37•| I D O L

2.8K 245 4
                                    

Jadwal Blackpink yang cukup padat membuat kedua belah group sangat kesulitan untuk bertemu. Padahal mereka telah merencanakan hari ini akan menghabiskan waktu bersama. tapi sepertinya waktu tidak memihak pada keduanya.

"Lilis...." Dahi Lisa mengerut saat suara Jungkook masuk ke telinganya. Ia sekilas melihat ke arah ponselnya berharap tidak salah nomor ponsel atau malah menelphon orang lain

"Lo gak salah telvon Kook? Lilis?"

"Astaga Bambang. Pengen gue makan lo lis" Balas Jungkook. Nada berbicara terdengar sedikit menggemaskan menurut Lisa.

"Kook, Ada hal yang harus dibicarakan" Kini dahi Jungkook yang mengerut. Ia mencoba berpikir apa yang ingin dibicarakan Lisa dengannya.

"Mwo? Katakan saja"

"Sesuatu yang buruk" Rasa penasaran Jungkook kembali tinggi.

"Apa? Katakan saja disini Lis"

"Ani-ya. Aku akan menemuimu di tempat biasa. Kau bisa datang kan?"

"Aku selalu siap tuan putri"

Lisa terkekeh pelan lalu lanjut berbicara "Aku tunggu dalam 10 menit Jeon Jungkook" Lisa memutuskan sambungan teleponnya sepihak. Ia sudah berada di tempat yang dimaksudnya tadi sejak beberapa menit yang lalu.

---

"Lilis"

"Siapa sih Lilis itu. Nama gue lalisa Manoban. Bukan Lilis kecap manis atau apalah lain itu" Jungkook menelan salivanya keras. Baru datang ia langsung dihadapkan oleh Lisa yang seperti ini

"Sini kook" Jungkook dengan langkah hati hati mulai mendekati Lisa. Walaupun sejago jago lelaki itu boxing, ia akan segara luluh jika ada Lisa. Dan jika ingin melawan Jungkook, cukup bawa Lisa dan percayalah ia akan kalah jika melihat wajah Lisa.

"SAKITTT!!" Dengan seribu suara lelaki itu malah berteriak kala Lisa dengan mudahnya menarik telinganya.

"Pergi kemana lo pas marahan sama gue beberapa Minggu lalu?!!! Pergi kemana!!"

"Lepas Lis. Sakit" Tangan Jungkook melepas dengan cepat tangan Lisa yang menarik telinganya. Matanya menatap sekilas mata cantik milik gadis didepannya.

"Gak pergi kemana mana Lis" Lisa menatap tajam Jungkook yang langsung dibalas dengan lelaki itu menundukkan kepalanya. Mencoba mengalah adalah pilihan terbaik daripada ditelan hidup hidup oleh lisa.

"Ini apa!!! Jungkook-aa. Kau tau apa yang sedang terjadi belakangan ini kan?" Lisa menunjukkan ponselnya. Ia jarang membuka berita akhir akhir ini karena persiapan comeback mereka dan baru mengetahuinya sekitar beberapa Minggu yang lalu.

"Aku sedang banyak masalah Lisa-aa"

"Kau tidak perlu untuk pergi ke sana Jungkook-aa. Kalian bisa berkumpul di suatu tempat dan menghindari keramaian" Lisa masih mengomel. Mata cantiknya masih metia melihat Jungkook. Walaupun lelaki itu lebih tinggi darinya.

"Aku tidak bergabung di keramaian. Aku hanya duduk, bermain game dan berbicara dengan mereka" Balas Jungkook. Akhhh... Rasanya ia ingin memanggil semua dukun yang ada di bumi ini untuk menyantet Dispatch sialan itu

"Kita tidak tau apa yang akan terjadi nantinya. Masih beruntung kau tidak tekena Jungkook-aa" Lisa menekukkan wajahnya. Kesal dengan sikap Jungkook. Ia menuntun Jungkook untuk duduk di sofa.

"Hwaaa.... Jangan memarahiku"

Lisa memutar bola matanya malas. Katakan pada Jungkook bahwa ia benar benar telah mengambil mutlak hatinya "Aku hanya berkata padamu agar kau aman"

"Jangan benci aku"

"Aku banyak dibenci karena kabar itu" Lanjut Jungkook. Hati Lisa miris mendengar penuturan pelan dari lelaki di hadapannya ini. Ia tidak akan membenci Jungkook.

"Aku tidak membencimu"

"Aku benar benar banyak masalah hari itu. Masalah denganmu, masalah teror, masalah sasaeng. Aku tidak bisa berpikir jernih lagi saat itu" Balas Jungkook lagi. Nada berbicaranya terdengar sangat pelan.

"Aku hanya lelah. Aku juga ingin seperti orang lain. Aku ingin menjadi seperti manusia lain bukan dikekang di bawah banyak tekanan seperti ini. Aku ingin berteriak dan berkata bahwa aku lelah lalisa-aa"

"Jangan terlalu dipikirkan Jungkook-aa. Aku tidak membencimu" Lisa merasa sedikit bersalah sekarang. Disaat Jungkook sedang dalam masalah, gadis itu malah tidak ada disampingnya. Berkebalikan dengan saat ia ada masalah, Jungkook menjadi orang pertama yang hadir.

"Aku lelah. Ingin berhenti dan berkata pada semua orang bahwa aku juga ingin bahagia" Lisa merangkul pundak Lelaki itu. Jungkook butuh sandaran sekarang.

"Kadang aku berpikir bahwa kehadiranku tidak banyak diterima oleh ramai orang. Haruskah aku keluar agar BTS menjadi lebih baik?"

Lisa menggeleng kuat " Jangan lakukan hal gila. Kau punya banyak penggemar yang menyayimu, kau punya orang tua yang menyemangati mu, kau punya BTS yang mendukungmu, dan kau punya Blackpink"

"Aku hanya lelah dengan semua ini. Kesalahan kecil bisa berubah menjadi besar ketika dibahas di luar sana. Aku juga manusia bukan malaikat. Aku juga berbuat kesalahan"

"Aku tau. Jangan membahasnya lagi Jeon Jungkook. Kau hebat bisa bertahan sampai titik ini. Tidak mudah" Jungkook balas merangkul gadis disampingnya ini. Tentu ia lebih tau jika Lisa lebih merasakan pahitnya hidup dari yang ia rasakan. Berpisah dengan orang tua dan hidup sendiri saat diusia sangat muda.

"Kita harus bertahan. Bertahan Jeon Jungkook. Kau bisa" Jungkook menyemangati dirinya sendiri. Ia pasti bisa.

"Bertahan demi Army dan Blink!!"

---

.
.
.
.
.
.
.

VOTE💜

I D O L ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang