seragam putih dengan rok merah, tak lupa tas bergambar unicorn yang mengait indah di pundaknya. Ku putuskan untuk berhenti sejenak dan menemuinya.

"Adek lagi nunggu jemputan?" tanya ku saat tiba di depannya.

Gadis kecil dengan rambut di kuncir dua itu menatapku seraya menjawab "iya kak, kakak siapa?"

"Emangnya orang tua adek kemana?" tanyaku kembali.

"Mama sama Papa selalu sibuk sama pekerjaannya kak, sedangkan kakakku ngga pernah peduli sama aku," titahnya.

"Oh iya nama kamu siapa?"

"Aku Cyra kak, tapi aku lebih sering di panggil Cici."

"Oke kalau begitu kamu aku panggil Cyra ya."

Cyra mengerutkan alis nya menandakan kebingungan "Kok Cyra kak?"

"Kan yang panggil Cici udah banyak, anggep aja itu nama kesayangan kakak, kalau begitu gimana kalau kakak antar kamu pulang?" tawarku.

Cyra begitu antusias "Ayo kak."

"Tapi kakak harus ganti baju dulu gimana? Terus kakak nganter nya cuma pakai sepeda ini, emang kamu mau?"

"Kakak kok ngomongnya gitu sih, kakak aku aja yang punya mobil ngga pernah mau jemput aku," jelas Cyra sembari menundukkan kepalanya.

"Hmm, tapi Cyra ngga jijik sama wajah kakak?"

Cyra tersenyum sekejap "Buat apa jijik kak? Meskipun wajah kakak begini, tapi menurut ku hati kakak sangat bersih dan lembut."

Aku sangat kagum dengan Cyra walaupun ia masih sangat kecil, tapi ucapnya sudah mampu membuatku termotivasi.

"Kalau begitu, ayo kita berangkat!"

"Let's go!" ucap Cyra seraya mengangkat tangannya begitu antusias.

***

"Sampek dehh."

Ku buka pintu yang tadinya terkunci, dan mempersilahkan Cyra untuk masuk, aku lihat Cyra tengah menatap semua isi rumah yang jauh dari kata bagus, mulai dari kursi yang hanya terbuat dari bambu, atap yang bolong-bolong, lantai masih dari tanah, serta dinding yang masih terbuat dari anyaman bambu.

DIARY MY ACNEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora