7. Si buluk

430 102 47
                                    

HELLO READERS

SELAMAT MEMBACA

^_^


GRIZ POV

Terik nya sang Surya serta peluh bercucuran di kedua pelipis ku menemani langkahku mendorong gerobak berisi cendol yang telah ku buat tadi sepulang sekolah dengan bahan yang di beri oleh semesta.

Ya aku memutuskan untuk tidak berjualan lagi di sekolah, karena bukannya laku tapi malah menjadi bau, mungkin teman-teman ku sudah tidak lagi menyukai cendol.

Aku baru ingat, kalau gerobak peninggalan ayah dulu masih tersimpan rapi di dapur, hanya saja ada sedikit kerusakan yang tidak terlalu fatal.

"CENDOL MANIS," ucapku setengah berteriak kala menawarkan cendol.

"Mas mau cendol?" tawar ku pada kedua orang laki-laki yang aku yakini seorang mahasiswa.

"Bro, Lo mau cendol?" tanya salah satu laki-laki itu pada temannya.

"Ogah banget gue, Lo gak liat apa tuh mukanya banyak jerawatnya gitu, hati-hati nular bro, ngeri gue," ucap si laki-laki yang di tanya tadi setengah berbisik namun masih bisa aku dengar.

"Hihhh," si laki-laki yang bertanya tadi bergidik ngeri kala melihat wajahku secara detail.

Mereka berdua segera beranjak meninggalkan aku yang masih mematung, aku pikir masih ada yang mau menerimaku tanpa melihat fisikku, tapi aku salah besar.

Aku berusaha untuk tidak memasukkan hati, tapi tetap saja tidak bisa, mataku memang tidak menangis tetapi batinku hancur.

Ku putuskan untuk duduk sejenak di pinggir trotoar, ucapan laki-laki tadi masih terngiang di otakku, semua orang begitu jijik kala melihatku, semua orang bergidik ngeri saat aku mencoba mendekatinya.

Oh semesta, apa semua manusia selalu memandang fisik? Atau hanya yang mulus dan glowing saja yang patut dihargai dan di sanjung tinggi.

Tiba-tiba aku teringat Cyra, dia si gadis kecil yang mau menerima ku, aku baru ingat kalau sekolah Cyra tidak jauh di sekita sini, ku putuskan untuk menemuinya mungkin saja dia masih belum pulang.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di sekolah Cyra, dan benar saja aku melihat Cyra duduk termenung di sebuah halte depan sekolah, suasana di sana sudah cukup sepi hanya ada sekitar dua atau tiga anak saja yang sedang menunggu jemputan.

"Cyra, inget kakak ngga?" ucapku saat sudah tiba di depan halte yang Cyra tempati.

"Kak Griz?" terlihat raut wajah Cyra yang tadi nya murung sekarang berubah 180° saat melihat aku datang.

"Kamu belum di jemput?" tanyaku.

"Belum kak, liat tuh kak padahal udah sepi, tapi aku tak kunjung di jemput," ucap Cyra dengan nada memelas dan berhasil membuat rasa iba ku membeludak.

"Cyra, kamu ngga boleh sedih, itu teman kamu masih ada kok yang belum di jemput, oh iya kamu mau cendol?" tanyaku dan berhasil membuat raut wajah Cyra berbinar-binar kala melihat ke arah gerobak ku di pinggir jalan.

"MAU DONG KAK," ucap Cyra begitu antusias.

"Oke bentar kakak buatin ya, oh iya adik-adik mau cendol?" tanyaku pada teman-teman Cyra yang saat itu juga berada di halte menunggu jemputan.

"Mau sih kak, tapi aku ngga ada uang," ucap salah satu teman Cyra.

"Aku juga kak, uang ku sudah habis," ucap temannya yang lain menyetujui.

DIARY MY ACNETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang